
Newsletter
Masihkah Dolar AS Perkasa Bak Captain America?
Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & M Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
03 May 2019 04:46

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama adalah dinamika di Wall Street yang kurang menggembirakan. Takutnya pelaku pasar di Asia sudah bad mood terlebih dulu melihat angka merah di Wall Street sehingga menjadi kurang bergairah.
Sentimen kedua, investor juga masih perlu memantau pergerakan dolar AS. Pada pukul 04:02 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,16%.
Seperti kemarin, suntikan 'serum super soldier' dari The Fed masih membuat dolar AS perkasa bak Captain America. Jika khasiat serum ini masih bertahan sampai perdagangan di pasar keuangan Asia dimulai, maka bisa menjadi alamat buruk bagi rupiah.
Di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF), pelemahan rupiah sudah terlihat. Ini bisa menjad gambaran bagaimana rupiah diperdagangkan di pasar spot nanti, meski masih agak terlalu dini.
Namun, rupiah boleh berharap pada sentimen ketiga yaitu penurunan harga minyak. Bagi Indonesia, koreksi harga minyak bisa menjadi anugerah.
Indonesia adalah negara net importir minyak, yang mau tidak mau harus mengimpor demi memenuhi kebutuhan dalam negeri. Saat harga minyak turun, maka biaya impor komoditas ini bisa dikurangi.
Artinya, tekanan di neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account) pun mereda. Rupiah yang punya modal devisa lebih banyak tentu punya ruang untuk menguat.
Sentimen keempat juga bisa menjadi angin segar bagi pasar keuangan Asia, yaitu terkait dialog dagang AS-China yang sedang berlangsung di Washington. Reuters mengabarkan, China sudah sepakat untuk memberi akses pasar yang lebih besar kepada AS di bidang komputasi awan (cloud computing).
"Kami berharap akan ada pembukaan akses pasar yang lebih luas dari sebelumnya yaitu hanya pilot project," ungkap Myron Brilliant, Wakil Presiden Eksekutif Kamar Dagang AS.
Sejauh ini perundingan dagang Washington-Beijing berjalan di jalur yang benar. Perlahan tetapi pasti, jalan menuju damai dagang AS-China semakin terbuka. Jika seluruh kepingan puzzle sudah terpasang, maka tinggal Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping bertemu untuk meneken dokumen kesepakatan damai dagang.
Ini tentu bisa menjadi kabar gembira bagi investor di pasar keuangan Asia, dan tentu saja seluruh dunia. Kala AS dan China sudah baikan, maka arus perdagangan dan rantai pasok tidak lagi terganggu sehingga prospek pertumbuhan ekonomi global akan lebih cerah.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Sentimen kedua, investor juga masih perlu memantau pergerakan dolar AS. Pada pukul 04:02 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,16%.
Seperti kemarin, suntikan 'serum super soldier' dari The Fed masih membuat dolar AS perkasa bak Captain America. Jika khasiat serum ini masih bertahan sampai perdagangan di pasar keuangan Asia dimulai, maka bisa menjadi alamat buruk bagi rupiah.
Di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF), pelemahan rupiah sudah terlihat. Ini bisa menjad gambaran bagaimana rupiah diperdagangkan di pasar spot nanti, meski masih agak terlalu dini.
Periode | Kurs 2 Mei (16:00 WIB) | Kurs 2 Mei (04:00 WIB) |
1 Pekan | Rp 14.250 | Rp 14.268 |
1 Bulan | Rp 14.322 | Rp 14.336 |
2 Bulan | Rp 14.372 | Rp 14.396 |
3 Bulan | Rp 14.455 | Rp 14.466 |
6 Bulan | Rp 14.650 | Rp 14.662 |
9 Bulan | Rp 14.842 | Rp 14.849 |
1 Tahun | Rp 15.038 | Rp 14.030 |
2 Tahun | Rp 15.790 | Rp 15.670 |
Namun, rupiah boleh berharap pada sentimen ketiga yaitu penurunan harga minyak. Bagi Indonesia, koreksi harga minyak bisa menjadi anugerah.
Indonesia adalah negara net importir minyak, yang mau tidak mau harus mengimpor demi memenuhi kebutuhan dalam negeri. Saat harga minyak turun, maka biaya impor komoditas ini bisa dikurangi.
Artinya, tekanan di neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account) pun mereda. Rupiah yang punya modal devisa lebih banyak tentu punya ruang untuk menguat.
Sentimen keempat juga bisa menjadi angin segar bagi pasar keuangan Asia, yaitu terkait dialog dagang AS-China yang sedang berlangsung di Washington. Reuters mengabarkan, China sudah sepakat untuk memberi akses pasar yang lebih besar kepada AS di bidang komputasi awan (cloud computing).
"Kami berharap akan ada pembukaan akses pasar yang lebih luas dari sebelumnya yaitu hanya pilot project," ungkap Myron Brilliant, Wakil Presiden Eksekutif Kamar Dagang AS.
Sejauh ini perundingan dagang Washington-Beijing berjalan di jalur yang benar. Perlahan tetapi pasti, jalan menuju damai dagang AS-China semakin terbuka. Jika seluruh kepingan puzzle sudah terpasang, maka tinggal Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping bertemu untuk meneken dokumen kesepakatan damai dagang.
Ini tentu bisa menjadi kabar gembira bagi investor di pasar keuangan Asia, dan tentu saja seluruh dunia. Kala AS dan China sudah baikan, maka arus perdagangan dan rantai pasok tidak lagi terganggu sehingga prospek pertumbuhan ekonomi global akan lebih cerah.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular