Newsletter

Perang Dagang Masih Panas, Brexit tak Jelas

Hidayat Setiaji & M Taufan Adharsyah & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
24 May 2019 06:10
Perang Dagang AS-China Jatuhkan Wall Street
Ilustrasi Bursa Saham New York (AP Photo/Richard Drew))
Ada kabar tidak enak dari New York. Tiga indeks utama di Wall Street terkoreksi tajam, di mana Dow Jones Industrial Average (DJIA) anjlok 1,11%, S&P 500 amblas 1,19%, dan Nasdaq Composite ambrol 1,58%. 

Sepeti kemarin, dinamika perang dagang AS-China membuat investor ketar-ketir. Pemerintah China memasang posisi galak terhadap AS, yang membuat prospek dialog dagang menjadi buram. 

"Jika AS ingin melanjutkan perundingan dagang, maka mereka harus tulus dan memperbaiki kesalahannya. Negosiasi hanya bisa berlanjut bila didasari kesamaan dan saling menghormati. Kami memantau perkembangan terkini dan siap melakukan langkah-langkah yang diperlukan," tegas Gao Feng, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China, mengutip Reuters.


Sepertinya Beijing benar-benar kecewa dengan kebijakan Washington yang memasukkan Huawei ke daftar hitam. Pasalnya, kini semakin banyak perusahaan yang memutus tali silaturahmi dengan Huawei. 

Terakhir, raksasa elektronik asal Jepang, Panasonic, ikut menghentikan kerja sama. Panasonic berhenti mendatangkan sejumlah komponen dari Huawei. Sebelumnya, perusahaan pembuat chip asal Inggris, ARM, juga melakukan hal yang sama. 

Huawei adalah perusahaan pembuat perangkat dan komponen telekomunikasi terbesar di dunia. Jika pasokan dari Huawei terhenti, maka industri telekomunikasi global tentu akan mempengaruhi industri telekomunikasi secara signifikan. 

Ini yang membuat indeks Nasdaq terkoreksi paling parah, karena harga saham emiten-emiten teknologi dan telekomunikasi terperosok dalam. Harga saham Alphabet (induk usaha Google) turun  0,91%, Microsoft amblas 1,17%, Nvidia anjlok 3,21%, dan Facebook ambrol 2,4%. 

"Kita akan mengalami perjalanan ke bawah sampai ada solusi atas apa yang terjadi dengan China. Jika Anda melakukan trading, maka bukan hal yang buruk jika Anda minggir terlebih dulu dan melihat situasi," kata Jamie Cox, Managing Partner di Harris Financial Group yang berbasis di Virginia, mengutip Reuters.


Hal yang menambah kekhawatiran pelaku pasar di bursa saham New York adalah rilis data Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur AS. Perkiraan angka PMI edisi Mei versi IHS Markit berada di 50,6, turun lumayan jauh dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 52,6. Angka 50,6 adalah yang terendah sejak September 2009.                                                                                             

"Investor menyadai bahwa situasi ke depan akan semakin menantang dengan lingkungan ekonomi yang sangat berisiko. Tidak heran investor merespons dengan melakukan risk-off (menghindari risiko)," ujar Luke Tilley, Kepala Ekonom di Wilmington Trust yang berbasis di Delaware, dikutip dari Reuters. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 3)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular