Newsletter

Menguji Dampak Kenaikan Suku Bunga Acuan

Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
18 May 2018 05:52
Perang Dagang dan Harga Minyak Jadi Sebab Koreksi Wall Street
Foto: REUTERS/Brendan McDermid
Dari Wall Street, tiga indeks utama mengakhiri hari di zona merah. Dow Jones Industrial Average melemah 0,22%, S&P 500 terkoreksi 0,09%, dan Nasdaq berkurang 0,21%. 

Investor mencemaskan perkembangan negosiasi perdagangan AS-China yang sepertinya tidak akan mulus. Bahkan Pesiden Trump sendiri meragukan pembicaraan ini akan menghasilkan solusi yang memuaskan. 

"Apakah ini (pembicaraan dagang dengan China) akan sukses? Saya cenderung ragu. Alasannya adalah China sudah terlalu manja karena mereka selalu mendapatkan 100% keinginannya. Kita tidak bisa membiarkan ini terjadi lagi," tegas Trump, seperti dikutip dari Reuters. 

AS meminta China mengurangi surplus perdagangan mereka sebesar US$ 200 miliar, penghapusan kewajiban kerjasama dengan mitra lokal untuk investasi teknologi AS di China, dan penghapusan subsidi bagi industri di China. Sementara China meminta AS mencabut sanksi bagi ZTE, yang dilarang menjual produknya di tanah Negeri Adidaya selama 7 tahun. 

"Sekarang begini. Kami akan baik-baik saja dengan China. Semoga China bahagia, dan sepertinya kami juga bahagia," ujar Trump dalam sebuah kalimat bernada nyinyir. 

Alotnya negosiasi ini membuat investor khawatir. Jika perang dagang AS-China memanas lagi, maka dikhawatirkan akan mempengaruhi arus perdagangan global mengingat kedua negara ini adalah perekonomian terbesar di dunia. Ini tentu bukan kabar baik untuk sektor keuangan. 

Selain perang dagag, investor juga mengkhawatirkan kenaikan harga minyak yang mencapai titik tertinggi sejak 2014. Harga minyak jenis brent sempat menembus level US$ 80/barel. Penyebab kenaikan harga minyak adalah penurunan pasokan di Venezuela akibat krisis sosial-politik-ekonomi serta kekhawatiran berkurangnya minyak dari Iran jika sanksi terhadap Negeri Persia diterapkan.  

Kenaikan harga minyak akan menimbulkan inflasi karena biaya energi bertambah. Tekanan inflasi ini kemudian perlu dikontrol melalui kenaikan suku bunga acuan. Inilah yang menjadi kecemasan pelaku pasar, bahwa The Federal Reserve/The Fed akan menaikkan suku bunga acuan lebih dari tiga kali sepanjang 2018. 

Dua sentimen negatif itu semakin membebani Wall Street kala kinerja emiten pun tidak terlampau solid. Harga saham Wall Mart turun 1,9% setelah peritel raksasa itu menyatakan marjin keuntungan pada kuartal I-2018 masih tertekan akibat tingginya biaya logistik dan paksaan untuk menurunkan harga di tengah persaingan ketat dengan pebisnis ritel online

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular