
Takdir Ekonomi Dunia Terikat pada China, ADB Ungkap Alasannya

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Pembangunan Asia (ADB) menegaskan China masih menjadi mitra dagang penting bagi banyak negara di seluruh dunia. Hal ini terjadi saat berkembangnya narasi bahwa mesin ekonomi Negeri Tirai Bambu itu melemah.
Kepala Ekonom ADB Albert Park menjelaskan bahwa meski ekonomi China melemah, pentingnya negara tersebut dalam rantai nilai global tidak berkurang. Peran ini pun juga tetap kuat saat negara-negara tertentu yang sangat agresif dalam mencoba membatasi perdagangan dengan Beijing.
"China mungkin masih menjadi mitra dagang nomor satu bagi sebagian besar negara di dunia," kata Park kepada CNBC International, Senin (26/2/2024).
Park mencontohkan terkait apa yang terjadi pada tahun 2018 lalu ketika Donald Trump menjatuhkan pembatasan dagang dengan China. Meski begitu, Beijing tetap memainkan peran yang sangat besar dalam perekonomian global, menyumbang 18% PDB global.
"Kisah China yang terputus dari perekonomian global menurut saya hal tersebut mungkin terlalu berlebihan atau hanya bersifat parsial," lanjut Park.
Dalam beberapa tahun terakhir, AS dan Uni Eropa (UE) telah mempertimbangkan untuk menjatuhkan sanksi terhadap perusahaan-perusahaan China yang diyakini membantu Rusia memicu perangnya di Ukraina.
Keraguan mengenai investasi di China semakin menguat seiring dengan perekonomian yang terus berjuang melawan tekanan deflasi, perlambatan ekonomi, dan pasar properti yang lemah.
Dampak China Buat Asia
Walau terbukti kuat, Park menambahkan pemulihan pertumbuhan China yang terhambat terus menimbulkan risiko terhadap lingkungan perdagangan Asia.
"China tetap menjadi risiko penting dari sisi permintaan, karena masih banyak pertanyaan mengenai ketahanan pertumbuhan China," kata Park.
"Kita sering mempunyai aturan umum bahwa pertumbuhan China yang lebih lambat sebesar 1% akan mengurangi permintaan ekspor sekitar 0,3%."
Faktor-faktor lain juga memberikan hambatan terhadap ekosistem perdagangan Asia dan juga China. Pertumbuhan ekonomi global yang melambat diperkirakan akan membebani permintaan eksternal untuk ekspor ke luar Asia.
Meskipun demikian, Park memperkirakan siklus semikonduktor akan pulih, yang mungkin memberikan harapan bagi eksportir teknologi tinggi di Asia seperti Korea Selatan, Taiwan, dan Jepang.
"Meningkatnya permintaan dari AS dan UE, serta pertumbuhan yang kuat di India juga kemungkinan besar akan menguntungkan prospek perdagangan Asia," kata ADB dalam Laporan Integrasi Ekonomi Asia 2024.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dear Xi Jinping! Ekonomi China 2023 Bakal 'Nyungsep', Paling Lemah
