Tuduhan Baru Trump: China Ingkari Perjanjian Dagang!

Wangi Sinintya, CNBC Indonesia
09 May 2019 11:50
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan bahwa pemerintah China ternyata melanggar kesepakatan.
Foto: Donald Trump/Kevin Lamarque | Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan bahwa pemerintah China ternyata melanggar kesepakatan di tengah negosiasi dagang kedua negara sedang berlangsung.

Ketika berbicara dalam rapat umum di Florida, Rabu kemarin (8/5/2019), Trump mengaitkan alasannya mengenakan tarif lebih dahulu kepada China baru-baru ini ketika negosiasi masih berjalan. Bahkan Wakil Perdana Menteri China Liu He dijadwalkan akan terbang ke Washington pada Kamis hari ini (9/5). 

"Ngomong-ngomong, Anda melihat tarif yang kami berlakukan? Karena mereka melanggar kesepakatan. Mereka melanggar kesepakatan," kata Trump, katanya dikutip CNBC International.

"Jadi mereka [China] terbang, Wakil Perdana Menteri China besok [hari ini] terbang, tetapi mereka melanggar kesepakatan. Mereka tidak bisa melakukan itu, jadi mereka akan membayarnya."

Foto: Donald Trump, Twitter
Akhir pekan lalu, Trump mengejutkan pasar dengan mengancam melalui sebuah unggahan di Twitter. Trump berencana menaikkan bea masuk atas importasi produk-produk asal China senilai US$ 200 miliar, dari yang saat ini 10% menjadi 25% pada hari Jumat besok.

Dalam waktu dekat, produk impor asal China lainnya senilai US$ 325 miliar yang saat ini bebas bea masuk juga akan dibebankan bea masuk senilai 25%.


Dan, keputusan itu benar-benar direalisasikan sesuai ancaman Trump. 
"Tarif impor ini naik 25% berlaku 10 Mei 2019," demikian keterangan US Trade Representative, Kantor Perdagangan AS, Rabu Malam (8/5/2019) waktu Indonesia.

Menurut Trump, negosiasi dagang dinilai terlalu lambat ketika Beijing mencoba untuk membuka negosiasi lagi.

Rencana Trump itu mengejutkan banyak pengamat karena baru-baru ini laporan mengindikasikan bahwa dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu kemungkinan besar bisa mencapai kesepakatan pada pekan ini.

Trump menambahkan bahwa AS "tidak akan mundur sampai China berhenti menipu pekerja kami dan mencuri pekerjaan kami," tegasnya.

"Itulah yang akan terjadi. Kalau tidak, kita tidak perlu melakukan bisnis dengan mereka [China]," katanya. "Kita dapat membuat produk di sini jika kita harus, seperti dulu."

Chris Rupkey, Direktur Pelaksana dan Kepala Ekonom Keuangan di perusahaan keuangan global, MUFG, menulis dalam sebuah catatan menanggapi pidato Trump bahwa pasar berpotensi terus diguncang oleh retorika semacam itu.

"Kami tidak yakin siapa presiden yang dibicarakan di kampanye malam ini, tapi dia [Trump] yakin sedang menakuti pasar keuangan," katanya.


Pemerintah China, sebelumnya juga menegaskan bahwa Beijing akan membalas jika tarif AS atas barang-barang China senilai US $ 200 miliar dinaikkan menjadi 25% dari sebelumnya 10% karena ancaman Trump.

"Peningkatan gesekan perdagangan tidak untuk kepentingan rakyat kedua negara dan rakyat dunia," tulis pernyataan China. "Pihak China sangat menyesalkan bahwa jika langkah-langkah tarif AS akhirnya diterapkan, maka China harus mengambil tindakan balasan yang diperlukan."

Dalam kesempatan di Florida itu, Trump memprediksi AS tetap baik-baik saja jika tidak ada kesepakatan dengan China dan perang dagang berlanjut.
"Jika kita tidak membuat kesepakatan, tidak ada yang salah dengan menerima lebih dari US$ 100 miliar per tahun, US$ 100 miliar, kita tidak pernah melakukan itu sebelumnya," tegasnya.

Argumentasi ini sebetulnya sudah didengungkan Trump sebelumnya, tapi banyak ekonom memperingatkan bahwa Trump kehilangan gambaran lengkap terkait dengan perdagangan dengan China.

Meskipun AS akan mendapat tambahan pundi-pundi dari pemberlakuan tarif itu, dampak dari pajak semacam itu kemungkinan akan merugikan ekonomi AS secara keseluruhan.

Foto: Presiden AS Donald Trump bertemu dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He dan Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer (kanan) (REUTERS/Carlos Barria)

"Kami tidak pernah sedekat ini dengan pintu resesi hanya gara-gara kebijakan dari Washington," kata Rupkey dari MUFG. "Klaim Trump bahwa AS akan mengalami rasa sakit sementara alias jangka pendek demi mendapatkan manfaat, dan keuntungan jangka panjang yang berkelanjutan bagi ekonomi AS, tampaknya sedang diuji malam ini."

Wakil Perdana Menteri China Liu He akan memimpin tim China datang ke Washington untuk melanjutkan negosiasi dengan tim negosiator Trump.

Sumber CNBC International yang tahu akan informasi tersebut mengungkapkan, Liu  kemungkinan akan mencoba memberi argumentasi kepada tim Trump tentang posisi Beijing dalam perundingan guna menjernihkan kesalahpahaman yang muncul.

 

(tas) Next Article Waspada! Perang Dagang AS-China Makin Membara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular