Satu Kata Buat Rupiah: Warbyasah!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 April 2019 17:06
Data Ekonomi Domestik Jadi 'Doping' Rupiah
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Rupiah terbantu oleh sejumlah sentimen. Pertama adalah perkembangan harga minyak. Pada pukul 16:27 WIB, harga minyak jenis brent turun 0,12%.

Brent adalah jenis minyak menjadi acuan di berbagai negara. Bahkan harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) pun lebih dekat dengan brent. 

 

Saat harga minyak turun, ada harapan tekanan di transaksi berjalan (current account) akan ikut berkurang. Transaksi berjalan adalah fondasi penting bagi rupiah, karena menggambarkan aliran devisa dari ekspor-impor barang dan jasa. Ketika pos ini membaik, maka rupiah masih punya ruang untuk menguat. 

Sentimen kedua adalah tingginya arus modal yang masuk ke pasar keuangan Indonesia. Di pasar saham, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) boleh melemah 0,32% tetapi investor asing membukukan beli bersih Rp 435,09 miliar. Arus devisa tetap masuk ke pasar. 

Sementara di pasar obligasi pemerintah, imbal hasil (yield) surat utang seri acuan tenor 10 tahun turun 2,2 basis poin (bps). Penurunan yield adalah pertanda harga obligasi sedang naik karena tingginya permintaan. 


Sepertinya Indonesia kembali mendapatkan status sebagai darling-nya investor. Kepercayaan pelaku pasar terhadap Indonesia didapat dari sejumlah rilis data terbaru yang positif. 

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi pada Maret sebesar 2,48% year-on-year (YoY) yang merupakan laju paling lambat sejak November 2009. Ini tidak menggambarkan kelesuan daya beli karena inflasi inti masih dalam tren terakselerasi, kini di kisaran 3% YoY. 

 

Kemudian Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia versi Nikkei/Markit pada Maret berada di 51,2. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 50,1 yang menandakan optimisme pelaku usaha meningkat. 

 

Lalu prospek transaksi berjalan pada kuartal I-2019 juga diperkirakan membaik. Masih defisit, tetapi kemungkinan tidak sedalam kuartal sebelumnya yang mencapai 3,57% dari Produk Domestik Bruto (PDB). 

"Kuartal I tampaknya CAD (Current Account Deficit) bisa lebih baik dari kuartal IV. Biasanya kuartal I rendah, seasonality-nya kan begitu," kata Mirza Adityaswara, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) belum lama ini. 

Kondisi-kondisi tersebut membuat Indonesia cukup atraktif di mana investor, terutama asing. Arus modal asing pun merapat masuk ke pasar keuangan Indonesia dan menopang penguatan rupiah. 

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular