Penciptaan Lapangan Kerja Rendah, Dow Jones Dibuka Melemah

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
07 December 2018 21:46
Indeks Dow Jones dibuka melemah 0,12% pada perdagangan hari ini.
Foto: REUTERS/Andrew Kelly
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Dow Jones dibuka melemah 0,12% pada perdagangan hari ini ke level 24.918,82.

Lemahnya data tenaga kerja membuat pelaku pasar melepas saham-saham di Negeri Paman Sam. Data resmi versi pemerintah AS menunjukkan bahwa pada bulan November, tercipta 155.000 lapangan kerja sektor non-pertanian, di bawah konsensus yang sebesar 198.000, seperti dilansir dari Forex Factory.

Lantas, persepsi mengenai resesi di negara dengan perekonomian terbesar di dunia tersebut masih lekat di benak investor. Pada perdagangan hari ini, spread yield obligasi AS tenor 3 dan 5 tahun masih menunjukkan inversi dengan nilai sebesar 2 bps.

Sementara itu, spread yield obligasi tenor 3 bulan dan 10 tahun terus saja menipis, walaupun angkanya masih positif (inversi belum terjadi). Per awal bulan lalu, nilainya adalah sebesar 82 bps. Kini, nilainya tersisa 49 bps saja.

Lemahnya data tenaga kerja AS juga menjustifikasi sikap The Federal Reserve yang makin ragu-ragu dalam mengeksekusi rencana kenaikan suku bunga acuannya. Wall Street Journal melaporkan bahwa The Fed sedang mempertimbangkan untuk memberikan sinyal wait-and-see terkait kenaikan suku bunga acuan pada pertemuannya bulan ini, seperti dikutip dari CNBC International.

Laporan tersebut menyebut bahwa The Fed tidak tahu apa langkah mereka selanjutnya setelah pertemuan bulan ini.

Selain itu, sentimen negatif lainnya bagi Wall Street datang dari melejitnya harga minyak mentah dunia. Hingga berita ini diturunkan, harga minyak WTI kontrak pengiriman Januari 2019 menguat 4,16% ke level US$ 53,63/barel, sementara brent naik 4,56% ke level US$ 62,8/barel.

Harga minyak melonjak setelah OPEC dikabarkan telah mencapai kesepakatan terkait dengan pemotongan produksi. Pertemuan masih berlajut hingga saat ini dan kesepakatan dengan negara Non-OPEC belum tercipta.

Ketika harga minyak mentah melejit, harga bensin di AS akan menjadi lebih mahal sehingga perekonomian bisa mengalami tekanan.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Jelang Rilis Kinerja Nvidia, Nasdaq & S&P500 Tergelincir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular