Newsletter

Pasar RI Perkasa Pekan Lalu, Waspada Ambil Untung!

Hidayat Setiaji & M Taufan Adharsyah & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
08 April 2019 05:51
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/M Sabki)
Sentimen ketiga, lagi-lagi, adalah dinamika Brexit. Perdana Menteri Inggris Theresa May meminta waktu kepada Uni Eropa agar pelaksanaan Brexit diundur lagi menjadi 30 Juni. Sedianya perpanjangan waktu Brexit berakhir pada 12 April. 


Namun agar bisa memperoleh restu dari Brussel untuk perpanjang waktu lagi, May harus mengamankan dukungan parlemen Inggris agar mau meloloskan proposal Brexit. Ini yang masih susah. 

"Partai Buruh akan tetap memasukkan opsi No-Deal Brexit (Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kompensasi apa-apa). Termasuk mencabut Artikel 50 (dasar hukum Brexit)," tegas Rebecca Long-Bailey, Menteri Bayangan (kabinet oposisi) untuk Bisnis dan Strategi Industri, dikutip dari BBC. 

Artinya, kemungkinan Partai Buruh untuk menerima proposal pemerintah cukup kecil. Bahkan kubu oposisi lebih memilih No-Deal Brexit atau sekalian tidak jadi keluar dari Uni Eropa ketimbang menyetujui proposal dari PM May. 

"Visi bahwa kita akan mengalami Brexit kini memudar. Kita kehabisan waktu," tutur Andrea Leadsom, Ketua Majelis Rendah (House of Commons) Parlemen Inggris, seperti dikutip dari Reuters. 

Benang kusut Brexit yang masih belum terurai bisa membuat pasar tidak tenang. Masih ada yang mengganjal, sehingga berpotensi menghambat risk appetite investor. Jika ini terjadi, maka pasar keuangan Indonesia harus waspada. 

Sentimen keempat, kali ini dari dalam negeri, adalah rilis data cadangan devisa Maret 2019. Pada Februari, cadangan devisa tercatat US$ 123,27 miliar, tertinggi sejak April 2018. 

 

Ada potensi cadangan devisa kembali naik pada Maret. Sebab, arus modal asing yang masuk ke pasar keuangan Indonesia cukup deras. 

Di pasar SBN, kepemilikan asing sepanjang Maret bertambah Rp 21,42 triliun. Sementara di pasar saham, investor asing membukukan beli bersih Rp 1,97 triliun. 

Namun perlu diwaspadai karena kebutuhan valas korporasi pada Maret cukup tinggi. Maklum, banyak perusahaan yang membutuhkan valas untuk pembayaran pokok/bunga utang, pembayaran dividen, dan sebagainya. Ini bisa menjadi faktor yang menggerus cadangan devisa. 

Jika cadangan devisa Maret kembali naik, maka akan menjadi sentimen positif bagi rupiah. Dengan cadangan devisa yang mumpuni, Bank Indonesia (BI) akan punya modal kuat untuk melakukan stabilisasi rupiah.  

Mata uang Tanah Air pun bisa lebih stabil dalam menghadapi gejolak eksternal. Persepsi akan stabilitas bisa menjadi penopang bagi rupiah. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 5)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular