Internasional

Ekonomi China Terguncang! Lampu Kuning Baru buat Xi Jinping

luc, CNBC Indonesia
07 June 2023 16:32
Ilustrasi bendera China. (VCG via Getty Images/VCG)
Foto: Ilustrasi bendera China. (VCG via Getty Images/VCG)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi China sedang tidak baik-baik saja. Kinerja perdagangan raksasa global tersebut yang tercatat melorot sepanjang Mei menjadi lampu kuning bagi laju pemulihan yang masih lambat.

Berdasarkan dana bea dan cukai China yang dirilis Rabu (7/6/2023), ekspor Negeri tirai bambu turun 7,5% secara tahunan sepanjang Mei. Senada dengan ekspor, realisasi impor juga turun 4,5% secara tahunan.

Hasil tersebut membuahkan tanda tanya besar terkait pemulihan ekonomi negara tersebut yang belum lama ini mencabut kontrol ketat terkait Covid-19. Pasalnya, lemahnya kinerja perdagangan juga menggambarkan permintaan global yang melemah di tengah tekanan suku bunga yang masih tinggi.

Ekspor turun menjadi US$ 283,5 miliar, berbalik dari pertumbuhan kuat 8,5% yang tak terduga pada April. Impor turun menjadi US$ 217,7 miliar, cenderung moderat dari kontraksi 7,9%pada bulan sebelumnya.

Sementara itu, surplus perdagangan global China menyempit sebesar 16,1% menjadi US$ 65,8 miliar pada Mei.

Pelemahan perdagangan menambah tekanan ke bawah pada ekonomi terbesar kedua di dunia itu menyusul aktivitas pabrik dan konsumen yang lesu serta lonjakan pengangguran di kalangan kaum muda.

"Ekspor China akan tetap lemah karena kami mengantisipasi ekonomi AS memasuki resesi," kata Lloyd Chan dari Oxford Economics dalam sebuah laporan, dikutip Associated Press, Rabu (7/6/2023).

Sejatinya, output pabrik dan belanja konsumen bangkit kembali setelah kontrol yang memutus akses ke kota-kota besar selama berminggu-minggu dan memblokir sebagian besar perjalanan internasional dicabut pada bulan Desember. Namun, para ekonom mengatakan puncak rebound itu mungkin telah berlalu.

Pengeluaran ritel pulih lebih lambat dari yang diharapkan karena konsumen yang khawatir tentang prospek ekonomi dan kemungkinan kehilangan pekerjaan. Sebuah survei pemerintah pada April menemukan rekor 1 dari 5 pekerja muda di kota menganggur.

Aktivitas pabrik berkontraksi dan pemberi kerja memangkas pekerjaan setelah kenaikan suku bunga untuk menekan inflasi di Amerika Serikat dan Eropa turut membebani permintaan ekspor China.

Ekspor ke Amerika Serikat anjlok 18,2% dari tahun sebelumnya menjadi US$ 42,5 miliar setelah Federal Reserve menaikkan suku bunga acuan pinjaman ke level tertinggi dalam 16 tahun untuk mengekang lonjakan inflasi.

Impor barang-barang Amerika Juga merosot 9,9% menjadi US$ 14,3 miliar. Adapun surplus perdagangan China yang bergejolak secara politik dengan Amerika Serikat menyempit sebesar 21,9% menjadi US$ 28,1 miliar.

Juga pada Mei, impor China dari 27 negara Uni Eropa turun 38,6% menjadi US$ 24,5 miliar. Ekspor ke Eropa turun 26,6% menjadi US$ 44,6 miliar. Surplus perdagangan Beijing dengan Eropa menyempit sebesar 3% menjadi US$ 20,1 miliar.

"Data aktivitas yang mengecewakan pada April menunjukkan pemulihan permintaan domestik China telah kehilangan tenaga setelah rebound yang dipicu oleh pembukaan kembali," kata Chan.

Untuk tahun ini, impor turun 6,7% secara year-to-date (YtD) per Mei menjadi lebih dari US$ 1 triliun, sementara pertumbuhan ekspor turun mendekati nol. Ekspor hanya naik tipis 0,3% menjadi US$ 1,4 triliun.

Impor dari Rusia, sebagian besar minyak dan gas, naik 10% dari tahun lalu menjadi US$ 11,3 miliar. Ekspor ke Rusia juga melonjak 114% menjadi US$ 9,3 miliar.

China membeli lebih banyak energi Rusia untuk memanfaatkan pemotongan harga, membantu menopang arus kas Kremlin setelah Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang menghentikan sebagian besar pembelian untuk menghukum Moskow atas invasi Presiden Vladimir Putin ke Ukraina.

Beijing dapat membeli minyak dan gas Rusia tanpa memicu sanksi Barat. China telah menjadi pasar ekspor terbesar Rusia dan sumber penting barang-barang manufaktur.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi China meningkat menjadi 4,5% dari tahun sebelumnya pada kuartal I-2023 dari 2,9% kuartal sebelumnya. Laju perlu dipercepat lebih lanjut untuk mencapai target pertumbuhan resmi Partai Komunis China (PKC) yang berkuasa, yakni sekitar 5% untuk tahun ini.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article China Lagi 'Sakit Kronis', Teriak soal Ekonomi Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular