ECB Makin Diyakini Dovish, Euro Gagal Taklukkan Dolar AS

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
18 July 2019 20:01
Dalam beberapa hari terakhir, beberapa pejabat ECB mulai angkat bicara terkait prospek stimulus moneter untuk memacu perekonomian.
Foto: Mata Uang Euro. (REUTERS/Lee Jae-Won)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang euro melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (18/7/19) akibat European Central Bank (ECB) yang diprediksi akan semakin dovish.

Pada pukul 19:34 WIB, euro diperdagangkan di kisaran US$ 1,1215 atau melemah 0,07% di pasar spot, melansir data Refinitiv.



Dalam beberapa hari terakhir, beberapa pejabat ECB mulai angkat bicara terkait prospek stimulus moneter yang akan diberikan untuk memacu perekonomian.


Pada Jumat (12/7/19) pekan lalu, anggota dewan ECB, yang juga Gubernur Bank of Italia, mengatakan dalam beberapa pekan ke depan ECB akan terus melakukan penilaian untuk menyesuaikan instrumen kebijakan moneter yang tersedia, sebagaimana dilaporkan Reuters.

Sementara siang kemarin anggota dewan ECB Benoit Coeure mengatakan pihaknya siap untuk bertindak jika diperlukan untuk mendorong inflasi naik menuju target 2%.

"ECB kemungkinan akan semakin dovish dalam memberikan panduan kebijakan moneter pada pekan depan, sehingga pelaku pasar akan berekspektasi suku bunga akan lebih rendah lagi" kata Peter Chatwell, analis dari Mizuho, melansir Reuters.

Hasil survei Reuters juga menunjukkan pelaku pasar sudah yakin ECB akan memangkas suku bunganya pada bulan September. Akibat ekspektasi tersebut, euro sulit menguat melawan dolar AS. Padahal Mata Uang Paman Sam ini tidak dalam kondisi bagus.

Rilis Beige Book oleh Bank Sentral AS (The Federal Reserves/The Fed) memberikan tekanan bagi dolar AS. Beige Book adalah gambaran aktivitas ekonomi terkini yang dikumpulkan dari berbagai negara bagian.

Secara umum, aktivitas ekonomi di Negeri Adidaya pada pertengahan Mei hingga awal Juli dilaporkan masih meningkat tetapi dalam laju yang terbatas. Meski data ekonomi AS seperti tenaga kerja, inflasi dan penjualan ritel masih terhitung positif, The Fed masih belum merasa cukup.



Pimpinan The Fed Jerome Powell tidak mengubah sikapnya . Saat berbicara di Paris pada Selasa tengah malam Powell kembali menegaskan akan "bertindak sesuai kebutuhan" untuk mempertahankan ekspansi pertumbuhan ekonomi AS.

Selain itu dolar AS juga tertekan setelah Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) mengatakan nilai tukar dolar kemahalan (overvalued) 6% sampai 12% berdasarkan fundamental ekonomi saat ini, mengutip CNBC International.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap) Next Article Ekonomi AS Makin Terpuruk, Euro Berbalik Menguat 0,5%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular