Eksklusif Interview

Boy Thohir: Kondisi Ekonomi Saat Ini Sangat Berat!

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
28 April 2020 08:05
Pengusaha Boy Thohir saat memberi tanggapan kepada tim CNBC Indonesia di Kantor Adaro, Jakarta, Selasa (24/4) Boy Thohir merupakan putra dari salah satu pemilik Astra International Teddy Tohir. Dia juga seorang pengusaha yang sudah cukup lama berkecimpung di dunia bisnis. Dia menyelesaikan pendidikan MBA-nya di Northrop University Amerika Serikat. Boy Thohir dikenal sebagai pengusaha muda yang sukses membawa Adaro Energy sebagai perusahaan batu bara terbesar di Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Dampak pandemi virus Corona (Covid-19) membuat limbung perekonomian Indonesia. Tidak sedikit perusahaan besar atau kecil harus merumahkan, bahkan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan lantaran pendapata perusahaan tergerus karena dampak pandemi virus corona (covid-19).

Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Adaro Energy, Garibaldi 'Boy' Thohir mengakui, kondisi saat ini sangat berat bagi pengusaha. Terutama pada sektor yang terdampak langsung wabah pandemi Covid-19 seperti industri pariwisata, perhotelan, UMKM.

Garibaldi 'Boy' Thohir menyebut, krisis di tahun 2020 tidak sama dengan tahun 1998 maupun 2008. Pandemi Covid-19 tak pandang bulu, perusahaaan besar atau kecil dan benar-benar melumpuhkan perekonomian di hampir semua negara.

"Memang overall, kondisi ini sangat-sangat berat, saya sangat prihatin tentunya kepada teman teman yang bergerak di industri pariwisata, perhotelan dan ritel. Sodara kita UMKM, memang menurut hemat saya, krisis yang terjadi di tahun 2020 sangat-sangat berbeda dengan krisis 1998 dan 2008 lalu," kata Boy Thohir, dalam wawancara dengan CNBC Indonesia.

Tentu kita mengingat, Gita Gopinath, Kepala Ekonom Dana Moneter Internasional (IMF) sudah mewanti-wanti pandemi ini dampaknya lebih dahsyat dari Depresi Besar yang terjadi 1929 silam yang menghantam perekonomian dunia pada 1929 silam.

"Banyak negara sekarang menghadapi multikrisis: krisis kesehatan, krisis keuangan, dan jatuhnya harga komoditas," tulis Gita, dikutip CNBC Indonesia, dalam ulasan bertajuk The Great Lockdown: Worst Economic Downturn Since the Great Depression.

IMF juga memperkirakan, outlook perekonomian global sepanjang April 2020 akan terkoreksi cukup tajam minus 3 persen akibat pandemi menjadikan yang terburuk sejak era krisis finansial global pada 2009 yang minus 0,1%.

Seperti apa pandangan Garibaldi menyikapi situasi perekonomian terkini akibat pandemi Covid-19? Simak petikan wawancaranya dengan CNBC Indonesia:

Bagaimana dampak Covid-19 terhadap dunia ekonomi dan bisnis, terutama di sektor pertambangan?
Dengan kondisi yang sulit ini kami dari sektor pertambangan, khususnya pertambangan batu bara, katakanlah masih bersyukur, karena memang kita alhamdulillah masih berpoduksi, karena sektor batu bara khususnya, merupakan sektor strategis, untuk bahan bakar untuk listrik yang paling efisien.

Jadi, walaupun kita semua work from home, tapi alhamdulillah kan, listrik harus jalan, jadi overall memang terjadi penurunan, tapi saya rasa, saya melihat sektor batu bara masih relatif oke dibanding dengan sektor-sektor yang lain.



Harga batu bara dari awal tahun terjadi penurunan 24%, apakah ini tidak membuat perusahaan batu bara mengalami penurunan kinerja keuangan?

Ya memang kalau bicara harga, terjadi penurunan, tapi kita mengalami di sektor industri batu bara dan tambang, ini komoditi, setiap waktu dan setiap saat selalu up and down. Makanya, saya selalu mengatakan bahwa, kalau harga batu bara itu tidak bisa ada seorang pun yang bisa memprediksi. Kalau kita menjadi the lowest cost producer, insya Allah masih tetap survive.

Sejauh ini seberapa kuat perusahaan di sektor pertambangan batu bara menghadapi Covid-19?
Saya melihat tentu kembali kalau dibandingkan industri lain khususnya pariwata, hotel, tourism, travel, teman-teman kita di industri itu sangat terpukul, katakanlah kalau bicara revenue mereka sampai gak ada revenue-nya. Kami di sektor batu bara bersyukur karena revenue masih ada, tentunya harga memang menurun.

Tetapi, kembali tergantung kepada masing-masing perusahaan, kalau bisa di-manage dengan baik, efisien, tentunya kita masih melihat batu bara masih jadi industri berpeluang. Jadi, kuncinya sekarang di efisiensi.


[Gambas:Video CNBC]




Apakah ada proyeksi berapa lama pemulihan dari sektor batu bara?
Saya tetap optimis, dari pengalaman yang kita alami seperti Covid-19 sekarang ini, saya melihat sektor batu bara quite resilience, kenapa, apapun yang terjadi, kita selalu tetap memerlukan listrik. Dan tentunya kalau bicara sektor listrik, saya melihat bahwa tetap batu bara merupakan salah satu the lowest fuel, the most efficient fuel untuk pembangkit lsitrik.

Kita masih optimis, bahwa bagaimanapun juga, menurut saya, suatu saat ini, sebulan dua bulan tiga bulan, pasti ekonominya harus dijalankan kembali. Apakah ekonomi bisa recover dengan cepat, tapi menurut saya, sektor batu bara Indonesia masih menjanjikan.

Sekarang harga batu bara turun lebih kepada faktor India yang totally lockdown, China yang juga pasar batu bara cukup besar untuk Indonesia, sampai saat ini masih beli dan membutuhkan. Kenapa? Competitiveness batu bara Indonesia masih baik dibandingkan dengan kualitas dan harga batu bara domestik mereka.

Dampaknya ke Adaro, sejauh ini di kuartal pertama bagaimana?
Alhamdulillah, produksi batu bara kita 3 bulan yang lalu, masih normal, bahwa walaupun kita mesti kerja dari rumah tapi tentunya kebutuhan batu bara tetap diperlukan. Jadi dari produksi masih oke. Tapi saya selalu berkorespondensi dengan teman-teman di site, selalu melakukan Zoom Call dan men-support mereka, dan yang paling penting adalah bagaimana mereka harus bekerja dan harus hati-hati, karena faktor kesehatan yang paling utama. Kita mengikuti protokol Covid-19 pemerintah.

Revenue masih cukup baik, seluruh pegawai saya masih bekerja full team, tidak ada yang dirumahkan, alhamdulillah tidak ada yang terapar sakit dan sekarang saya fokus bagaimana opasional di site baik dan memperhatikan masalah kesehatan di site.

Proyeksi kinerja sampai akhir tahun dengan pandemi, ini apakah akan ada revisi target?
Tentunya pasti akan ada revisi dari sisi pendapatan saya yakin mungkin tidak sebaik tahun lalu, profit akan tertekan. Kami terus melakukan efisiensi, bagaimana bisa survive dalam kondisi yang suit ini dan me-manage cost.

Cost terbesar industri pertambangan batu bara adalah fuel, kita juga melihat memang fuel cost bulan bulan terakhir turun sangat drastis, saya harapkan ada sedikit gain, dari fuel cost sehingga cost kita lebih murah lagi, walaupun harga batu bara sedikit tertekan.



APINDO menyebut beberapa cashflow perusaahaan hanya mampu bertahan sampai Juni, bagaimana dengan Adaro?
Saya mungkin musti fair karena saya Wakil Ketua umum Kadin dan saya juga membawahi batu bara dan kelistrikan. Tapi memang memang overall, kondisi ini sangat-sangat berat, saya sangat prihatin tentunya kepada teman teman yang bergerak di industri pariwisata, perhotelan dan ritel. Sodara kita UMKM, memang menurut hemat saya, krisis yang terjadi di tahun 2020 sangat-sangat berbeda dengan krisis 1998 dan 2008 lalu.

Kalau di 1998 yang kena hit perusahaan besar, perbankan. UMKM dan pengusaha menengah masih bisa bertahan cukup baik. 2008 sama, yang kena perusahaan besar dan khususnya capital market. Tapi kali in across the board, saya sangat memahami kondisinya sangat sulit, bahkan saya tidak surprise banyak perusahaan yang bukan saja bisa bertahan sampai bulan Juni, pada saat sekarang pun banyak perusahaan yang tidak bisa bertahan. Itu yang saya lihat.

Batu bara sedikit menurun, tapi yang penting bagi kami adalah cashflow, alhamdulillah Adaro so far so good, cashflow masih ter-manage dengan baik, tapi tentunya kalau ini terus berlarut-berlarut, perusahaan sekuat apapun saya rasa mungkin tidak akan kuat, untuk itu kita harus bahu-membahu antara sektor swasta dengan pemerintah.

Stimulus yang diharapkan di sektor pertambangan yang belum diperhatikan saat ini?
Kami berharap karena sektor pertambangan ini merupakan penghasil devisa, kami masih bisa mengeskor, survive. Saya berharap kita dibantu dalam sisi kemudaan perizinan, misalnya dalam kondisi sulit jangan terlalu banyak diatur, kalau ekspor harus pakai kapal dalam negeri. Setahun dua tahun ke depan kita diberikan dukungan, yang kita harapkkan kemudahan perizinan dan ekspor, sehingga jadi industri yang unggul dan efisien.



[Gambas:Video CNBC]




(hps/hps) Next Article Raja Batu Bara RI: Low Tuck Kwong Kaya Raya 'Mandi' Batu Bara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular