
Wall Street Jatuh 2%, Terburuk Sejak Maret 2018
Iswari Anggit, CNBC Indonesia
08 December 2018 07:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama AS mengalami penurunan lebih dari 2% pada penutupan perdagangan Jumat (7/12/2018) waktu setempat. Penurunan ini, merupakan persentase penurunan mingguan terdalam sejak Maret 2018 lalu.
Melansir dari Reuters, Sabtu (8/12/2018) gejolak dalam pasar saham Wall Street tidak terlepas dari ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China. Meskipun, AS dan Beijing memutuskan untuk gencatan senjata sementara dalam pertemuan G20 di Argentina, saham-saham masih bergejolak selama sepekan.
Para investor pun terus mencari tahu apakah ketegangan dagang antara AS dan China akan segera berakhir.
Penasihat dagang Gedung Putih, Peter Navarro mengatakan, pejabat AS akan menaikkan tarif jika kedua negara tidak mencapai kesepakatan selama 90 hari periode negosiasi.
Hal ini tentu berpengaruh pada pasar saham, karena Wall Street 'terikat' pada Yield (obligasi atau surat utang AS) dan arah kebijakan suku bunga dari Federal Reserve. Bahkan, beberapa investor memperkirakan laju kenaikan saham di Wall Street akan lebih lambat dari yang diperkirakan sebelumnya.
"Ini adalah krisis kepercayaan pada situasi perdagangan; apa yang akan terjadi di sana, dan mungkin sedikit krisis kepercayaan di The Fed, mengingat betapa cepat mereka harus mengubah 'nada' mereka," kata Walter Todd, Kepala Investasi Greenwood Capital Associates, di Greenwood, Carolina Selatan.
Berikut perincian penurunan masing-masing saham dalam Wall Street:
Dow Jones Industrial Average (DJI) turun 558,72 poin atau 2,24 %, menjadi 24.388,95, kemudian S&P 500 (SPX) harus kehilangan 62,87 poin atau 2,33%, menjadi 2.633,08, dan terakhir Nasdaq Composite (IXIC) juga turun 219,01 poin atau 3,05%, menjadi 6.969,25.
(dru) Next Article Trio Inflasi-Resesi-Fed Biang Kerok, Wall Street Kebakaran!
Melansir dari Reuters, Sabtu (8/12/2018) gejolak dalam pasar saham Wall Street tidak terlepas dari ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China. Meskipun, AS dan Beijing memutuskan untuk gencatan senjata sementara dalam pertemuan G20 di Argentina, saham-saham masih bergejolak selama sepekan.
Para investor pun terus mencari tahu apakah ketegangan dagang antara AS dan China akan segera berakhir.
Hal ini tentu berpengaruh pada pasar saham, karena Wall Street 'terikat' pada Yield (obligasi atau surat utang AS) dan arah kebijakan suku bunga dari Federal Reserve. Bahkan, beberapa investor memperkirakan laju kenaikan saham di Wall Street akan lebih lambat dari yang diperkirakan sebelumnya.
"Ini adalah krisis kepercayaan pada situasi perdagangan; apa yang akan terjadi di sana, dan mungkin sedikit krisis kepercayaan di The Fed, mengingat betapa cepat mereka harus mengubah 'nada' mereka," kata Walter Todd, Kepala Investasi Greenwood Capital Associates, di Greenwood, Carolina Selatan.
Berikut perincian penurunan masing-masing saham dalam Wall Street:
Dow Jones Industrial Average (DJI) turun 558,72 poin atau 2,24 %, menjadi 24.388,95, kemudian S&P 500 (SPX) harus kehilangan 62,87 poin atau 2,33%, menjadi 2.633,08, dan terakhir Nasdaq Composite (IXIC) juga turun 219,01 poin atau 3,05%, menjadi 6.969,25.
(dru) Next Article Trio Inflasi-Resesi-Fed Biang Kerok, Wall Street Kebakaran!
Most Popular