
Semua SBN Menguat, Spread dengan US Treasury Menyempit

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah sepanjang pekan ini melesat, sebagaimana terlihat dari koreksi imbal hasilnya (yield). Penguatan harga terutama menimpa surat utang jangka panjang yang turun hingga melewati level psikologis 7%.
Anjloknya imbal hasil obligasi di Indonesia terjadi di tengah kebijakan pemerintah yang melarang dan belakangan membatasi aktivitas mudik. Kebijakan ini berpeluang menghilangkan momentum kenaikan konsumsi masyarakat, yang menyumbang 57% ekonomi nasional.
Semua Surat Berharga Negara (SBN) mencatatkan kenaikan harga secara mingguan yang terlihat dari penurunan yield mereka, rata-rata sebesar 5,95%. Obligasi pemerintah tenor 30 tahun mencetak koreksi yield terbesar, yakni mencapai 9,6 basis poin (bp) menjadi 6,973%. Itu merupakan level terendahnya sejak 12 Maret lalu sebesar 6,95%.
Yield bergerak berkebalikan dari harga obligasi, sehingga koreksi imbal hasil mengindikasikan harga surat utang yang meninggi, demikian juga sebaliknya. Perhitungan imbal hasil dilakukan dalam basis poin yang setara dengan 1/100 dari 1%.
Sementara itu, imbal hasil SBN tenor 10 tahun-yang menjadi acuan (benchmark) di pasar tercatat melemah 2,2 bp secara mingguan menjadi 6,484% per Jumat (24/4/2021). Pelemahan yield terutama terjadi pada hari Selasa, yang mencapai 4,6 bp dalam sehari ke 6,429%.
Di sisi lain, yield obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) tenor yang sama melemah menjadi 1,567% atau kian jauh dari posisi tertingginya tahun ini pada 1,776%. Pemicunya, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menyatakan kebijakan moneter longgar akan dipertahankan meski inflasi meninggi.
Obligasi pemerintah merupakan aset pendapatan tetap yang dinilai sebagai aset safe haven. Ia diburu (sehingga yield menguat) ketika pelaku pasar merasa kondisi ekonomi sedang dalam bayang-bayang krisis. Atau, untuk kasus AS, ketika pasokan likuiditas di pasar terus meningkat sementara valuasi bursa saham Wall Street sudah tinggi.
Penurunan yield surat utang pemerintah Indonesia yang berbarengan dengan yield obligasi pemerintah AS tersebut tak berujung pada melebarnya selisih (spread) imbal hasil keduanya. Sebaliknya, selisih keduanya terus melemah.
Jika pekan lalu spread SBN 10 tahun dan US Treasury bertenor mencapai 493,3 bp, maka kini menjadi 491,7 bp. Ini mengindikasikan bahwa pemanis bagi investor global memegang obligasi Indonesia, dibandingkan memegang obligasi AS, cenderung menurun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%