
Newsletter
Wall Street Porak-Poranda, IHSG Disikat Habis Hari Ini?
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
10 December 2018 06:36

Beralih ke AS, 3 indeks saham utama di sana terjun bebas sepanjang pekan lalu: indeks Dow Jones anjlok 4,5%, indeks S&P 500 ambruk 4,6%, dan indeks Nasdaq Composite terpangkas 4,93%. Koreksi yang begitu dalam membuat indeks Dow Jones dan S&P 500 kini membukukan imbal hasil negatif secara year-to-date.
Pada perdagangan hari Jumat, indeks Dow Jones turun 2,24%, indeks S&P 500 melemah 2,33%, dan indeks Nasdaq Composite terkoreksi 3,05%.
Perkembangan perang dagang AS-China yang tak positif sukses memukul bursa saham Negeri Paman Sam. Apalagi, kesepakatan dagang antar keduanya kian sulit tercapai sieiring dengan penahanan Chief Financial Officer (CFO) Huawei global Meng Wanzhou di Kanada.
Penangkapan ini datang menyusul perintah AS yang sedang melakukan investigasi terkait dengan penggunaan sistem perbankan global oleh Huawei untuk menghindari sanksi AS terhadap Iran. Salah satu bank yang terjebak dalam investigasi ini adalah HSBC.
Selain karena perang dagang, saham-saham di AS dilepas seiring dengan indikasi resesi yang ditunjukkan oleh pasar obligasi.
Pada tanggal 4 Desember 2018, terjadi inversi spread imbal hasil (yield) obligasi AS tenor 3 dan 5 tahun. Pada akhir perdagangan hari itu, spread yield obligasi AS tenor 3 dan 5 tahun adalah sebesar 2 basis poin (bps).
Dalam 3 resesi terakhir yang terjadi di AS (1990, 2001, dan 2007), selalu terjadi inversi pada spread yield obligasi tenor 3 dan 5 tahun. Melansir CNBC International yang mengutip Bespoke, dalam 3 resesi terakhir, inversi pertama spread yield obligasi tenor 3 dan 5 tahun datang rata-rata 26,3 bulan sebelum resesi dimulai.
Namun, yang benar-benar meresahkan sebenarnya bukan itu. Dalam 3 resesi terakhir yang terjadi di AS, selalu terjadi inversi pada spread yield obligasi tenor 3 bulan dan 10 tahun. Kajian dari Bespoke menunjukkan bahwa inversi pada kedua tenor ini terjadi rata-rata 89 hari setelah inversi pertama pada obligasi tenor 3 dan 5 tahun.
Celakanya, spread yield obligasi tenor 3 bulan dan 10 tahun terus saja menipis, walaupun angkanya masih positif (inversi belum terjadi). Per awal bulan lalu, nilainya adalah sebesar 82 bps. Per akhir perdagangan hari Jumat (7/12/2018), nilainya tersisa 45 bps saja.
Sebagai informasi, resesi merupakan penurunan aktivitas ekonomi yang sangat signifikan yang berlangsung selama lebih dari beberapa bulan, seperti dilansir dari Investopedia. Sebuah perekonomian bisa dikatakan mengalami resesi jika pertumbuhan ekonominya negatif selama dua kuartal berturut-turut.
NEXT
(ank/prm)
Pada perdagangan hari Jumat, indeks Dow Jones turun 2,24%, indeks S&P 500 melemah 2,33%, dan indeks Nasdaq Composite terkoreksi 3,05%.
Perkembangan perang dagang AS-China yang tak positif sukses memukul bursa saham Negeri Paman Sam. Apalagi, kesepakatan dagang antar keduanya kian sulit tercapai sieiring dengan penahanan Chief Financial Officer (CFO) Huawei global Meng Wanzhou di Kanada.
Penangkapan ini datang menyusul perintah AS yang sedang melakukan investigasi terkait dengan penggunaan sistem perbankan global oleh Huawei untuk menghindari sanksi AS terhadap Iran. Salah satu bank yang terjebak dalam investigasi ini adalah HSBC.
Selain karena perang dagang, saham-saham di AS dilepas seiring dengan indikasi resesi yang ditunjukkan oleh pasar obligasi.
Pada tanggal 4 Desember 2018, terjadi inversi spread imbal hasil (yield) obligasi AS tenor 3 dan 5 tahun. Pada akhir perdagangan hari itu, spread yield obligasi AS tenor 3 dan 5 tahun adalah sebesar 2 basis poin (bps).
Dalam 3 resesi terakhir yang terjadi di AS (1990, 2001, dan 2007), selalu terjadi inversi pada spread yield obligasi tenor 3 dan 5 tahun. Melansir CNBC International yang mengutip Bespoke, dalam 3 resesi terakhir, inversi pertama spread yield obligasi tenor 3 dan 5 tahun datang rata-rata 26,3 bulan sebelum resesi dimulai.
Namun, yang benar-benar meresahkan sebenarnya bukan itu. Dalam 3 resesi terakhir yang terjadi di AS, selalu terjadi inversi pada spread yield obligasi tenor 3 bulan dan 10 tahun. Kajian dari Bespoke menunjukkan bahwa inversi pada kedua tenor ini terjadi rata-rata 89 hari setelah inversi pertama pada obligasi tenor 3 dan 5 tahun.
Celakanya, spread yield obligasi tenor 3 bulan dan 10 tahun terus saja menipis, walaupun angkanya masih positif (inversi belum terjadi). Per awal bulan lalu, nilainya adalah sebesar 82 bps. Per akhir perdagangan hari Jumat (7/12/2018), nilainya tersisa 45 bps saja.
Sebagai informasi, resesi merupakan penurunan aktivitas ekonomi yang sangat signifikan yang berlangsung selama lebih dari beberapa bulan, seperti dilansir dari Investopedia. Sebuah perekonomian bisa dikatakan mengalami resesi jika pertumbuhan ekonominya negatif selama dua kuartal berturut-turut.
NEXT
(ank/prm)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular