
Inverted Yield Terjadi Lagi, Ada Apa dengan Obligasi AS?
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
13 May 2019 17:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Inversi atau terbaliknya tingkat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) pada tenor 3 bulan dan 10 tahun terjadi lagi, Senin (13/5/2019).
Fenomena inversi yang kembali muncul tersebut diperkirakan akan menjadi antitesis bagi nada agresif (hawkish)yang dikumandangkan bank sentral Federal Reserve terkait kebijakan moneternya sebulan terakhir. The Fed memberi sinyal tidak akan menaikkan suku bunga acuannya saat ini, bertentangan dengan keinginan pasar yang berharap Jerome Powell dan koleganya akan memangkas bunga acuan tahun ini.
Data Refinitiv menunjukkan inversi terjadi karena yield efek yang biasa disebut US Treasury tersebut untuk tenor 10 tahun turun terlalu dalam, yang mencerminkan adanya tekanan beli yang luar biasa hari ini.
Penguatan di pasar obligasi Amerika Serikat biasanya justru mencerminkan adanya tekanan global sehingga investor berbondong-bondong membeli efek utang pemerintahan Paman Trump dan membuat harganya naik serta yield-nya turun.
Pergerakan harga dan yield saling bertolak belakang di pasar obligasi, baik secara global maupun domestik.
Apalagi, pekan lalu Amerika Serikat sudah mengesahkan penaikan tarif impor terhadap 10 jenis barang komoditas perdagangan dari China yang membuat tensi kedua negara adidaya semakin memanas.
Sumber: Refinitiv
Yield obligasi pemerintah seri 3 bulan saat ini berada pada 2,44% dan US Treasury seri 10 tahun berada pada 2,42% sehingga memiliki inversi atau selisih terbalik 2 basis poin.
Hitungan 100 bps setara dengan 1%. US Treasury di bawah 1 tahun juga lebih umum disebut US T-Bills.
Peminatan berlebihan pasar terhadap tenor lebih panjang tersebut memungkinkan karena mereka menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek.
Selain tenor 3 bulan-10 tahun, inversi US Treasury juga masih terjadi pada pada tenor 3 bulan-5 tahun serta 2 tahun-5 tahun, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada Agustus tahun lalu.
Inversi pada US T-Bills 3 bulan-US Treasury 10 tahun pernah terjadi pada medio 22 Maret-29 Maret.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat.
Dengan muncul kembalinya inversi pada US Treasury 3 bulan-10 tahun ini, nada agresif (hawkish)yang dikumandangkan bank sentral Amerika Serikat terhadap kebijakan moneternya sebulan terakhir seakan terancam kembali dengan fenomena yang mencerminkan ekspektasi pelaku pasar ini.
Justin Onuekwusi, portfolio manager Legal & General Investment Management, mengatakan investor sedang bersiap menghadapi ancaman balasan dari China terkait pengenaan bea impor Amerika Serikat pada Jumat.
"Risiko resesi naik dengan pasti, didorong ketidakpastian di sekitar China dan Amerika Serikat," ujar Onuekwusi.
Kurva yield US Treasury selalu terjadi sebelum setiap resesi yang terjadi sejak 50 tahun terakhir, dan hanya meleset sekali dari rentang periode tersebut.
"Kurva yield hanyalah salah satu indikator dan sulit menentukan apakah dia adalah indikator utamanya," tambah Onuekwusi, kutip Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/prm) Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi
Fenomena inversi yang kembali muncul tersebut diperkirakan akan menjadi antitesis bagi nada agresif (hawkish)yang dikumandangkan bank sentral Federal Reserve terkait kebijakan moneternya sebulan terakhir. The Fed memberi sinyal tidak akan menaikkan suku bunga acuannya saat ini, bertentangan dengan keinginan pasar yang berharap Jerome Powell dan koleganya akan memangkas bunga acuan tahun ini.
Data Refinitiv menunjukkan inversi terjadi karena yield efek yang biasa disebut US Treasury tersebut untuk tenor 10 tahun turun terlalu dalam, yang mencerminkan adanya tekanan beli yang luar biasa hari ini.
Pergerakan harga dan yield saling bertolak belakang di pasar obligasi, baik secara global maupun domestik.
Apalagi, pekan lalu Amerika Serikat sudah mengesahkan penaikan tarif impor terhadap 10 jenis barang komoditas perdagangan dari China yang membuat tensi kedua negara adidaya semakin memanas.
Yield US Treasury Acuan 13 Mei'2019 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 10 Mei'19 (%) | Yield 13 Mei'19 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 2.429 | 2.445 | 3 bulan-5 tahun | 23.3 |
UST 2020 | 2 Tahun | 2.252 | 2.217 | 2 tahun-5 tahun | 0.5 |
UST 2021 | 3 Tahun | 2.214 | 2.179 | 3 tahun-5 tahun | -3.3 |
UST 2023 | 5 Tahun | 2.25 | 2.212 | 3 bulan-10 tahun | 2 |
UST 2028 | 10 Tahun | 2.455 | 2.425 | 2 tahun-10 tahun | -20.8 |
Yield obligasi pemerintah seri 3 bulan saat ini berada pada 2,44% dan US Treasury seri 10 tahun berada pada 2,42% sehingga memiliki inversi atau selisih terbalik 2 basis poin.
Hitungan 100 bps setara dengan 1%. US Treasury di bawah 1 tahun juga lebih umum disebut US T-Bills.
Peminatan berlebihan pasar terhadap tenor lebih panjang tersebut memungkinkan karena mereka menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek.
![]() Kurva Wajar (non-Inversi) Surat Utang Negara |
![]() Kurva Yield Inversi US Treasury |
Inversi pada US T-Bills 3 bulan-US Treasury 10 tahun pernah terjadi pada medio 22 Maret-29 Maret.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat.
Dengan muncul kembalinya inversi pada US Treasury 3 bulan-10 tahun ini, nada agresif (hawkish)yang dikumandangkan bank sentral Amerika Serikat terhadap kebijakan moneternya sebulan terakhir seakan terancam kembali dengan fenomena yang mencerminkan ekspektasi pelaku pasar ini.
Justin Onuekwusi, portfolio manager Legal & General Investment Management, mengatakan investor sedang bersiap menghadapi ancaman balasan dari China terkait pengenaan bea impor Amerika Serikat pada Jumat.
"Risiko resesi naik dengan pasti, didorong ketidakpastian di sekitar China dan Amerika Serikat," ujar Onuekwusi.
Kurva yield US Treasury selalu terjadi sebelum setiap resesi yang terjadi sejak 50 tahun terakhir, dan hanya meleset sekali dari rentang periode tersebut.
"Kurva yield hanyalah salah satu indikator dan sulit menentukan apakah dia adalah indikator utamanya," tambah Onuekwusi, kutip Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/prm) Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular