
Newsletter
Siap-siap! 'Jokowi Effect' Akan Diuji (Lagi) Hari Ini
Taufan Adharsyah, Anthony Kevin, & Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
27 June 2019 06:43

Tiga indeks utama Wall Street ditutup bervariasi dengan kecenderungan melemah pada perdagangan hari Rabu (26/6/209).
Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,04%, S&P 500 terkoreksi 0,12%, tapi Nasdaq Composite naik 0,32%.
Sentimen utama yang menjadi penggerak bursa utama Amerika Serikat (AS) adalah penantian pelaku pasar akan pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping akhir pekan ini.
Pada pembukaan pasar, sebenarnya Wall Street cukup positif menyambut pertemuan tersebut.
Pasalnya, ada kabar dari CNBC International yang menyebutkan bahwa kesepakatan dagang AS-China sudah tinggal selangkah lagi, berdasarkan keterangan Menteri Keuangan Steven Mnuchin.
"Kami sekitar 90% dalam perjalanan ke sana (menuju kesepakatan) dan saya pikir ada jalan untuk menyelesaikan ini," ujar Mnuchin kepada Hadley Gamble dari CNBC International di Manama, Bahrain pada Rabu (26/6/2019).
Namun ternyata setelah dikonfirmasi ulang, konteks pernyataan Mnuchin mengacu pada progres dialog yang dulu telah dilalui.
Memang, sebelum Trump memutuskan untuk menaikkan tarif menjadi 25% (dari yang semula 10%) pada produk China senilai US$ 200 miliar bulan lau, proses negosiasi yang panjang telah dilakukan. Beberapa kali tim negosiator AS bertandang ke Beijing untuk berdialog secara tatap muka. Tak jarang pihak China juga berpesiar ke Washington demi melanjutkan perundingan.
Bahkan pada awal Mei, sebuah draft kesepakatan kedua negara dikabarkan sudah hampir rampung dan siap untuk ditandatangani dalam waktu dekat.
Ternyata konteks itulah yang dipakai Mnuchin dalam angka 90%.
Kini, nasib hubungan dagang dua raksasa ekonomi dunia kembali abu-abu. Segala kemungkinan masih mungkin terjadi.
Trump sudah bersiap pada kemungkinan pengenaan tarif 25% pada produk China lain senilai US$ 300 miliar jika kesepakatan tidak dibuat.
"Saya akan mengenakan tarif tambahan. tarif tambahan yang sangat substansial, jika itu [dialog] tidak berhasil, jika kami tidak membuat kesepakatan," ujar Trump, mengutip Reuters. Namun belakangan dirinya juga mengatakan akan mempertimbangkan untuk menurunkan angka tarif tambahan tersebut menjadi 10%.
Selain itu, Trump juga tampak tidak punya desakan untuk segera membuat kesepakatan.
"Mungkin saja kami akan membuat kesepakatan, tapi saya juga sudah sangat senang dengan posisi kita sekarang," tegas Trump dalam wawancara dengan Fox Business Network, mengutip Reuters.
Maka dari itu, investor agaknya masih terus memasang mode wait and see sebagai langkah untuk menghindari kerugian yang masif.
Maklum, perang dagang merupakan isu terbesar saat init. Beberapa analis memperkirakan ekonomi global akan mengalami resesi jika eskalasi perang dagang terjadi sekali lagi.
Beruntung ada saham Apple yang melonjak hingga 2,2% setelah mengonfirmasi rencana akuisisi perusahaan rintisan (startup) mobil otonom Drive.ai, sehingga kinerja indeks Nasdaq bisa terangkat.
BERLANJUT KE HALAMAN 3>>>
(taa/prm)
Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,04%, S&P 500 terkoreksi 0,12%, tapi Nasdaq Composite naik 0,32%.
Sentimen utama yang menjadi penggerak bursa utama Amerika Serikat (AS) adalah penantian pelaku pasar akan pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping akhir pekan ini.
Pada pembukaan pasar, sebenarnya Wall Street cukup positif menyambut pertemuan tersebut.
Pasalnya, ada kabar dari CNBC International yang menyebutkan bahwa kesepakatan dagang AS-China sudah tinggal selangkah lagi, berdasarkan keterangan Menteri Keuangan Steven Mnuchin.
"Kami sekitar 90% dalam perjalanan ke sana (menuju kesepakatan) dan saya pikir ada jalan untuk menyelesaikan ini," ujar Mnuchin kepada Hadley Gamble dari CNBC International di Manama, Bahrain pada Rabu (26/6/2019).
Namun ternyata setelah dikonfirmasi ulang, konteks pernyataan Mnuchin mengacu pada progres dialog yang dulu telah dilalui.
Memang, sebelum Trump memutuskan untuk menaikkan tarif menjadi 25% (dari yang semula 10%) pada produk China senilai US$ 200 miliar bulan lau, proses negosiasi yang panjang telah dilakukan. Beberapa kali tim negosiator AS bertandang ke Beijing untuk berdialog secara tatap muka. Tak jarang pihak China juga berpesiar ke Washington demi melanjutkan perundingan.
Bahkan pada awal Mei, sebuah draft kesepakatan kedua negara dikabarkan sudah hampir rampung dan siap untuk ditandatangani dalam waktu dekat.
Ternyata konteks itulah yang dipakai Mnuchin dalam angka 90%.
Kini, nasib hubungan dagang dua raksasa ekonomi dunia kembali abu-abu. Segala kemungkinan masih mungkin terjadi.
Trump sudah bersiap pada kemungkinan pengenaan tarif 25% pada produk China lain senilai US$ 300 miliar jika kesepakatan tidak dibuat.
"Saya akan mengenakan tarif tambahan. tarif tambahan yang sangat substansial, jika itu [dialog] tidak berhasil, jika kami tidak membuat kesepakatan," ujar Trump, mengutip Reuters. Namun belakangan dirinya juga mengatakan akan mempertimbangkan untuk menurunkan angka tarif tambahan tersebut menjadi 10%.
Selain itu, Trump juga tampak tidak punya desakan untuk segera membuat kesepakatan.
"Mungkin saja kami akan membuat kesepakatan, tapi saya juga sudah sangat senang dengan posisi kita sekarang," tegas Trump dalam wawancara dengan Fox Business Network, mengutip Reuters.
Maka dari itu, investor agaknya masih terus memasang mode wait and see sebagai langkah untuk menghindari kerugian yang masif.
Maklum, perang dagang merupakan isu terbesar saat init. Beberapa analis memperkirakan ekonomi global akan mengalami resesi jika eskalasi perang dagang terjadi sekali lagi.
Beruntung ada saham Apple yang melonjak hingga 2,2% setelah mengonfirmasi rencana akuisisi perusahaan rintisan (startup) mobil otonom Drive.ai, sehingga kinerja indeks Nasdaq bisa terangkat.
BERLANJUT KE HALAMAN 3>>>
(taa/prm)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular