China Balas Naikkan Bea Impor, Dolar AS Langsung Jeblok
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 May 2019 21:07

Jakarta, CNBC Indonesia - China akhirnya membalas langkah Amerika Serikat (AS) yang menaikkan tarif impor, perang dagang jilid II sah dimulai. Saat pengumuman tersebut dirilis, indeks dolar langsung jeblok.
Pada pukul 20:25 WIB indeks dolar melemah 0,25% ke level 97,09. Indeks dibentuk dari enam mata uang, yakni euro, poundsterling, yen, dolar Kanada, franc Swiss, dan krona Swedia, serta dijadikan tolak ukur kekuatan dolar AS terhadap mata uang lainnya.
Kementerian Keuangan China akan menaikkan bea impor menjadi 25% dari sebelumnya 10% untuk produk dari AS dengan total nilai US$ 60 miliar, melansir CNBC International. Kenaikan bea impor tersebut akan resmi berlaku 1 Juni mendatang.
Kebijakan yang diambil Pemerintah Beijing membalas langkah Pemerintah Washington yang menaikkan bea impor menjadi 25% untuk produk China senilai US$ 200 miliar pada Jumat (10/5/19) lalu.
Langkah China kemungkinan akan membuat Presiden AS Donald Trump menaikkan bea impor lagi. Trump sebelumnya telah menyatakan akan menaikkan bea impor sebesar 25% untuk produk China senilai US$ 325 miliar yang saat ini belum terkena tarif.
Dalam kicauannya di Twitter, Trump juga menyatakan kenaikan bea impor buruk untuk China, dan negara Pimpinan Presiden Xi Jinping tersebut seharusnya tidak melakukan pembalasan, karena akan akan berdampak lebih buruk.
Memanasnya perang dagang antara kedua negara ini kembali memicu kecemasan akan pelambatan ekonomi global, bahkan kemungkinan akan adanya resesi di banyak negara.
Dolar AS kali ini tidak menjadi "pelarian" para investor akibat gejolak yang ditimbulkan oleh perang dagang kedua negara. Jika biasanya dolar unggul lawan euro, poundsterling, dan beberapa mata uang pembentuk indeks dolar lainnya, kali ini the greenback justru keok. Apalagi lawan yen Jepang, dolar selalu kalah jika bursa-bursa saham rontok akibat kecemasan pelambatan ekonomi.
Tekanan terhadap dolar terjadi akibat yield Treasury AS kembali mengalami inversi, dan pelaku pasar kembali teringat akan kemungkinan resesi Negara Paman Sam.
Inversi terjadi saat yield Treasury tenor 3 bulan lebih tinggi dari tenor 10 tahun. Pada pukul 20:25 WIB, imbal hasil tenor 3 bulan sebesar 2,423% sementara tenor 10 tahun 2,414%, mengutip data dari CNBC International.
Jika kondisi inversi yield ini terus berlanjut, indeks dolar kemungkinan akan terus mengalami tekanan pada perdagangan hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/roy) Next Article Bukan Pamer, Cek Nih Keperkasaan Rupiah Lawan Mata Uang Dunia
Pada pukul 20:25 WIB indeks dolar melemah 0,25% ke level 97,09. Indeks dibentuk dari enam mata uang, yakni euro, poundsterling, yen, dolar Kanada, franc Swiss, dan krona Swedia, serta dijadikan tolak ukur kekuatan dolar AS terhadap mata uang lainnya.
Kebijakan yang diambil Pemerintah Beijing membalas langkah Pemerintah Washington yang menaikkan bea impor menjadi 25% untuk produk China senilai US$ 200 miliar pada Jumat (10/5/19) lalu.
Langkah China kemungkinan akan membuat Presiden AS Donald Trump menaikkan bea impor lagi. Trump sebelumnya telah menyatakan akan menaikkan bea impor sebesar 25% untuk produk China senilai US$ 325 miliar yang saat ini belum terkena tarif.
Dalam kicauannya di Twitter, Trump juga menyatakan kenaikan bea impor buruk untuk China, dan negara Pimpinan Presiden Xi Jinping tersebut seharusnya tidak melakukan pembalasan, karena akan akan berdampak lebih buruk.
![]() |
Memanasnya perang dagang antara kedua negara ini kembali memicu kecemasan akan pelambatan ekonomi global, bahkan kemungkinan akan adanya resesi di banyak negara.
Tekanan terhadap dolar terjadi akibat yield Treasury AS kembali mengalami inversi, dan pelaku pasar kembali teringat akan kemungkinan resesi Negara Paman Sam.
Inversi terjadi saat yield Treasury tenor 3 bulan lebih tinggi dari tenor 10 tahun. Pada pukul 20:25 WIB, imbal hasil tenor 3 bulan sebesar 2,423% sementara tenor 10 tahun 2,414%, mengutip data dari CNBC International.
Jika kondisi inversi yield ini terus berlanjut, indeks dolar kemungkinan akan terus mengalami tekanan pada perdagangan hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/roy) Next Article Bukan Pamer, Cek Nih Keperkasaan Rupiah Lawan Mata Uang Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular