Newsletter

Wall Street Kebakaran! Pasar Keuangan Indonesia Apa Kabar?

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
14 May 2019 07:26
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (1)
Foto: Presiden AS Donald Trump bertemu dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He dan Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer (kanan) (REUTERS/Carlos Barria)
Untuk perdagangan hari ini, ada sejumlah sentimen yang perlu diperhatikan oleh pelaku pasar. Pertama, tentu kebakaran yang melanda Wall Street. Koreksi yang begitu dalam di pasar saham AS dikhawatirkan akan menjalar ke pasar keuangan Asia, tak terkecuali Indonesia.

Kedua, perkembangan perang dagang AS-China yang kian panas pasca China meluncurkan serangan balasan. Sejatinya, ada kabar baik jika berbicara mengenai perang dagang AS-China.

Trump mengungkapkan bahwa dirinya belum membuat keputusan terkait dengan apakah produk impor asal China senilai US$ 325 miliar yang hingga kini belum terdampak oleh perang dagang akan dikenakan bea masuk.

“Kami memiliki hak untuk mengenakan (bea masuk terhadap) US$ 325 miliar lainnya (produk impor asal China) sebesar 25%,” kata Trump sebelum kemudian menambahkan “Saya belum membuat keputusan tersebut.”


Lebih lanjut, Trump juga mengonfirmasi bahwa dirinya akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G-20 pada akhir bulan depan di Jepang.

Sekedar mengingatkan, kali terakhir Trump bertemu dengan Xi adalah juga di sela-sela KTT G-20, yakni pada bulan Desember lalu di Argentina. Hasilnya, kedua negara menyepakati gencatan senjata selama 3 bulan di mana keduanya tak akan mengerek bea masuk untuk importasi produk dari masing-masing negara. Gencatan senjata ini kemudian diperpanjang oleh Trump seiring dengan perkembangan negosiasi dagang yang positif.

Bisa jadi, hal serupa akan kita temukan juga pasca Trump selesai bersua dengan Xi pada akhir bulan depan.

Namun, perkembangan positif tersebut nampaknya sulit untuk diandalkan guna mengerek kinerja pasar keuangan Asia. Pelaku pasar masih gencar memburu instrumen safe haven seperti dolar AS.

Dolar AS yang masih perkasa menjadi sentimen ketiga yang harus dicermati oleh pelaku pasar. Hingga berita ini diturunkan, indeks dolar AS ditransaksikan menguat sebesar 0,04%.


Walaupun ada perkembangan positif terkait perang dagang AS-China, tetap saja perang dagang antar kedua negara sudah tereskalasi. AS sudah resmi menaikkan bea masuk atas importasi produk asal China senilai US$ 250 miliar, sementara kebijakan balasan dari China sudah diumumkan dan tak lama lagi akan berlaku.

Sebelum perang dagang tereskalasi saja, perekonomian China terlihat sudah begitu tersakiti. Kemarin, penjualan mobil di China periode April 2019 diumumkan terkontraksi sebesar 14,6% secara tahunan, jauh lebih buruk dibandingkan kontraksi bulan Maret yang sebesar 5,2% saja.  Kontraksi pada bulan April menandai yang ke-10 secara beruntun.

Sebagai informasi, belum lama ini China resmi memangkas target pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2019 ke kisaran 6%-6,5%. Sebelumnya, target pertumbuhan ekonomi tahun 2019 dipatok di kisaran 6,5%.

Jika yang terealisasi nantinya adalah target pertumbuhan ekonomi di batas bawah (6%), maka itu akan menjadi pertumbuhan ekonomi terlemah dalam nyaris 3 dekade. Pada tahun 2018, pertumbuhan ekonomi China tercatat tumbuh sebesar 6,6%.

Mengingat status China sebagai negara dengan nilai perekonomian terbesar kedua di dunia, tekanan terhadap perekonomian China tentu akan membawa dampak yang signifikan bagi perekonomian negara-negara lain, termasuk Indonesia.

(BERLANJUT KE HALAMAN 4)

(ank/prm)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular