Yield Obligasi Jerman Minus, Trump Nyinyir & Salahkan The Fed

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
23 August 2019 11:36
Di sisi lain, saat ini suku bunga AS masih berada di rentang 2%-2,25% dengan yield obligasi tenor serupa pada 1,64%.
Foto: US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali bertitah melalui cuitannya di Twitter, kali ini "the chosen one" kembali meminta The Federal Reserve (The Fed) segera melonggarkan kebijakan moneter. Pernyataan Trump tersebut disampaikan merespons tingkat imbal hasil (yield) negatif obligasi bertenor 30 tahun yang baru diterbitkan Jerman.

"Germany sells 30 year bonds offering negative yields. Germany competes with the USA. Our Federal Reserve does not allow us to do what we must do. They put us at a disadvantage against our competition. Strong Dollar, No Inflation! They move like quicksand. Fight or go home!" kutip Trump semalam (23/8/19). 



Julukan 'the chosen one', atau manusia pilihan dewa dan Tuhan, bukanlah cemoohan dari pihak musuhnya bahkan justru keluar dari mulut suami Melania Knauss Trump tersebut di depan wartawan ketika ditanyakan tentang perkembangan perang dagang dengan China.

Kata-kata itu dilontarkan ketika berpaling dari sekelompok wartawan yang sedang mewawancarainya, ditambah drama menengadahkan muka ke langit seakan sedang menerima wahyu dari surga.


Dengan diterbitkan dengan yield negatif, tepatnya pada angka -0,11%, artinya investor obligasi baru Jerman senilai 869 juta euro tersebut rela tidak diberi kupon rutin oleh si penerbit hingga jatuh tempo bahkan membelinya di harga premium dari nilai nominalnya, meskipun hasil penjualan tidak sampai separuh dari angka penawaran 2 miliar euro.

Dengan kata lain, masih dibelinya obligasi tanpa kupon dan dibeli di harga tinggi itu menandakan investor masih memprediksi kondisi ekonomi akan lebih buruk dan lebih terkontraksi sehingga mengangkat harga obligasi sekaligus menekan yield-nya, dan berarti si pemilik efek utang itu dapat menjual portofolionya itu dengan harga yang lebih tinggi lagi di kemudian hari.

Ancaman itu kembali dilontarkan Trump seiring dengan penerbitan baru obligasi Jerman tersebut, yang biasa disebut bunds, setelah sebelumnya posisi yield obligasi Jerman tenor 10 tahun turun hingga berada di bawah nol, tepatnya -0,64%.

Negatifnya yield obligasi yang sudah beredar tersebut disebabkan diburunya instrumen itu di tengah tingkat suku bunga Negara Panser yang sudah berada di level 0% sejak 2016 silam.

Di sisi lain, saat ini suku bunga AS masih berada di rentang 2%-2,25% dengan yield obligasi tenor serupa pada 1,64%. Yield adalah tingkat pengembalian investasi yang mencerminkan kupon yang akan didapat investor yang dikaitkan dengan harga pembelian obligasi tersebut, yang sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga. Pergerakan harga dan yield saling bertolak belakang di pasar sekunder. 

Dalam cuitannya, Trump juga menggarisbawahi bahwa leletnya reaksi The Fed terhadap pemangkasan suku bunga juga berimbas pada kecepatan langkah AS yang akhirnya lebih lambat dibanding Jerman dan berdampak dalam bermanuver mencari pendanaan.

Padahal, Trump dan hampir seluruh dunia mengakui kekuatan politik, ekonomi, sosial, dan militer AS tentu di atas negara lain di dunia, terutama Jerman yang sedang dilanda perlambatan ekonomi. Namun, dengan posisi tawar yang lebih kuat tersebut malahan AS harus membayar kupon yang lebih tinggi kepada investor obligasi pemerintahannya, yang umum dijuluki US Treasury.

Sebagai catatan, suku bunga Jerman sudah berada di 0% sejak 2016 dan tingkat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah seri 10 tahun juga sudah negatif sejak Maret tahun ini. Biasanya, yield obligasi akan turun lebih rendah daripada level suku bunga karena fungsi dan kodratnya sebagai instrumen yang risikonya setara dengan keberadaan pemerintahan negara tersebut, atau bahkan sering dianggap tanpa risiko (zero risk instrument) karena dijamin sepenuhnya oleh pemerintah. 

Kemarin, Jerman juga semakin selangkah lebih jauh daripada AS dengan lebih dulu mengambil manuver untuk menerbitkan obligasi pemerintah berkupon nol persen, atau biasa disebut zero coupon bond, for the very first time in their history. Langkah tersebut diambil Jerman karena skema pembayarannya dapat membuat si penerbit tidak perlu membayarkan kupon secara rutin.

Tingkat pengembalian investasi baru dibayarkan ketika pokok obligasinya ditebus ketika surat utang tersebut jatuh tempo. Meskipun selalu menyalahkan The Fed akibat langkah hati-hati yang dianggap tidak responsif terhadap kebutuhan pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam, pemberitaan di sebuah televisi swasta AS menunjukkan bahwa janji-janji ekonomi Trump juga tidak benar-benar amat. 

Janji-janji kampanye Trump juga tidak ditaati bahkan lebih jelek. Defisit tahun berjalan dinyatakan sudah naik 25% dari posisi tahun lalu, dan akan bertambah Rp 1 triliun tahun depan. Penerimaan pajak mereka juga diprediksi akan lebih rendah US$ 430 miliar dari target pemerintah.

Di sisi lain, belanja pemerintah pun naik US$ 1,7 triliun. Defisit APBN mereka pun ditengarai naik menjadi 4,7% terhadap PDB, dibanding 2,4% dari PDB pada 2015.
 

Selain Jerman, beberapa negara yang yield obligasinya sudah turun hingga negatif adalah obligasi pemerintah Jepang yang biasa disebut JGBs, Belanda (NEDs atau DSLs), dan Belgia (OLOs).

Ya, boleh saja kita tidak setuju dengan Trump, tetapi demi menjaga kemaslahatan dunia menghadapi ancaman perlambatan ekonomi, dalam hal ini bolehlah kita mendukung supaya The Fed lebih agresif ke depannya sebagai tindakan preventif.




TIM RISET CNBC INDONESIA


(irv/hps) Next Article Harga Obligasi AS Reli, Harga SUN Malah 'Gigit Jari'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular