Terjebak di 'Lembah Horor', Gimana Cara RI Jadi Negara Maju?

Arrijal Rachman & Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
31 May 2023 13:57
Petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan memeriksa Kapal Carpenters Sirius Singapore dari Malaysia di tengah laut sejauh 4 mil dari dermaga saat akan memasuki Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan memeriksa Kapal Carpenters Sirius Singapore dari Malaysia di tengah laut sejauh 4 mil dari dermaga saat akan memasuki Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kesiapan Indonesia memanfaatkan bonus demografi untuk bisa keluar dari jebakan kelas menengah atau middle income trap mulai disiapkan dari sekarang.

Sebab, setelah momentum bonus demografi lewat, pertumbuhan ekonomi negara yang tinggi juga harus dikelola dengan baik, dengan sumber daya manusia (SDM) produktif dan mengembangkan inovasi di berbagai sektor lapangan usaha.

Pada 1 Juli 2020, Indonesia pernah ditetapkan oleh Bank Dunia sebagai salah satu negara dengan berpenghasilan atas. Namun, status itu turun lagi, karena Bank Dunia telah mengubah kategori peringkatnya.

Negara berpenghasilan rendah atau Low Income dengan GNI sebesar US$ 1.046. Negara berpenghasilan menengah ke bawah (US$ 1.046 - US$ 4,045), negara berpenghasilan menengah ke atas (US$ 4.096 - US$ 12.695) dan negara berpenghasilan tinggi atau high income dengan GNI lebih dari US$ 12.695).

Indonesia dengan GNI US$ 3.870 kini berstatus negara lower middle income.

Pekerjaan rumah (PR) saat ini bukan hanya mencari cara agar Indonesia kembali naik kelas ke negara berpenghasilan menengah atas, bahkan sebisa mungkin naik kelas ke negara berpenghasilan tinggi.

Pemerintah pun mengungkapkan, saat ini telah menyusun transformasi ekonomi hingga 2045, agar Indonesia tak terus-terusan terjebak sebagai negara berpendapatan menengah atau middle income trap.

Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan, akan menetapkan ekonomi biru sebagai landasan untuk Indonesia bisa keluar dari middle income trap.

Pemanfaatan ekonomi biru tersebut akan tertuang di dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045, bersamaan dengan fokus industrialisasi dan ekonomi biru.

"Bagaimana kita menciptakan nilai tambah dari potensi laut kita yang luar biasa dalam ekonomi biru, itu kita bukan hanya jaga keberlanjutan laut yang sehat, tapi kita akan ciptakan nilai tambah baru yang tercipta dari kekayaan laut," kata Amalia saat ditemui di kantornya, Jakarta, seperti dikutip Senin (29/5/2023).

Arah pembangunan itu didesain karena Indonesia merupakan negara kepulauan dengan 65% total luas negara Indonesia berupa laut.

Pada 2021, Swedia pun telah mengajak kerja sama dengan Indonesia meluncurkan buku berjudul Kerangka Pembangunan Ekonomi Biru untuk Transformasi Ekonomi di Indonesia.

Melalui ekonomi biru, Bappenas mencatat potensi ekonominya bisa mencapai US$ 1,33 miliar dan mampu menyerap hingga 45 juta lapangan kerja baru. Industri yang bisa didorong memanfaatkan strategi ekonomi ini diantaranya industri pengolahan ikan, perkapalan, hingga pariwisata berbasis laut.

"Contohnya itu industri pengolahan ikan, industri perkapalan, industri pariwisata berbasis laut, ada bioteknologi dari SDA lain, tambang laut, EBT laut, itu ekonomi biru," ujar Amalia.

Dengan besarnya potensi ekonomi biru itu sebagai pendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 6% hingga 7% mulai 2025-2045.

Amalia mengatakan, ekonomi biru itu akan terus didorong ke depannya sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru. "Dalam rangka kita mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi, salah satu yang kita dorong adalah ekonomi biru sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru. Jadi potensinya besar, itu akan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia," tuturnya.

Untuk diketahui, berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), potensi kekayaan laut nasional mencapai US$ 1,33 triliun atau setara Rp 19.840 triliun (Rp 14.917/US$) dari 11 segmen usaha. Sementara dari sisi budidaya potensinya mencapai 16%.

Dalam hal neraca perdagangan, sepanjang triwulan pertama tahun 2022, produksi sektor kelautan dan perikanan membawa hasil yang memuaskan. Neraca perdagangan sektor perikanan surplus sebesar USD 1,39 miliar. Naik 21,78% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya


(cap/cap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Astaga! Menteri Jokowi Akui RI Sudah Kena Jebakan 'Misterius'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular