Newsletter

Awas, Dolar AS Masih Buas!

Raditya Hanung & Hidayat Setiaji & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
04 October 2018 05:45
Data Ekonomi AS Ciamik, Wall Street menguat Terbatas
Ilustrasi Perdagangan di Wall Street (REUTERS/Lucas Jackson)
Dari Wall Street, tiga indeks utama berhasil finis di jalur hijau. Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 0,2%, S&P 500 naik 0.07%, dan Nasdaq Composite bertambah 0,12%. 

Data-data ekonomi AS yang positif memberi angin segar di bursa saham New York. Berdasarkan survei ADP, perekonomian AS menciptakan 230.000 lapangan kerja sepanjang September. Ini adalah angka tertinggi sejak Februari. 

Kemudian survei Institute of Supply Management (ISM) menyebutkan indeks aktivitas non-manufaktur pada September sebesar 61,6 atau naik 3,1 poin dibandingkan bulan sebelumnya. Angka ini merupakan yang tertinggi sejak Agustus 1997. 

Data-data ini semakin mempertegas klaim The Federal Reserve/The Fed bahwa ekonomi Negeri Paman Sam kini sedang dalam masa-masa indah. Angka pengangguran rendah, tetapi di saat yang sama inflasi juga terkendali. 

Dalam sebuah seminar di Boston, Gubernur The Fed Jerome Powell menyatakan bahwa prospek ekonomi AS sangat positif. Kondisi ini disebutnya cukup langka sepanjang sejarah Negeri Paman Sam. 

Kelangkaan itu adalah angka pengangguran rendah, di bawah 4%, tetapi inflasi juga relatif terkendali. Peningkatan permintaan karena kenaikan pendapatan masyarakat tidak menyebabkan tekanan inflasi yang berlebihan, inflasi masih sehat. 

"Ini kondisi yang unik dalam sejarah AS modern. Namun ini adalah bukti bahwa kita semua masih dalam masa-masa yang luar biasa. Kondisi yang baik bagi rumah tangga dan pebisnis juga tidak perlu cemas terhadap inflasi yang tinggi," papar Powell, dikutip dari Reuters. 

Namun, penguatan di Wall Street cukup terbatas karena kemudian pelaku pasar ingat bahwa positifnya kinerja ekonomi Negeri Adidaya akan menyebabkan The Fed menaikkan suku bunga acuan. Ini dilakukan agar perekonomian AS tidak bergerak liar, kebablasan, dan overheating

"Kenaikan suku bunga secara bertahap berarti menyeimbangkan risiko," ujar Powell. 

Saham adalah instrumen yang bekerja optimal dalam lingkungan suku bunga rendah. Saham adalah aset yang mencerminkan optimisme dan gairah jangka pendek. Aset berisiko ini tidak cocok dikekang oleh jerat suku bunga yang menandakan sikap konservatif. 

"Sekedar mengingatkan. Kalau The Fed menyatakan perekonomian sedang bagus, maka mereka tidak akan memperlambat laju kenaikan suku bunga. Jika mereka melihat ada risiko, maka menaikkan suku bunga adalah hal yang pertama dilakukan," tutur Mike Baele, Direktur Pelaksana US Bank Private Client Wealth Management yang berbasis di Oregon, dikutip dari Reuters. 

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular