Newsletter

Sri Mulyani Umumkan Kabar Penting Hari Ini, Semoga IHSG- Rupiah Kuat

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
06 January 2025 06:00
Menteri Keuangan Sri Mulyani di Konferensi Pers APBN KITA.
Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani di Konferensi Pers APBN KITA. (CNBC Indonesia/Rosseno Aji Nugroho)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan RI tampak mulai rebound pada pekan pertama 2025. Pelaku pasar pun berharap akan ada sengatan January Effect, setelah gagal mengalami fenonema Window Dressing tahun lalu.

Sentimen selengkapnya terkait proyeksi pergerakan pasar keuangan hari ini, Senin (6/1/2025), silahkan bisa dibaca pada halaman tiga artikel ini.

Membahas soal, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali pekan pertama tahun ini dengan pergerakan yang cukup ceria. Pada perdagangan Jumat (3/1/2024) IHSG berakhir naik tipis 0,02% ke posisi 7.164,43.

IHSG masih berada di level psikologis 7.100, setelah sempat mendekati level psikologis 7.200 di awal sesi I perdagangan akhir pekan lalu.

Penguatan harian tersebut, menandai penguatan tiga hari beruntun pada pekan pertama tahun ini, setelah sebelumnya pada Desember 2024 IHSG loyo, sempat jatuh di bawah 7000. Dengan demikian, seminggu terakhir ini IHSG berhasil melesat 2,59%.

Nilai transaksi indeks tercatat mencapai sekitar Rp 7,7 triliun dengan melibatkan 19,1 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 994.418 kali. Sebanyak 254 saham menguat, 336 saham melemah, dan 206 saham stagnan.

Secara sektoral, sektor teknologi menjadi penahan koreksi IHSG yakni mencapai 2,05%. Namun, sektor konsumer non-primer menjadi penekan terbesar IHSG yakni mencapai 0,76%.

Sementara dari sisi saham, emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan emiten energi baru terbarukan (EBT) konglomerasi Prajogo Pangestu PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjadi penopang IHSG masing-masing sebesar 16,1 dan 7,6 indeks poin.

Namun, emiten konglomerasi Prajogo Pangestu PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) dan emiten perbankan raksasa PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menjadi penekan IHSG yakni masing-masing mencapai 12,1 dan 8,8 indeks poin.

IHSG ditutup naik tipis di tengah harapan pasar bahwa fenomena January Effect bakal terjadi di awal Januari 2025 setelah Santa Claus Rally yang tidak terlaksana pada Desember 2024.

Sejatinya, fenomena January Effect masih berkaitan dengan window dressing yang sudah terjadi sejak Desember tahun sebelumnya hingga pertengahan Januari tahun berikutnya.

Namun karena pada Desember 2024 IHSG bergerak cenderung mendatar, maka pasar berharap bahwa IHSG dapat lebih bergairah di awal Januari tahun ini.

Di lain sisi, pasar juga masih menimbang dampak dari pulihnya aktivitas manufaktur RI dan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12% untuk barang dan jasa mewah.

Data Purchasing Managers' Index (PMI) yang dirilis S&P Global hari ini, Kamis (2/1/2025) menunjukkan PMI manufaktur Indonesia ada di 51,2 pada Desember 2024. Angka ini memastikan PMI Indonesia kembali ke jalur ekspansif setelah terkontraksi selama lima bulan. Angka PMI ini juga menjadi yang tertinggi sejak tujuh bulan terakhir.

Seperti diketahui, PMI Manufaktur Indonesia mengalami kontraksi selama lima bulan beruntun yakni pada Juli (49,3), Agustus (48,9), September (49,2), Oktober (49,2), dan November 2024 (49,6).

Selain itu, kenaikan tarif PPN sebesar 12% yang hanya menyasar barang dan jasa mewah juga turut menopang IHSG.

Kombinasi sentimen tersebut juga turut menyengat pergerakan rupiah yang ikut menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Melansir data Refinitiv, rupiah pada akhir pekan lalu ditutup pada level Rp16,185/US$, menguat tipis 0,03% dibandingkan penutupan sebelumnya.

Seiring dengan menguatnya rupiah, meskipun masih di level tinggi, Indeks Dolar AS (DXY) terpantau melemah 0,28% per pukul 15.00 WIB pada Jumat kemarin ke posisi 109,08.

Beralih ke pasar obligasi, sayangnya tak bergerak senada dengan IHSG dan Rupiah yang ceria.

Merujuk data Refinitiv, sampai akhir pekan lalu, yield obligasi acuan bertenor 10 tahun masih betah di atas 7%. Pergerakan sepekan terakhir juga tercatat masih naik 0,20%.

Kenaikan pada yield obligasi berbanding terbalik dengan harga yang artinya sedang mengalami penurunan. Ini menunjukkan bahwa minat investor masih loyo terhadap obligasi, lantaran banyak yang jual.

Halaman 2 >>

Tiga indeks acuan bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street kompak menghijau pada penutupan perdangangan Jumat (3/1/2025). Saham teknologi masih jadi pendorong utama penguatan.

S&P 500 (SPX) ditutup melonjak 73,92 poin atau 1,26% ke posisi 5.942,47, kemudian Dow Jones Industrial Average (DJI) melesat 339,86 poin atau 0,80% menjadi 42.732,13 dan Nasdaq Composite (IXIC) melejit 340,88 poin atau 1,7% menuju 19.621,68.

Rally pasar saham pada hari terakhir pekan lalu utamanya didorong sektor teknologi. Tercatat Saham produsen chip Nvidia melonjak 4,7%, saham Super Micro Computer, pembuat server, melesat 10,9%.

Tren kenaikan harga saham dua perusahaan tersebut masih tersengat efek investasi berkelanjutan dalam teknologi kecerdasan buatan (AI).

Microsoft juga turut memeriahkan sentimen positif dengan pengumuman rencana investasi sebesar US$ 80 miliar untuk pusat data berteknologi AI pada tahun ini.

Lalu, saham perusahaan energi seperti Constellation Energy dan Vistra juga terangkat, masing-masing menguat 4% dan 8,5%.

Pelaku pasar nampak melakukan aksi jual setelah menutup pergerakan gemilang 2024 lalu. Ini terjadi sebagai respon antisipasi terhadap ekspektasi melambatnya laju penurunan suku bunga bank sentral dan prospek kebijakan kontroversi Trump.

Di sisi ekonomi, indeks manajer pembelian (PMI) Institute for Supply Management (ISM) (USPMI=ECI), mencatat perbaikan data perbaikan dengan naik 0,9 poin menjadi 49,3. Ini menjadi yang tertinggi sejak Maret, meskipun masih di area kontraksi.

Adapun pasar kini akan mengarahkan perhatian pada pekan ini terkait data payroll yang akan menunjang keputusan The Fed dalam kebijakan moneternya. Lalu berlanjut, pada pelantikan Presiden terpilih AS, Donald Trump yang diperkirakan akan mengambil sumpah jabatan pada 20 Januari mendatang.

Halaman 3 >>

Perdagangan pasar keuangan Tanah Air pada pekan ini akan diwarnai banyak sentimen, baik dari global maupun nasional. Pasar juga diperkirakan bisa lebih volatile ditengah harapan hadirnya fenomena January Effect.

Sementara terkhusus pada hari ini, sentimen di Tanah Air akan fokus pada konferensi pers APBN Kita, kemudian dari eksternal baik AS dan China akan lebih banyak seputar data PMI. 

Berikut rincian sentimen sepanjang pekan ini :

Amerika Serikat (AS)

Dimulai dari negeri Paman Sam, pada Senin ini (6/1/2025) akan ada rilis data Indeks Manajer Pembelian (PMI) Composite S&P Global dan Jasa periode Desember 2024.

Indeks PMI Composite S&P Global diperkirakan naik menjadi 56,6 pada Desember 2024 dari 54,9 pada November. Jika sesuai ekspektasi, ini akan menunjukkan kinerja terkuat dari aktivitas sektor swasta sejak Maret 2022 yang dipicu oleh lonjakan di sektor jasa (58,5, tertinggi sejak Oktober 2021, vs 56,1), sementara sektor manufaktur masih turun semakin dalam (48,3, terendah dalam tiga bulan, vs 49,7).

Tingkat aktivitas meningkat dengan laju lebih tinggi sebagai respons terhadap penguatan permintaan. Pesanan baru naik pada laju tercepat sejak April 2022 dan lapangan kerja meningkat untuk pertama kalinya dalam lima bulan.

Selain itu, tekanan inflasi semakin mereda meskipun ada lonjakan dalam inflasi biaya input di sektor manufaktur. Akhirnya, ekspektasi perusahaan terhadap output di tahun mendatang juga meningkat, mencapai level tertinggi dalam dua setengah tahun, mencerminkan optimisme yang meningkat tentang kondisi bisnis di bawah pemerintahan Trump yang akan datang.

Kemudian, PMI Jasa Global AS S&P diperkirakan naik menjadi 58,5 pada Desember 2024, dari 56,1 pada November, sementara analis memperkirakan akan turun menjadi 55,7.

Angka tersebut menunjukkan pertumbuhan terkuat di sektor jasa sejak Oktober 2021, karena pesanan baru untuk jasa meningkat pada tingkat yang tidak terlihat sejak Maret 2022 dan lapangan kerja meningkat untuk pertama kalinya sejak Juli. Di sisi harga, pertumbuhan biaya melambat ke level terendah dalam empat setengah tahun, sebagian karena pertumbuhan upah yang lebih lemah.

Keyakinan sektor jasa adalah yang tertinggi dalam lebih dari dua setengah tahun, terkait dengan ekspektasi pemerintahan yang lebih ramah bisnis di bawah Kepresidenan Trump, terutama dalam hal regulasi yang lebih longgar dan proteksionisme yang meningkat.

Selain itu rapat FOMC dan data klaim pengangguran awal hingga berkelanjutan AS juga akan menghiasi pasar keuangan pekan ini.

China

Berikutnya, dari negeri tirai bambu, akan terdapat beberapa data ekonomi yang tentu saja dapat menggairahkan pasar keuangan RI, mengingat negeri ini merupakan mitra terbesar dalam hal perdagangan.

Pada Senin (6/1/2025), China akan merilis data PMI Jasa Caixin China periode Desember 2024. Sebelumnya, PMI Jasa Caixin China turun ke 51,5 pada November 2024 dari level tertinggi tiga bulan pada Oktober sebesar 52,0, meleset dari prakiraan pasar sebesar 52,5.

Laporan terbaru mengindikasikan perlambatan pertumbuhan bisnis baru dan penjualan luar negeri. Sementara itu, lapangan kerja meningkat untuk bulan ketiga berturut-turut, meskipun hanya sedikit, dengan kenaikan sederhana dalam tumpukan pekerjaan untuk bulan keempat.

Di sisi biaya, inflasi harga input turun ke level terendah dalam 53 bulan, tetap di bawah rata-rata seri. Harga output turun untuk ketiga kalinya dalam empat bulan, karena persaingan yang semakin ketat.

Berlanjut pada esok harinya, Selasa (7/1/2025), terdapat data cadangan devisa China periode Desember 2024. Pada periode sebelumnya, cadangan devisa China naik sebesar US$4,8 miliar menjadi US$3,266 triliun pada November 2024, melampaui ekspektasi pasar yang memperkirakan penurunan menjadi US$3,23 triliun dan naik dari US$3,261 triliun pada Oktober.

Kenaikan tersebut terjadi karena dolar AS menguat terhadap mata uang lainnya. Bulan lalu, yuan terdepresiasi sebesar 1,8% terhadap dolar, sementara dolar menguat sebesar 1,8% terhadap mata uang utama lainnya.

Sementara itu, cadangan emas Tiongkok meningkat menjadi 72,96 juta troy ons, setelah tetap stagnan di angka 72,80 juta troy ons dalam enam bulan sebelumnya. Namun, nilainya turun menjadi US$193,43 miliar dari $199,06 miliar pada Oktober, sejalan dengan penurunan harga emas.

Dan, pada Rabu (8/1/2025) China akan merilis data inflasi periode Desember 2024. Sebelumnya, tingkat inflasi tahunan China secara tak terduga turun menjadi 0,2% pada November 2024 dari 0,3% pada bulan sebelumnya, lebih rendah dari perkiraan pasar sebesar 0,5% dan menandai angka terendah sejak Juni.

Indonesia

Beralih ke sentimen dalam negeri, pada Senin pagi ini sekitar pukul 10.00 WIB akan ada Konferensi Pers APBN KiTa Edisi Januari.

Hari ini, pemerintah akan mengumumkan realisasi APBN 2024, mulai dari pendapatan negara hingga pajak.

Menarik disimak seberapa besar pendapatan negara, terutama pajak sepanjang 2024. Patut dilihat pula seberapa besar defisit anggaran 2024 serta realisasi belanja negara

Kemudian, pada Rabu (8/1/2025) akan ada rilis data penjualan sepeda motor Indonesia periode Desember 2024. Sebelumnya, mengutip data Asosiasi Industri Sepedamotor Indonesia (AISI), pada periode November 2024 industri sepeda motor Indonesia sukses menjual 512.942 unit motor, turun tipis dari penjualan bulan Oktober 2024 yang mencatatkan angka 544.392 unit.

Sejak Januari hingga November, industri roda dua Indonesia sukses memasarkan motor sebanyak 5.929.830 unit. Angka tersebut naik tipis dari periode Januari-November tahun 2023 lalu yang mencatatkan angka penjualan 5.809.959 unit.

Masih pada hari yang sama, Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan cadangan devisa Indonesia periode Desember 2024.

Sebelumnya, BI melaporkan posisi cadangan devisa pada akhir November 2024 US$150,2 miliar. Realisasi tersebut turun US$1 miliar dibandingkan posisi pada akhir Oktober 2024.

Cadangan devisa setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Perkembangan cadangan devisa antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Berlanjut pada Kamis (9/1/2025), terdapat data Kepercayaan Konsumen Indonesia periode Desember 2024. Pada periode sebelumnya, Bank Indonesia (BI) melaporkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) November 2024 yang tercatat sebesar 125,9. IKK mulai merangkak naik dari posisi sebelumnya yaitu 121,1, tepatnya selepas Prabowo Subianto dilantik sebagai Presiden.

Berdasarkan kategori pengeluaran, keyakinan konsumen di bulan November 2024 tercatat meningkat untuk seluruh kategori. Peningkatan IKK tertinggi tercatat pada responden dengan pengeluaran >Rp5 juta.

Peningkatan IKK didukung oleh Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang masing-masing tercatat sebesar 113,5 dan 138,3, lebih tinggi dibandingkan dengan indeks bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 109,9 dan 132,4.

Adapun IKE dan IEK tercatat meningkat pada seluruh komponen pembentuknya.

Dan pada akhir pekan, Jumat (10/1/2025) terdapat data penjualan mobil Indonesia periode Desember 2024 dan penjualan ritel Indonesia periode November 2024.

Pada periode sebelumnya, penjualan mobil hingga November 2024 turun dibanding periode yang sama tahun lalu. Data pada Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) menunjukkan sepanjang Januari hingga November 2024, total penjualan mobil secara whole sales sebesar 784.788 unit. Ini turun 14,7% secara tahunan (yoy) dari periode 2023 sebesar 920.518 unit. Penjualan retail juga turun 11,2% (yoy) menjadi 806.721 unit pada periode 11 bulan 2024, dibanding 908.473 unit pada periode yang sama 2023.

Adapun, kinerja penjualan eceran diprakirakan meningkat pada November 2024. Hal ini tecermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) November 2024 yang diprakirakan mencapai 211,5 atau tumbuh 1,7% (yoy), lebih tinggi daripada pertumbuhan bulan sebelumnya.

Perkembangan penjualan eceran tersebut terutama didorong oleh peningkatan penjualan Kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Suku Cadang dan Aksesori, serta Subkelompok Sandang.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • US S&P Global Composite PMI Final periode Desember 2024

  • US S&P Global Service PMI Final periode Desember 2024

  • China Caixin Service PMI periode Desember 2024

  • China Caixin Composite PMI periode Desember 2024

  • Konferensi Pers APBN KiTa Edisi Januari pukul 10.00 WIB

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  • Cum date dividen TOWR

  • Ex date dividen ACRO

  • Cum date right issue CCSI

  • RUPS TCPI

  • Hari terakhir penawaran umum saham IPO RATU, KSIX, dan YOII

Berikut untuk indikator ekonomi RI :

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular