Newsletter

Wall Street Ceria, Semoga IHSG Juga

Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & M Taufan Adharsyah & Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
02 April 2019 05:32
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Sentimen keempat, investor patut mewaspadai dolar AS yang mulai terbangun setelah kemarin tidur pulas menyimpan energi. Pada pukul 04:44 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,1%. 

Kebangkitan dolar AS juga dipicu oleh pelemahan euro. Pada pukul 04:46 WIB, mata uang Benua Biru melemah 0,09% di hadapan dolar AS. Penyebabnya adalah rilis data inflasi Zona Euro yang pada Maret tercatat 1,4% YoY. Di bawah konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu 1,5% YoY dan masih jauh dari target mendekati 2% yang dipasang Bank Sentral Uni Eropa (ECB). 


Inflasi yang masih lambat menandakan permintaan di Eropa belum pulih. Artinya, ECB kemungkinan besar tetap akan mempertahankan kebijakan moneter longgar bin akomodatif untuk mendorong permintaan. Tidak akan ada kenaikan suku bunga acuan dalam waktu dekat sehingga euro menjadi kurang seksi. 

Kebangkitan dolar AS bisa menjadi mimpi buruk bagi mata uang Asia, termasuk rupiah. Jika dolar AS terlalu kuat dan mengalahkan risk appetite pasar, maka rupiah cs di Asia bisa-bisa terjerembab ke zona merah. 

Sentimen kelima, yang juga bisa mempengaruhi nasib rupiah, adalah harga minyak. Pada pukul 04:54 WIB, harga minyak jenis brent naik 0,42% sementara light sweet melonjak 2,81%. 

Harga si emas hitam dikatrol oleh persepsi membaiknya permintaan seiring data PMI China dan AS yang ciamik. Dunia usaha di AS dan China yang ekspansif tentu akan membuat permintaan energi meningkat sehingga harga minyak terangkat. 

Kenaikan harga minyak adalah bencana bagi rupiah. Sebab Indonesia adalah negara net importir minyak, yang mau tidak mau harus mengimpor komoditas ini demi memenuhi permintaan domestik karena produksi yang tidak kunjung memadai. 

Artinya, saat harga minyak naik biaya impornya pun akan semakin mahal. Transaksi berjalan (current account) akan terpukul, defisitnya berpotensi semakin lebar. Padahal transaksi berjalan adalah fondasi penting bagi rupiah karena berisi devisa dari ekspor-impor barang dan jasa, sumber devisa yang lebih tahan lama dibandingkan dari portofolio di sektor keuangan (hot money) yang bisa keluar-masuk dalam hitungan detik. 

Ketika fondasi itu lemah, maka rupiah akan goyah dan rentan terdepresiasi. Oleh karena itu, perkembangan harga minyak dan nilai tukar rupiah cenderung berbanding terbaik. Saat harga minyak naik, rupiah akan melemah dan begitu pula sebaliknya. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 5)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular