
Newsletter
Awas, Dolar AS Masih Buas!
Raditya Hanung & Hidayat Setiaji & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
04 October 2018 05:45

Sentimen ketiga adalah harga minyak yang bergerak variatif. Pada pukul 05:15 WIB, harga minyak jenis brent melesat 1,53% tetapi light sweet turun 0,3%. Brent adalah minyak acuan Eropa dan banyak negara di dunia, sementara light sweet merupakan minyak yang dipakai di AS.
Faktor pemicu kenaikan harga minyak brent masih sama, yaitu kian dekatnya pemberlakuan sanksi baru AS kepada Iran yaitu pada 4 November. Saat itu, Iran akan sulit mengekspor minyaknya karena blokade Negeri Adidaya.
Pasokan minyak dari Iran akan absen di pasar dunia sementara Negeri Persia adalah produsen minyak terbesar ketiga di antara anggota Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC). Artinya, ketidakhadiran Iran akan sangat mempengaruhi pasokan minyak di pasar global.
Sementara harga light sweet yang turun disebabkan oleh kenaikan produksi AS. US Energy Information Administration melaporkan cadangan minyak AS bertambah 8 juta barel pada pekan lalu yang menjadi kenaikan mingguan tertinggi sejak Maret 2017.
Sentimen keempat adalah perkembangan positif di Italia. Setelah sempat menghebohkan dunia karena rancangan anggaran negara yang agresif bin ekspansif, pemerintahan Italia pimpinan Perdana Menteri Giuseppe Conte kini melunak.
Awalnya, pemerintahan Conte ingin mengesahkan anggaran 2019-2021 dengan defisit 2,4% dari PDB. Namun setelah desakan dan kritik dari berbagai penjuru mata angin, Conte pun bersedia menurunkan target defisit fiskal itu.
Defisit anggaran 2019 akan tetap di 2,4% PDB. Akan tetapi defisit akan turun ke 2,1% PDB pada 2020 dan 1,8% PDB pada 2021.
"Untuk 2019, kami harus menunjukkan keberanian karena kami percaya negara ini butuh fiskal yang kuat untuk mendorong pertumbuhan," tegas Conte, dikutip dari Reuters.
Meski fiskal Italia 2019 masih agresif, tetapi ada keinginan mendisiplinkannya kembali pada tahun-tahun selanjutnya. Ini yang membawa kelegaan di pasar. Setidaknya satu risiko besar, yaitu krisis fiskal jilid II di Italia, bisa dikesampingkan untuk sementara waktu.
(aji/aji)
Faktor pemicu kenaikan harga minyak brent masih sama, yaitu kian dekatnya pemberlakuan sanksi baru AS kepada Iran yaitu pada 4 November. Saat itu, Iran akan sulit mengekspor minyaknya karena blokade Negeri Adidaya.
Pasokan minyak dari Iran akan absen di pasar dunia sementara Negeri Persia adalah produsen minyak terbesar ketiga di antara anggota Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC). Artinya, ketidakhadiran Iran akan sangat mempengaruhi pasokan minyak di pasar global.
Sementara harga light sweet yang turun disebabkan oleh kenaikan produksi AS. US Energy Information Administration melaporkan cadangan minyak AS bertambah 8 juta barel pada pekan lalu yang menjadi kenaikan mingguan tertinggi sejak Maret 2017.
Sentimen keempat adalah perkembangan positif di Italia. Setelah sempat menghebohkan dunia karena rancangan anggaran negara yang agresif bin ekspansif, pemerintahan Italia pimpinan Perdana Menteri Giuseppe Conte kini melunak.
Awalnya, pemerintahan Conte ingin mengesahkan anggaran 2019-2021 dengan defisit 2,4% dari PDB. Namun setelah desakan dan kritik dari berbagai penjuru mata angin, Conte pun bersedia menurunkan target defisit fiskal itu.
Defisit anggaran 2019 akan tetap di 2,4% PDB. Akan tetapi defisit akan turun ke 2,1% PDB pada 2020 dan 1,8% PDB pada 2021.
"Untuk 2019, kami harus menunjukkan keberanian karena kami percaya negara ini butuh fiskal yang kuat untuk mendorong pertumbuhan," tegas Conte, dikutip dari Reuters.
Meski fiskal Italia 2019 masih agresif, tetapi ada keinginan mendisiplinkannya kembali pada tahun-tahun selanjutnya. Ini yang membawa kelegaan di pasar. Setidaknya satu risiko besar, yaitu krisis fiskal jilid II di Italia, bisa dikesampingkan untuk sementara waktu.
(aji/aji)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular