Ngamuk! Rupiah Dekati Rp 14.700/US$, Terkuat Dalam 8 Bulan

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 April 2023 15:01
Petugas menghitung uang  dolar di tempat penukaran uang Dolarindo, Melawai, Blok M, Jakarta, Senin, (7/11/ 2022)
Foto: Ilustrasi Dolar dan Rupiah. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah mengamuk melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (13/4/2023), hingga mendekati Rp 14.700/US$. Sentimen positif dari dalam negeri ditambah dengan jebloknya indeks dolar AS membuat rupiah melenggang.

Melansir data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan di Rp 14.750/US$, menguat 0,84% di pasar spot. Dengan demikian, rupiah sudah menguat 5 hari beruntun dan berada di level terkuat dalam delapan bulan terakhir.

Indeks dolar AS yang merosot 0,7% pada perdagangan Rabu pasca rilis data inflasi yang melambat.

Inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) pada Maret dilaporkan tumbuh 5% year on year (yoy), dari bulan sebelumnya 6%, dan lebih rendah dari ekspektasi 5,2%.

Meski demikian, inflasi Inti justru tumbuh 5,6% sesuai dengan ekspektasi analis dan lebih tinggi dari bulan sebelumnya 5,5%.

Pasca rilis tersebut, bank sentral AS (The Fed) masih diperkirakan akan menaikkan suku bunga pada Mei nanti. Tetapi di sisi lain, pasar juga melihat probabilitas pemangkasan suku bunga pada Juli meningkat menjadi 50%, dibandingkan pekan lalu 38%, berdasarkan data dari perangkat FedWatch milik CME Group.

Selain itu Kabar baik datang dari operasi moneter Term Deposit Valas Devisa Hasil Ekspor (DHE) Bank Indonesia (BI) yang mulai menarik tenor jangka panjang. Artinya, dolar AS para eksportir disimpan lebih lama di dalam negeri, yang tentunya bisa menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Hal ini tentunya menjadi kabar bagus, apalagi awal pekan lalu BI melaporkan cadangan devisa yang kembali meningkat.

BI melaporkan melaporkan cadangan devisa per akhir Maret 2023 adalah sebesar US$ 145,2 miliar, naik US$ 4,9 miliar dari Februari.

Setelah mengalami tren penurunan yang panjang, cadangan devisa akhirnya mampu naik lima bulan beruntun. Selama periode tersebut, Cadev sudah melesat US$ 15 miliar, dan mendekati rekor tertinggi sepanjang masa US$ 146,9 miliar yang dicapai pada September 2021.

Posisi cadangan devisa saat ini berada di level tertinggi sejak Desember 2021.

Berdasarkan data dari Bahana Sekuritas, lelang terbaru yang dilakukan BI pada Selasa kemarin mampu menyerap US$ 19,3 juta. Dari nilai tersebut sebanyak US$ 12,5 juta masuk ke tenor 1 bulan dan US$ 6,8 juta masuk ke tenor 6 bulan.

Dalam 11 lelang yang dilakukan BI sejak awal Maret lalu, berdasarkan catatan Bahana Sekuritas baru kali ini tenor 6 bulan menarik minat eksportir. Bunga yang diberikan untuk tenor ini mencapai 5,35%.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(pap/pap)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation