CNBC Insight
Raja Batu Bara RI: Low Tuck Kwong Kaya Raya 'Mandi' Batu Bara

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertambangan batu bara di Indonesia sudah ada sejak era kolonial Hindia Belanda. Bisnis batu bara hanya berjalan terus meski tak mengalami booming seperti minyak dan cengkih di zaman Orde Baru.
Meski terpuruk sekitar 2012, setelah tahun 2000 bisnis batu bara sangat ramai di Indonesia dan puncaknya saat ini. Banyak danau-danau baru bekas tambang batu bara muncul di Kalimantan.
Seiring itu bermunculan para juragan batu bara, menambah daftar para pengusaha di sektor ini yang kini kembali memetik manis kejayaan batu bara karena harganya setinggi langit di 2022.
"Dari jumlah yang semula hanya 3 perusahaan pada tahun 1968 menjadi 138 perusahaan pada tahun 2005, memberi petunjuk bahwa usaha dalam bidang pertambangan batu bara memberikan prospek usaha yang cukup bagus," tulis Sukandarrumidi dalam Batubara dan Pemanfaatannya (2006:6).
Perusahaan milik Low Tuck Kwong termasuk di dalamnya. Ia menjadi salah satu sosok penting dalam perkembangan bisnis batu bara di Indonesia.
Ketika batu bara ramai setelah tahun 2000, Low Tuck Kwong adalah pelaku usaha lama di Kalimantan Timur. Low Tuck Kwong pada 1988 sudah mengakuisisi PT. Gunungbayan Pratamacoal (GBP) dan PT. Dermaga Perkasapratama (DPP). Kala itu, Balikpapan Coal Terminal, yang dikelola DPP sudah menambang 2,5 juta ton per tahun.
Perusahaan-perusahaan pertambangan batu bara Low Tuck Kwong berada dalam PT Bayan Resources Tbk dan kelompok ini dikenal sebagai Bayan Group. Mantan Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro kini duduk sebagai komisaris Utama PT Bayan Resources Tbk itu. Di Bayan Resources, sejak 31 Jan 2022 Low Tuck Kwong menguasai 55,22% saham.
Batu bara bukan bisnis pertama Low Tuck Kwong. Situs resmi Bayan Group menyebut pada tahun 1973 Low Tuck Kwong mendirikan perusahaan kontraktor pekerjaan tanah, pekerjaan umum, dan struktur kelautan dengan nama PT. Jaya Sumpiles Indonesia (JSI). Ketika memulai bisnisnya itu, Low Tuck Kwong baru hidup di Indonesia.
Low Tuck Kwong yang kelahiran Singapura 17 April 1948 itu, telah berganti kewarganegaraan menjadi WNI sejak 1992. Dia baru menginjakkan kaki di Indonesia pada 1972, ketika iklim dunia bisnis Indonesia terbuka bagi pemodal asing setelah lengsernya Sukarno. Sebelum ke Indonesia dia sempat bergiat dalam perusahaan konstruksi ayahnya di Singapura. Tak heran jika di awal bisnisnya di Indonesia adalah konstruksi.
Bayan Group termasuk pemain penting dalam bisnis batu bara di Indonesia. Seperti juga Adaro Energy yang saham-sahamnya dimiliki beberapa mantan profesional Astra International, Edwin Soeryadjaya, keluarga Subianto, Garibaldi Thahir, Teddy Rachmat. Kapitalisasi pasar Bayan mencapai Rp 139,50 triliun dan dari Grup Adaro (Rp 92,76 triliun). Tak heran jika dirinya dikenal sebagai raja batu bara
Majalah Forbes menyebut Low Tuck Kwong menduduki peringkat ke-18 dalam daftar Orang Terkaya Indonesia 2021. Kekayaannya kini mencapai US$ 3,7 miliar. Di luar bisnis batubara, Low Tuck Kwong juga berbisnis di bidang pelayaran. Dia mengendalikan Singapura Manhattan Resources. Dia juga pemilik The Farrer Park Company, Samindo Resources dan Voksel Electric. Salah satu perusahaannya membangun sistem kabel laut bawah laut untuk konektivitas internet yang menghubungkan Singapura, Indonesia, dan Malaysia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Raja Batu Bara RI: Edwin Soeryadjaya Besar Bersama Batu Bara!
(pmt/pmt)