Newsletter

Pasar RI Perkasa Pekan Lalu, Waspada Ambil Untung!

Hidayat Setiaji & M Taufan Adharsyah & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
08 April 2019 05:51
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (1)
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/M Sabki)
Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentunya perkembangan di Wall Street yang menguat baik secara mingguan maupun pada perdagangan akhir pekan. Semoga hijaunya bursa saham New York bisa menjadi penyemangat bagi pelaku pasar di Asia dalam menyambut pekan yang baru. 

Sentimen kedua adalah investor patut mewaspadai nilai tukar dolar AS, yang kemungkinan bisa menguat lagi. Sepertinya rilis data ketenagakerjaan Negeri Adidaya masih bisa menopang keperkasaan dolar AS. 

The Federal Reserve/The Fed dalam dot plot terbarunya memang memperkirakan tidak ada kenaikan suku bunga sampai akhir tahun. Namun perlu dicatat bahwa Jerome 'Jay' Powell dan kolega juga menyatakan tetap menunggu data-data ekonomi terbaru sambil menentukan langkah selanjutnya. 

"Untuk menentukan waktu dan besaran penyesuaian suku bunga acuan selanjutnya, Komite akan mengkaji realisasi dan perkiraan kondisi ekonomi alam rangka mencapai target pembukaan lapangan kerja yang maksimum dan target inflasi 2%," sebut pernyataan tertulis usai rapat komite pengambil kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) bulan lalu. 

Jadi jangan gegabah dulu. Dengan data ketenagakerjaan (apalagi angka penciptaan lapangan kerja) yang terus positif, berarti ekonomi AS masih dalam fase ekspansi. Jika The Fed merasa ekspansi itu terlalu cepat sehingga berpotensi menyebabkan overheating, maka bukan tidak mungkin Federal Funds Rate akan kembali dinaikkan. 

Potensi kenaikan suku bunga acuan (meski kemungkinan besar tidak terjadi dalam waktu dekat) akan menjadi dorongan bagi laju dolar AS. Sebab kenaikan suku bunga acuan akan membuat berinvestasi di dolar AS jadi semakin menarik, terutama untuk instrumen berpendapatan tetap. 

Namun sentimen ini akan diredam oleh pernyataan Trump yang lagi-lagi berupaya untuk mengintervensi kebijakan moneter. Eks taipan properti tersebut kembali menyuarakan agar The Fed segera menurunkan suku bunga acuan. 

"Saya rasa mereka (The Fed) harus menurunkan suku bunga, karena mereka menghambat laju (perekonomian) kita. Tidak ada inflasi, jadi seharusnya sekarang quantitative easing," tegas Trump, mengutip Reuters. 


Oleh karena itu, meski dolar AS berpotensi menguat tetapi lajunya mungkin tidak akan terlalu cepat. Komentar terbaru dari Trump akan menjadi rem yang memperlambat kecepatan penguatan greenback

Hal yang juga patut menjadi perhatian adalah rupiah sudah menguat 5 hari beruntun melawan dolar AS. Dalam 5 hari tersebut, rupiah terapresiasi 0,82%. 


Penguatan rupiah yang sudah cukup tajam bisa membuat pelaku pasar tergoda untuk mencairkan keuntungan. Apalagi kalau kemudian ada pelatuk berupa keperkasaan dolar AS karena rilis data ketenagakerjaan. Jadi, rupiah harus ekstra hati-hati. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 4)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular