
Newsletter
Awas, Dolar AS Masih Buas!
Raditya Hanung & Hidayat Setiaji & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
04 October 2018 05:45

Untuk perdagangan hari ini, investor perlu mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentunya kinerja Wall Street yang lumayan bagus, kompak di zona hijau meski penguatannya terbatas. Semoga hijaunya Wall Street bisa menjadi pelecut semangat bursa saham Asia, termasuk IHSG.
Kedua adalah nilai tukar dolar AS. Kemarin, greenback sempat menginjak pedal rem setelah gal pol lebih dari sepekan. Namun saat ini, dolar AS kembali menekan pedal gas dan bahkan menambahkan nitro.
Pada pukul 04:57 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) menguat lumayan tajam yaitu 0,55%. Rilis data ADP dan ISM yang mendorong laju Wall Street ternyata juga mengerek dolar AS.
Bahkan efek rilis data tersebut lebih signifikan dialami oleh greenback. Sebab ya itu tadi, data-data ekonomi yang ciamik akan semakin meningkatkan probabilitas kenaikan suku bunga acuan.
Apalagi The Fed pun kian hawkish. Tidak haya Powell, pejabat lainnya pun mengonfirmasi bahwa kenaikan suku bunga sulit dihindari.
"Kami bisa menaikkan suku bunga acuan sampai ke tingkat yang agak restriktif kemudian menahannya. Jalur kenaikan suku bunga sangat jelas," kata Charles Evans, Presiden The Fed Chicago, seperti dikutip dari Reuters.
"Masih layak bagi kami untuk menaikkan suku bunga secara gradual," kata Loretta Mester, Presiden The Fed Cleveland, juga mengutip Reuters.
Menurut CME Fedwatch, kemungkinan The Fed untuk menaikkan suku bunga 25 basis poin pada rapat 19 Desember mencapai 78,1%. Bahkan mulai ada peluang The Fed menaikkan suku bunga sampai 50 bps walau kecil di 3,7%.
Dengan bekal potensi kenaikan suku bunga acuan, dolar AS punya amunisi untuk kembali menyeruak. Sebab saat suku bunga acuan naik, imbalan investasi (terutama di instrumen berbasis pendapatan tetap) akan ikut terkerek. Tentu permintaan dolar AS akan naik dan mata uang ini semakin mahal alias menguat.
Oleh karena itu, rupiah masih harus berhati-hati, bahkan sangat hati-hati. Sebab dolar AS masih buas dan sepertinya siap kembali menerkam.
(aji/aji)
Kedua adalah nilai tukar dolar AS. Kemarin, greenback sempat menginjak pedal rem setelah gal pol lebih dari sepekan. Namun saat ini, dolar AS kembali menekan pedal gas dan bahkan menambahkan nitro.
Pada pukul 04:57 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) menguat lumayan tajam yaitu 0,55%. Rilis data ADP dan ISM yang mendorong laju Wall Street ternyata juga mengerek dolar AS.
Bahkan efek rilis data tersebut lebih signifikan dialami oleh greenback. Sebab ya itu tadi, data-data ekonomi yang ciamik akan semakin meningkatkan probabilitas kenaikan suku bunga acuan.
Apalagi The Fed pun kian hawkish. Tidak haya Powell, pejabat lainnya pun mengonfirmasi bahwa kenaikan suku bunga sulit dihindari.
"Kami bisa menaikkan suku bunga acuan sampai ke tingkat yang agak restriktif kemudian menahannya. Jalur kenaikan suku bunga sangat jelas," kata Charles Evans, Presiden The Fed Chicago, seperti dikutip dari Reuters.
"Masih layak bagi kami untuk menaikkan suku bunga secara gradual," kata Loretta Mester, Presiden The Fed Cleveland, juga mengutip Reuters.
Menurut CME Fedwatch, kemungkinan The Fed untuk menaikkan suku bunga 25 basis poin pada rapat 19 Desember mencapai 78,1%. Bahkan mulai ada peluang The Fed menaikkan suku bunga sampai 50 bps walau kecil di 3,7%.
Dengan bekal potensi kenaikan suku bunga acuan, dolar AS punya amunisi untuk kembali menyeruak. Sebab saat suku bunga acuan naik, imbalan investasi (terutama di instrumen berbasis pendapatan tetap) akan ikut terkerek. Tentu permintaan dolar AS akan naik dan mata uang ini semakin mahal alias menguat.
Oleh karena itu, rupiah masih harus berhati-hati, bahkan sangat hati-hati. Sebab dolar AS masih buas dan sepertinya siap kembali menerkam.
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular