
Newsletter
Menguji Dampak Kenaikan Suku Bunga Acuan
Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
18 May 2018 05:52

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi pada perdagangan kemarin, setelah seharian berada di zona hijau. Pelaku pasar nampak grogi menantikan keputusan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI).
Pada perdagangan kemarin, IHSG ditutup berkurang 0,44%. Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 8,3 triliun dengan volume 8,3 miliar saham dan frekuensi perdagangan 485.152 kali.
IHSG sebenarnya bergerak menguat sepanjang hari. Namun pada menit-menit akhir perdagangan, IHSG turun ke zona merah seiring derasnya jual bersih investor asing.
Kemarin, investor asing melakukan jual bersih senilai Rp 642,7 miliar. Saham-saham yang paling banyak dilepas oleh investor asing di antaranya BBRI (Rp 284,8 miliar), BBCA (Rp 151,6 miliar), BBNI (Rp 114,9 miliar), ASII (Rp 82,6 miliar), dan UNVR (Rp 82,3 miliar).
Pelaku pasar sepertinya gugup menunggu pengumuman suku bunga acuan BI 7 days reverse repo rate. Selain itu, investor juga nampak masih mencerna kenaikan imbal hasil (yield) obligasi Amerika Serikat (AS) tenor 10 tahun yang menembus level 3,12%.
Kenaikan yield merupakan pertanda bahwa ekspektasi inflasi sedang meningkat. Hal ini terjadi karena data-data ekonomi Negeri Paman Sam belum berhenti mengabarkan berita baik.
Ekonomi yang semakin membaik tentu berakibat pada percepatan laju inflasi. Ketika ekspektasi inflasi naik, cara untuk menjangkarnya adalah menaikkan suku bunga acuan. Persepsi kenaikan suku bunga acuan AS yang lebih agresif di tahun ini pun kembali muncul ke permukaan.
Dari perkembangan perang dagang, sentimen juga kurang kondusif bagi IHSG. Jika beberapa waktu ke belakang isu perang dagang AS dengan China seringkali membebani bursa saham, kali ini giliran Jepang yang mulai terlibat.
Jepang mempertimbangkan pengenaan tarif bagi US$ 409 juta (Rp 5,7 triliun) barang-barang asal AS sebagai balasan terhadap bea masuk baja dan aluminium yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump. Sebagai catatan, Jepang merupakan satu-satunya sekutu AS yang tidak menerima pengecualian dari keputusan bea masuk baja dan aluminium.
Perkembangan ini membuat pasar saham Asia bergerak variatif. Indeks Nikkei 225 naik 0,53%, Straits Times menguat 0,11%, SSEC turun 0,48%, Hang Seng melemah 0,54%, dan Kospi berkurang turun 0,46%.
Pada perdagangan kemarin, IHSG ditutup berkurang 0,44%. Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 8,3 triliun dengan volume 8,3 miliar saham dan frekuensi perdagangan 485.152 kali.
IHSG sebenarnya bergerak menguat sepanjang hari. Namun pada menit-menit akhir perdagangan, IHSG turun ke zona merah seiring derasnya jual bersih investor asing.
Kemarin, investor asing melakukan jual bersih senilai Rp 642,7 miliar. Saham-saham yang paling banyak dilepas oleh investor asing di antaranya BBRI (Rp 284,8 miliar), BBCA (Rp 151,6 miliar), BBNI (Rp 114,9 miliar), ASII (Rp 82,6 miliar), dan UNVR (Rp 82,3 miliar).
Pelaku pasar sepertinya gugup menunggu pengumuman suku bunga acuan BI 7 days reverse repo rate. Selain itu, investor juga nampak masih mencerna kenaikan imbal hasil (yield) obligasi Amerika Serikat (AS) tenor 10 tahun yang menembus level 3,12%.
Kenaikan yield merupakan pertanda bahwa ekspektasi inflasi sedang meningkat. Hal ini terjadi karena data-data ekonomi Negeri Paman Sam belum berhenti mengabarkan berita baik.
Ekonomi yang semakin membaik tentu berakibat pada percepatan laju inflasi. Ketika ekspektasi inflasi naik, cara untuk menjangkarnya adalah menaikkan suku bunga acuan. Persepsi kenaikan suku bunga acuan AS yang lebih agresif di tahun ini pun kembali muncul ke permukaan.
Dari perkembangan perang dagang, sentimen juga kurang kondusif bagi IHSG. Jika beberapa waktu ke belakang isu perang dagang AS dengan China seringkali membebani bursa saham, kali ini giliran Jepang yang mulai terlibat.
Jepang mempertimbangkan pengenaan tarif bagi US$ 409 juta (Rp 5,7 triliun) barang-barang asal AS sebagai balasan terhadap bea masuk baja dan aluminium yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump. Sebagai catatan, Jepang merupakan satu-satunya sekutu AS yang tidak menerima pengecualian dari keputusan bea masuk baja dan aluminium.
Perkembangan ini membuat pasar saham Asia bergerak variatif. Indeks Nikkei 225 naik 0,53%, Straits Times menguat 0,11%, SSEC turun 0,48%, Hang Seng melemah 0,54%, dan Kospi berkurang turun 0,46%.
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular