
Newsletter
Ketupat Sudah Lewat, Ada yang Hijau Lagi Hari Ini?
Hidayat Setiaji & M Taufan Adharsyah & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
10 June 2019 05:56

Dari Wall Street, tiga indeks utama menguat signifikan pada perdagangan akhir pekan lalu. Dow Jones Industrial Average (DJIA) melesat 1,01%, S&P 500 melejit 1,05%, dan Nasdaq Composite melompat 1,66%.
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, peluang penurunan suku bunga acuan menjadi katalis bagi bursa saham New York. Sebab, saham adalah instrumen yang bekerja optimal di lingkungan suku bunga rendah.
Selain perang dagang, peluang penurunan suku bunga acuan menjadi lebih besar karena data ketenagakerjaan AS. Pada Mei, perekonomian AS menciptakan 75.000 lapangan kerja.
Ini menjadi kali pertama sejak 2019 penciptaan lapangan kerja tidak sampai 100.000. Akibatnya angka pengangguran juga tidak berubah di 3,6%.
"Laporan ini membuat penurunan suku bunga acuan sangat mungkin terjadi. Friksi dagang akan memperlambat pertumbuhan ekonomi dalam laju yang cukup bagi The Fed untuk merespons dengan menurunkan suku bunga acuan pada September dan Desember," kata Joseph Song, Ekonom di Bank of America Merrill Lynch, mengutip Reuters.
"Saat ini pelaku pasar rela menerima perlambatan ekonomi demi penurunan suku bunga. Kita sudah kecanduan suku bunga rendah, dan rela mendapatkannya dengan menukarkan pertumbuhan ekonomi," tegas Jack Ablin, Chief Investment Officer di Cresset Capital Management yang berbasis di Chicago, mengutip Reuters.
Faktor lain yang mendorong laju Wall Street, juga sudah disinggung sebelumnya, adalah kemungkinan perang dagang AS-Meksiko yang batal. Tidak hanya Meksiko yang berjanji membeli lebih banyak produk pertanian AS, kedua negara juga menyepakati sejumlah hal.
Pertama adalah perluasan program Migration Protection Protocols (MPP). Dalam program ini, warga negara Meksiko yang mencari suaka ke AS akan tetap menunggu di negaranya sampai urusan mereka selesai. AS-Meksiko sepakat MPP diterapkan di seluruh negara bagian yang berbatasan sepanjang 3.220 km.
Kedua adalah Meksiko bersedia menurunkan aparat keamanan untuk menjaga perbatasan di bagian selatan, di mana banyak imigran asal negara-negara Amerika Tengah ingin memasuki Negeri Tequilla.
"Kami telah berupaya untuk menuntaskan masalah di perbatasan. Pemerintahan sebelumnya tidak mampu, atau tidak bisa menyelesaikannya secara utuh. Sampai pada saat ini kami berhasil mencapai kesepakatan dengan Meksiko," cuit Trump di Twitter.
Optimisme damai dagang AS-Meksiko (walau dalam prosesnya AS seperti 'memalak' Meksiko dengan mewajibkan membeli lebih banyak produk pertanian) membuat pelaku pasar berbunga-bunga. Sebab bagaimana pun Meksiko adalah mitra dagang yang penting bagi AS.
Data US Census Bureau mencatat sepanjang 2018, nilai perdagangan AS dengan Meksiko adalah US$ 611,5 miliar atau 14,5% dari total perdagangan internasional Negeri Adidaya. Meksiko menduduki peringkat ketiga, hanya kalah dari China dan Kanada.
"Penurunan suku bunga acuan memang sudah diantisipasi oleh pasar. Namun untuk naik lebih tinggi lagi, Anda butuh sentimen positif dari sisi perdagangan karena dalam jangka panjang isu tersebut lebih menentukan," kata Larry Adam, Chief Investment Officer di Raymond James yang berbasis di Maryland, mengutip Reuters.
Lonjakan pada akhir pekan menyempurnakan langkah Wall Street yang impresif pada pekan lalu. Selama sepekan, DJIA meroket 4,7%, S&P 500 terangkat 4,4%, dan Nasdaq bertambah 3,9%.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, peluang penurunan suku bunga acuan menjadi katalis bagi bursa saham New York. Sebab, saham adalah instrumen yang bekerja optimal di lingkungan suku bunga rendah.
Selain perang dagang, peluang penurunan suku bunga acuan menjadi lebih besar karena data ketenagakerjaan AS. Pada Mei, perekonomian AS menciptakan 75.000 lapangan kerja.
Ini menjadi kali pertama sejak 2019 penciptaan lapangan kerja tidak sampai 100.000. Akibatnya angka pengangguran juga tidak berubah di 3,6%.
"Laporan ini membuat penurunan suku bunga acuan sangat mungkin terjadi. Friksi dagang akan memperlambat pertumbuhan ekonomi dalam laju yang cukup bagi The Fed untuk merespons dengan menurunkan suku bunga acuan pada September dan Desember," kata Joseph Song, Ekonom di Bank of America Merrill Lynch, mengutip Reuters.
"Saat ini pelaku pasar rela menerima perlambatan ekonomi demi penurunan suku bunga. Kita sudah kecanduan suku bunga rendah, dan rela mendapatkannya dengan menukarkan pertumbuhan ekonomi," tegas Jack Ablin, Chief Investment Officer di Cresset Capital Management yang berbasis di Chicago, mengutip Reuters.
Faktor lain yang mendorong laju Wall Street, juga sudah disinggung sebelumnya, adalah kemungkinan perang dagang AS-Meksiko yang batal. Tidak hanya Meksiko yang berjanji membeli lebih banyak produk pertanian AS, kedua negara juga menyepakati sejumlah hal.
Pertama adalah perluasan program Migration Protection Protocols (MPP). Dalam program ini, warga negara Meksiko yang mencari suaka ke AS akan tetap menunggu di negaranya sampai urusan mereka selesai. AS-Meksiko sepakat MPP diterapkan di seluruh negara bagian yang berbatasan sepanjang 3.220 km.
Kedua adalah Meksiko bersedia menurunkan aparat keamanan untuk menjaga perbatasan di bagian selatan, di mana banyak imigran asal negara-negara Amerika Tengah ingin memasuki Negeri Tequilla.
"Kami telah berupaya untuk menuntaskan masalah di perbatasan. Pemerintahan sebelumnya tidak mampu, atau tidak bisa menyelesaikannya secara utuh. Sampai pada saat ini kami berhasil mencapai kesepakatan dengan Meksiko," cuit Trump di Twitter.
Optimisme damai dagang AS-Meksiko (walau dalam prosesnya AS seperti 'memalak' Meksiko dengan mewajibkan membeli lebih banyak produk pertanian) membuat pelaku pasar berbunga-bunga. Sebab bagaimana pun Meksiko adalah mitra dagang yang penting bagi AS.
Data US Census Bureau mencatat sepanjang 2018, nilai perdagangan AS dengan Meksiko adalah US$ 611,5 miliar atau 14,5% dari total perdagangan internasional Negeri Adidaya. Meksiko menduduki peringkat ketiga, hanya kalah dari China dan Kanada.
"Penurunan suku bunga acuan memang sudah diantisipasi oleh pasar. Namun untuk naik lebih tinggi lagi, Anda butuh sentimen positif dari sisi perdagangan karena dalam jangka panjang isu tersebut lebih menentukan," kata Larry Adam, Chief Investment Officer di Raymond James yang berbasis di Maryland, mengutip Reuters.
Lonjakan pada akhir pekan menyempurnakan langkah Wall Street yang impresif pada pekan lalu. Selama sepekan, DJIA meroket 4,7%, S&P 500 terangkat 4,4%, dan Nasdaq bertambah 3,9%.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular