Satu Kata Buat Rupiah: Warbyasah!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 April 2019 17:06
Satu Kata Buat Rupiah: <i>Warbyasah</i>!
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Rupiah sah menguat selama 5 hari beruntun, plus menjadi mata uang terbaik di Asia. Wow...  

Pada Jumat (5/4/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.120 kala penutupan perdagangan pasar spot. Rupiah menguat 0,39% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Kala pembukaan pasar, rupiah berada di Rp 14.175/US$ atau sama dengan posisi penutupan perdagangan kemarin. Namun itu tidak lama, karena kemudian rupiah langsung bisa menyeberang ke zona hijau. Bahkan penguatan rupiah terus menebal.  


Rupiah sukses memperpanjang rantai penguatan menjadi 5 hari beruntun. Menyamai rantai terpanjang sebelumnya yaitu 15-21 Maret. 

 



Hari ini, tidak banyak mata uang utama Asia yang mampu menguat di hadapan dolar AS. Selain rupiah, hanya peso Filipina dan dolar Singapura yang bisa bertahan di zona hijau. 

Di antara segelintir mata uang yang selamat ini, performa rupiah jadi yang terbaik. Ya, soal menguat di hadapan dolar AS rupiah adalah juaranya. Prestasi yang diraih sejak kemarin dan bertahan sampai hari ini. 

Sudah menguat 5 hari beruntun, rupiah juga jadi mata uang terbaik di Benua Kuning. Hanya ada satu kata, warbyasah... 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 16:24 WIB: 

 



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Rupiah terbantu oleh sejumlah sentimen. Pertama adalah perkembangan harga minyak. Pada pukul 16:27 WIB, harga minyak jenis brent turun 0,12%.

Brent adalah jenis minyak menjadi acuan di berbagai negara. Bahkan harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) pun lebih dekat dengan brent. 

 

Saat harga minyak turun, ada harapan tekanan di transaksi berjalan (current account) akan ikut berkurang. Transaksi berjalan adalah fondasi penting bagi rupiah, karena menggambarkan aliran devisa dari ekspor-impor barang dan jasa. Ketika pos ini membaik, maka rupiah masih punya ruang untuk menguat. 

Sentimen kedua adalah tingginya arus modal yang masuk ke pasar keuangan Indonesia. Di pasar saham, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) boleh melemah 0,32% tetapi investor asing membukukan beli bersih Rp 435,09 miliar. Arus devisa tetap masuk ke pasar. 

Sementara di pasar obligasi pemerintah, imbal hasil (yield) surat utang seri acuan tenor 10 tahun turun 2,2 basis poin (bps). Penurunan yield adalah pertanda harga obligasi sedang naik karena tingginya permintaan. 


Sepertinya Indonesia kembali mendapatkan status sebagai darling-nya investor. Kepercayaan pelaku pasar terhadap Indonesia didapat dari sejumlah rilis data terbaru yang positif. 

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi pada Maret sebesar 2,48% year-on-year (YoY) yang merupakan laju paling lambat sejak November 2009. Ini tidak menggambarkan kelesuan daya beli karena inflasi inti masih dalam tren terakselerasi, kini di kisaran 3% YoY. 

 

Kemudian Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia versi Nikkei/Markit pada Maret berada di 51,2. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 50,1 yang menandakan optimisme pelaku usaha meningkat. 

 

Lalu prospek transaksi berjalan pada kuartal I-2019 juga diperkirakan membaik. Masih defisit, tetapi kemungkinan tidak sedalam kuartal sebelumnya yang mencapai 3,57% dari Produk Domestik Bruto (PDB). 

"Kuartal I tampaknya CAD (Current Account Deficit) bisa lebih baik dari kuartal IV. Biasanya kuartal I rendah, seasonality-nya kan begitu," kata Mirza Adityaswara, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) belum lama ini. 

Kondisi-kondisi tersebut membuat Indonesia cukup atraktif di mana investor, terutama asing. Arus modal asing pun merapat masuk ke pasar keuangan Indonesia dan menopang penguatan rupiah. 


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular