Newsletter

Menguji Dampak Kenaikan Suku Bunga Acuan

Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
18 May 2018 05:52
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)
Foto: REUTERS/Murad Sezer/Illustration
Dari luar negeri, pelaku pasar patut mencemati perkembangan isu perdagangan. Delegasi dari China saat ini sedang berada di Washington dalam rangka negosiasi soal perdagangan. Pertemuan ini merupakan ronde ke-2, setelah sebelumnya dilaksanakan di Beijing pada awal bulan ini. 

Selain China, dinamika Jepang yang juga ikut meramaikan perang dagang juga patut disimak. Jika Jepang serius dengan rencana mereka mengenakan bea masuk terhadap produk-produk AS, maka situasi menjadi semakin runyam karena perang dagang sudah melibat tiga perekonomian terbesar di planet ini. 

Kemudian, pelaku pasar juga perlu mencermati perkembangan yield obligasi negara AS yang terus menanjak. Kini, yield untuk obligasi AS tenor 10 tahun sudah mencapai 3,1149%, tertinggi sejak pertengahan 2011. 

Suatu saat, investor akan melihat yield AS yang semakin tinggi ini menjadi menarik. Obligasi AS menjadi instrumen yang seksi karena menawarkan keuntungan lebih.

Ketika ini terjadi, maka aliran dana akan tersedot ke AS sehingga tidak banyak yang tersisa bagi negara berkembang, termasuk Indonesia. IHSG pun rentan terkoreksi. 

Kemudian, kenaikan yield juga menjadi pertanda bahwa sedang terjadi peningkatan ekspektasi inflasi. Wajar saja, karena perekonomian Negeri Paman Sam masih dalam jalur pemulihan dan setiap peningkatan aktivitas ekonomi akan melahirkan tekanan inflasi. 

Data terbaru dari The Fed Philadelphia menunjukkan indes manufaktur meningkat drastis dari 23,2 pada April menjadi 34,4 pada Mei. Jauh di atas proyeksi yang hanya 21. Peningkatan indeks ini didorong oleh peningkatan pemesanan, pengiriman, dan tambahan penyerapan tenaga kerja. 

Semakin membaiknya perekonomian AS tentu mendorong The Fed untuk turun tangan agar tidak terjadi overheating. Dikhawatirkan The Fed bisa menaikkan suku bunga sampai empat kali pada 2018, lebih dari perkiraan sebelumnya yaitu tiga kali. 

Setiap kabar mengenai kenaikan suku bunga (apalagi secara agresif) akan menjadi landasan bagi dolar AS untuk terapresiasi. Penguatan greenback bisa membuat rupiah melemah, dan itu adalah kabar buruk bagi IHSG. Saat rupiah melemah, memegang aset-aset dalam mata uang ini menjadi kurang menguntungkan karena nilainya turun. 

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular