
Newsletter
Balada 'Surat Cinta' Xi Jinping Buat Donald Trump
Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & M Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
10 May 2019 05:25

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia menjalani periode kelam pada perdagangan kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah sama-sama terkoreksi.
Kemarin, IHSG ditutup anjlok sampai 1,14%. Tidak cuma IHSG, bursa saham Asia pun berjatuhan. Indeks Nikkei 225 turun 0,93%, Hang Seng amblas 2,39%, Shanghai Composite ambrol 1,48%, Kospi jatuh 3,04%, dan Straits Times minus 0,43%.
Sementara rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan pelemahan 0,38% terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Tidak cuma rupiah, hampir seluruh mata uang utama Asia pun terdepresiasi.
Lautan merah di pasar keuangan Asia terjadi karena perkembangan relasi dagang AS-China. Hubungan Washington-Beijing yang sempat mesra setelah beberapa kali dialog kembali panas.
Gara-garanya, AS sudah siap menerapkan kenaikan bea masuk untuk importasi produk-produk China senilai US$ 200 miliar dari 10% menjadi 25%. Kebijakan tersebut berlaku mulai 10 Mei. Produk-produk yang bakal terkena kenaikan bea masuk antara lain modem dan router internet, papan sirkuit, pengisap debu, sampai furnitur.
Menurut AS, China telah melanggar kesepakatan dengan menolak sejumlah komitmen yang dijanjikan. Dalam kawat diplomatik dari Beijing yang diterima Washington, terungkap bahwa China menghapus beberapa komitmen dalam draf kesepakatan dagang. Mengutip Reuters, China disebutkan tidak lagi berkomitmen untuk melindungi hak atas kekayaan intelektual, pemaksaan transfer teknologi, kebijakan persaingan bebas, akses terhadap sektor keuangan, dan manipulasi kurs.
"Mereka (China) melanggar kesepakatan. Mereka tidak bisa melakukan itu, jadi mereka harus membayarnya. Saya sudah mengumumkan akan ada kenaikan tarif (bea masuk) dan tidak akan berhenti sampai China berhenti berlaku curang," tegas Presiden AS Donald Trump dalam pidato di Florida, mengutip Reuters.
Menanggapi tantangan AS, China tidak gentar. Beijing menegaskan akan melakukan serangan balik saat AS menaikkan bea masuk.
"China sangat menyesalkan jika kebijakan bea masuk AS jadi diterapkan. China akan melakukan kebijakan balasan," sebut keterangan tertulis Kementerian Perdagangan China, dikutip dari Reuters.
Ini membuat pelaku pasar memilih bermain aman, ogah mengambil risiko. Akibatnya aset-aset keuangan di negara berkembang Asia mengalami tekanan jual.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Senasib dengan Asia, bursa saham New York pun dihiasi warna merah. Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,54%, S&P 500 melemah 0,3%, dan Nasdaq Composite berkurang 0,41%.
Sentimen yang mewarnai Wall Street pun serupa dengan Asia, yaitu risiko kembali meletusnya perang dagang AS-China. Pelaku pasar memilih enggan mengambil risiko sebari menunggu hasil pertemuan Wakil Perdana Menteri China Liu He dengan delegasi AS di Washington, Kamis-Jumat waktu setempat.
Awalnya Wall Street bahkan sempat anjlok sampai di kisaran 1%. Namun pelemahan itu menipis karena ada perkembangan positif. Presiden AS Donald Trump mengaku mendapat surat dari Presiden China Xi Jinping yang memberi harapan bahwa damai dagang masih bisa terwujud.
"Beliau menulis surat yang indah kepada saya. Saya baru menerimanya, dan mungkin saya akan menghubungi beliau via telepon," ungkap Trump, mengutip Reuters.
Salah satu isi surat tersebut adalah "mari bekerja bersama dan kita lihat apa yang bisa kita capai," ujar Trump menirukan. Setelah membawa surat itu, Trump yakin bahwa AS-China akan bisa mencapai kesepakatan dagang pekan ini.
Namun karena proses dialog masih berlangsung, investor masih agak menjaga jarak. Tidak ada yang mau 'bermain api', semuanya masih memilih main aman. Akibatnya Wall Street belum mampu finis di jalur hijau.
"Mungkin tarif bea masuk baru akan diterapkan besok. Akan tetapi, di sisi lain pasar juga percaya bahwa akan ada penyelesaian. Tidak ada untungnya bagi AS maupun China untuk melanjutkan perang dagang," tegas John Stoltzfus, Chief Investment Strategist di Oppenheimer Asset Management, dikutip dari Reuters.
Saham-saham yang sensitif terhadap isu perdagangan masih menjadi pemberat laju Wall Street. Harga saham 3M anjlok 1,85%, Boeing amblas 1%, dan Caterpillar minus 0,57%.
Maklum, China adalah negara tujuan ekspor utama bagi emiten-emiten ini. Jika perang dagang berlanjut, maka mereka akan sulit menembus pasar Negeri Tirai Bambu.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
Untuk perdagangan hari ini. investor perlu mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu performa Wall Street yang kurang impresif. Bisa-bisa merahnya Wall Street akan mempengaruhi suasana kebatinan di pasar keuangan Asia.
Kedua, investor perlu terus memantau perkembangan negosiasi dagang AS-China di Washington. Mari berharap Liu dan kolega berhasil meyakinkan AS sehingga menarik kembali rencana kenaikan bea masuk. Atau semoga tuah 'surat cinta' Xi kepada Trump begitu ampuh sehingga membuat AS luluh.
China sendiri menolak anggapan bahwa mereka melanggar atau mengingkari kesepakatan. Oleh karena itu, Beijing akan terus melanjutkan proses negosiasi.
"AS memberikan banyak cap kepada kami. Mundur, ingkar, dan sebagainya. China adalah mitra yang dapat dipercaya dan memegang janji. Ini tidak pernah berubah," tutur Gao Feng, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China, dikutip dari Reuters.
Namun bila memang perang dagang kembali meletus dan tidak bisa dihindari, China pun siap menghadapinya. Gao menegaskan China akan mempertahankan kepentingan nasional dengan sekuat tenaga.
"China selalu konsisten dan tidak akan mengalah terhadap segala bentuk tekanan. Kami sudah bersiap untuk merespons segala kemungkinan," tegas Gao.
Well, jika Liu gagal meyakinkan AS dan kenaikan tarif bea masuk diberlakukan maka China akan membalas dengan kebijakan yang sama. Perang dagang kembali bergulir, dan mengancam prospek pertumbuhan ekonomi dunia.
Sentimen perang dagang akan membuat investor semakin enggan bersikap agresif. Jangankan aset-aset di negara berkembang, bahkan dolar AS pun tidak menjadi pilihan. Pada pukul 04:44 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,19%.
Sepertinya investor mencari perlindungan di aset yang benar-benar aman yaitu emas. Pada pukul 04:45 WIB, harga emas dunia naik 0,25% karena kenaikan permintaan. Kalau situasi ini berlanjut, maka IHSG dan rupiah rasanya tidak punya harapan untuk menguat.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
Namun ada sentimen ketiga yang bisa menjadi harapan bagi rupiah yaitu koreksi harga minyak dunia. Pada pukul 04:49 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet turun masing-masing 0,53% dan 0,9%.
Penyebabnya adalah kekhawatiran akan perang dagang AS-China yang akan merontokkan pertumbuhan ekonomi dunia. Kala ekonomi melambat, maka permintaan energi akan berkurang sehingga melemahkan harga si emas hitam.
Penurunan harga minyak adalah berkah buat rupiah. Saat harga minyak turun, maka biaya impor komoditas ini akan lebih murah sehingga mengurangi beban neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account). Dengan begitu rupiah akan memiliki fondasi yang lebih kuat sehingga tidak mudah terombang-ambing.
Sentimen keempat, kali ini dari dalam negeri, adalah rilis data yang sangat penting yaitu Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal I-2019. Neraca ini menggambarkan keseimbangan eksternal, seberapa besar devisa yang masuk dan keluar di perekonomian Indonesia.
Pos yang akan menjadi sorotan, seperti yang sudah disinggung sebelumnya, adalah transaksi berjalan. Sebab transaksi berjalan mencerminkan arus devisa dari ekspor-impor barang dan jasa, sebuah sumber yang lebih tahan lama ketimbang kamar sebelah yaitu portofolio di pasar keuangan (hot money).
Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit transaksi berjalan pada kuartal I-2019 lebih sedikit ketimbang kuartal sebelumnya yang mencapai 3,57% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sepanjang 2019, bank sentral meramal defisit transaksi berjalan menyusut ke arah 2,5% PDB dari 2,98% PDB pada 2018.
Namun jika ternyata defisit transaksi berjalan melebar, apalagi sampai tidak bisa ditalangi oleh transaksi modal dan finansial sehingga NPI secara keseluruhan menjadi tekor, maka bersiaplah menghadapi murka pasar. Rupiah akan dipersepsikan tidak punya pijakan yang kuat, sehingga rentan digoyang.
(BERLANJUT KE HALAMAN 5)
Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini:
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Untuk mendapatkan informasi seputar data-data pasar, silakan klik di sini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Anies Restui Restoran Hingga Bioskop Buka! Cuan, Cuan, Cuan?
Kemarin, IHSG ditutup anjlok sampai 1,14%. Tidak cuma IHSG, bursa saham Asia pun berjatuhan. Indeks Nikkei 225 turun 0,93%, Hang Seng amblas 2,39%, Shanghai Composite ambrol 1,48%, Kospi jatuh 3,04%, dan Straits Times minus 0,43%.
Sementara rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan pelemahan 0,38% terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Tidak cuma rupiah, hampir seluruh mata uang utama Asia pun terdepresiasi.
Lautan merah di pasar keuangan Asia terjadi karena perkembangan relasi dagang AS-China. Hubungan Washington-Beijing yang sempat mesra setelah beberapa kali dialog kembali panas.
Gara-garanya, AS sudah siap menerapkan kenaikan bea masuk untuk importasi produk-produk China senilai US$ 200 miliar dari 10% menjadi 25%. Kebijakan tersebut berlaku mulai 10 Mei. Produk-produk yang bakal terkena kenaikan bea masuk antara lain modem dan router internet, papan sirkuit, pengisap debu, sampai furnitur.
Menurut AS, China telah melanggar kesepakatan dengan menolak sejumlah komitmen yang dijanjikan. Dalam kawat diplomatik dari Beijing yang diterima Washington, terungkap bahwa China menghapus beberapa komitmen dalam draf kesepakatan dagang. Mengutip Reuters, China disebutkan tidak lagi berkomitmen untuk melindungi hak atas kekayaan intelektual, pemaksaan transfer teknologi, kebijakan persaingan bebas, akses terhadap sektor keuangan, dan manipulasi kurs.
"Mereka (China) melanggar kesepakatan. Mereka tidak bisa melakukan itu, jadi mereka harus membayarnya. Saya sudah mengumumkan akan ada kenaikan tarif (bea masuk) dan tidak akan berhenti sampai China berhenti berlaku curang," tegas Presiden AS Donald Trump dalam pidato di Florida, mengutip Reuters.
Menanggapi tantangan AS, China tidak gentar. Beijing menegaskan akan melakukan serangan balik saat AS menaikkan bea masuk.
"China sangat menyesalkan jika kebijakan bea masuk AS jadi diterapkan. China akan melakukan kebijakan balasan," sebut keterangan tertulis Kementerian Perdagangan China, dikutip dari Reuters.
Ini membuat pelaku pasar memilih bermain aman, ogah mengambil risiko. Akibatnya aset-aset keuangan di negara berkembang Asia mengalami tekanan jual.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Senasib dengan Asia, bursa saham New York pun dihiasi warna merah. Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,54%, S&P 500 melemah 0,3%, dan Nasdaq Composite berkurang 0,41%.
Sentimen yang mewarnai Wall Street pun serupa dengan Asia, yaitu risiko kembali meletusnya perang dagang AS-China. Pelaku pasar memilih enggan mengambil risiko sebari menunggu hasil pertemuan Wakil Perdana Menteri China Liu He dengan delegasi AS di Washington, Kamis-Jumat waktu setempat.
Awalnya Wall Street bahkan sempat anjlok sampai di kisaran 1%. Namun pelemahan itu menipis karena ada perkembangan positif. Presiden AS Donald Trump mengaku mendapat surat dari Presiden China Xi Jinping yang memberi harapan bahwa damai dagang masih bisa terwujud.
"Beliau menulis surat yang indah kepada saya. Saya baru menerimanya, dan mungkin saya akan menghubungi beliau via telepon," ungkap Trump, mengutip Reuters.
Salah satu isi surat tersebut adalah "mari bekerja bersama dan kita lihat apa yang bisa kita capai," ujar Trump menirukan. Setelah membawa surat itu, Trump yakin bahwa AS-China akan bisa mencapai kesepakatan dagang pekan ini.
Namun karena proses dialog masih berlangsung, investor masih agak menjaga jarak. Tidak ada yang mau 'bermain api', semuanya masih memilih main aman. Akibatnya Wall Street belum mampu finis di jalur hijau.
"Mungkin tarif bea masuk baru akan diterapkan besok. Akan tetapi, di sisi lain pasar juga percaya bahwa akan ada penyelesaian. Tidak ada untungnya bagi AS maupun China untuk melanjutkan perang dagang," tegas John Stoltzfus, Chief Investment Strategist di Oppenheimer Asset Management, dikutip dari Reuters.
Saham-saham yang sensitif terhadap isu perdagangan masih menjadi pemberat laju Wall Street. Harga saham 3M anjlok 1,85%, Boeing amblas 1%, dan Caterpillar minus 0,57%.
Maklum, China adalah negara tujuan ekspor utama bagi emiten-emiten ini. Jika perang dagang berlanjut, maka mereka akan sulit menembus pasar Negeri Tirai Bambu.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
Untuk perdagangan hari ini. investor perlu mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu performa Wall Street yang kurang impresif. Bisa-bisa merahnya Wall Street akan mempengaruhi suasana kebatinan di pasar keuangan Asia.
Kedua, investor perlu terus memantau perkembangan negosiasi dagang AS-China di Washington. Mari berharap Liu dan kolega berhasil meyakinkan AS sehingga menarik kembali rencana kenaikan bea masuk. Atau semoga tuah 'surat cinta' Xi kepada Trump begitu ampuh sehingga membuat AS luluh.
China sendiri menolak anggapan bahwa mereka melanggar atau mengingkari kesepakatan. Oleh karena itu, Beijing akan terus melanjutkan proses negosiasi.
"AS memberikan banyak cap kepada kami. Mundur, ingkar, dan sebagainya. China adalah mitra yang dapat dipercaya dan memegang janji. Ini tidak pernah berubah," tutur Gao Feng, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China, dikutip dari Reuters.
Namun bila memang perang dagang kembali meletus dan tidak bisa dihindari, China pun siap menghadapinya. Gao menegaskan China akan mempertahankan kepentingan nasional dengan sekuat tenaga.
"China selalu konsisten dan tidak akan mengalah terhadap segala bentuk tekanan. Kami sudah bersiap untuk merespons segala kemungkinan," tegas Gao.
Well, jika Liu gagal meyakinkan AS dan kenaikan tarif bea masuk diberlakukan maka China akan membalas dengan kebijakan yang sama. Perang dagang kembali bergulir, dan mengancam prospek pertumbuhan ekonomi dunia.
Sentimen perang dagang akan membuat investor semakin enggan bersikap agresif. Jangankan aset-aset di negara berkembang, bahkan dolar AS pun tidak menjadi pilihan. Pada pukul 04:44 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,19%.
Sepertinya investor mencari perlindungan di aset yang benar-benar aman yaitu emas. Pada pukul 04:45 WIB, harga emas dunia naik 0,25% karena kenaikan permintaan. Kalau situasi ini berlanjut, maka IHSG dan rupiah rasanya tidak punya harapan untuk menguat.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
Namun ada sentimen ketiga yang bisa menjadi harapan bagi rupiah yaitu koreksi harga minyak dunia. Pada pukul 04:49 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet turun masing-masing 0,53% dan 0,9%.
Penyebabnya adalah kekhawatiran akan perang dagang AS-China yang akan merontokkan pertumbuhan ekonomi dunia. Kala ekonomi melambat, maka permintaan energi akan berkurang sehingga melemahkan harga si emas hitam.
Penurunan harga minyak adalah berkah buat rupiah. Saat harga minyak turun, maka biaya impor komoditas ini akan lebih murah sehingga mengurangi beban neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account). Dengan begitu rupiah akan memiliki fondasi yang lebih kuat sehingga tidak mudah terombang-ambing.
Sentimen keempat, kali ini dari dalam negeri, adalah rilis data yang sangat penting yaitu Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal I-2019. Neraca ini menggambarkan keseimbangan eksternal, seberapa besar devisa yang masuk dan keluar di perekonomian Indonesia.
Pos yang akan menjadi sorotan, seperti yang sudah disinggung sebelumnya, adalah transaksi berjalan. Sebab transaksi berjalan mencerminkan arus devisa dari ekspor-impor barang dan jasa, sebuah sumber yang lebih tahan lama ketimbang kamar sebelah yaitu portofolio di pasar keuangan (hot money).
Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit transaksi berjalan pada kuartal I-2019 lebih sedikit ketimbang kuartal sebelumnya yang mencapai 3,57% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sepanjang 2019, bank sentral meramal defisit transaksi berjalan menyusut ke arah 2,5% PDB dari 2,98% PDB pada 2018.
Namun jika ternyata defisit transaksi berjalan melebar, apalagi sampai tidak bisa ditalangi oleh transaksi modal dan finansial sehingga NPI secara keseluruhan menjadi tekor, maka bersiaplah menghadapi murka pasar. Rupiah akan dipersepsikan tidak punya pijakan yang kuat, sehingga rentan digoyang.
(BERLANJUT KE HALAMAN 5)
Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini:
- Rilis data tingkat inflasi AS periode April (19:30 WIB).
- Rilis data konsumsi rumah tangga Jepang periode Maret (06:30 WIB).
- Rilis data ekspor-impor Jerman periode Maret (13:00 WIB).
- Rilis NPI kuartal I-2019 (tentatif).
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Indikator | Tingkat |
Pertumbuhan ekonomi (Q I-2019 YoY) | 5,17% |
Inflasi (April 2019 YoY) | 2,83% |
BI 7 Day Reverse Repo Rate (April 2019) | 6% |
Defisit anggaran (APBN 2019) | -1,84% PDB |
Transaksi berjalan (2018) | -2,98% PDB |
Neraca pembayaran (2018) | -US$ 7,13 miliar |
Cadangan devisa (April 2019) | US$ 124,29 miliar |
Untuk mendapatkan informasi seputar data-data pasar, silakan klik di sini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Anies Restui Restoran Hingga Bioskop Buka! Cuan, Cuan, Cuan?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular