Newsletter

AS-China Perang Dagang, Dunia Meradang

Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
23 March 2018 06:22
Wall Street Terbanting Perang Dagang
Foto: CNBC
Dari Wall Street, tiga indeks utama mengalami koreksi yang cukup dalam. Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 2,93%, S&P 500 melemah 2,52%, dan Nasdaq berkurang 2,43%. 

Kekhawatiran investor di AS bukan lagi soal The Fed, melainkan ancaman baru bernama perang dagang. Presiden AS Donald Trump telah meneken aturan tentang bea masuk terhadap importasi dari China yang bisa bernilai hingga US$ 60 miliar.  

Langkah ini ditempuh untuk melindungi hak atas kekayaan intelektual. Produk yang masuk daftar mencapai 1.300. 

Namun, Trump membuat aturan ini lebih lunak. Bea masuk baru benar-benar dikenakan setelah periode konsultasi selama 60 hari yang bisa memberi waktu bagi pihak AS maupun China untuk melakukan negosiasi. China juga diberi waktu untuk merespons kebijakan ini sehingga mengurangi kemungkinan aksi balas dendam dari Beijing. 

"Saya melihat mereka (China) sebagai kawan. Kami telah bicara dengan China dan kami sedang dalam perundingan," sebut Trump seperti dikutip Reuters

Sebelumnya, China menyatakan tidak akan tinggal diam jika AS menerapkan kebijakan tersebut. China akan membalas dengan mempersulit produk AS masuk ke negaranya. Produk pertanian, pesawat terbang, sampai alat berat menjadi target potensial. 

Ketika China benar-benar mempersulit produk AS untuk masuk, terutama produk agrikultur, Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer menegaskan Washington akan menyiapkan langkah balasan. Ternyata tensi masih dan justru semakin meninggi. 

Situasi ini yang membuat investor di Wall Street panik. Perang dagang akan membuat rantai pasok dunia (global supply chain) terganggu, sehingga dampaknya sangat luas. Akibatnya, seluruh sektor saham kecual utilitas di Wall Street berada di teritori negatif. 

Memang wajar bila investor panik. Pasalnya, China dan AS adalah negara dengan perdagangan terbesar di muka bumi. China adalah eksportir terbesar dunia, sementara AS adalah importir nomor satu.  

Ketika dua kekuatan besar ini berseteru, maka dampaknya akan menyebar ke seluruh dunia. Permintaan produk China di AS akan turun karena pembatasan, sehingga mempengaruhi industri di Negeri Tirai Bambu. Negara-negara pemasok bahan baku maupun barang modal bagi industri di China juga akan terpukul. 

Sementara kala China membalas dengan mempersulit produk AS masuk ke negaranya, itu juga membuat industri di AS terbanting. Bagaimana pun juga China adalah negara tujuan utama ekspor AS setelah Kanada dan Meksiko. Saat industri AS terluka, maka permintaan bahan baku dan barang modal dari berbagai negara juga berkurang.  

Oleh karena itu, perang dagang AS vs China akan merusak rantai pasok dan industri dalam skala yang masif. Korban dari perang dagang ini adalah perekonomian global. (aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular