Ramalan 2023

Ramalan 10 Lembaga Asing: Dunia 2023 Suram, Negara Maju Jatuh

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
02 January 2023 06:10
Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell  (AP Photo/Jacquelyn Martin)
Foto: Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell (AP Photo/Jacquelyn Martin)

Bank sentral di banyak negara diperkirakan masih akan mempertahankan kebijakan moneter yang relatif ketat, karena adanya ancaman risiko inflasi yang tinggi pada 2023.

Terutama inflasi inti yang dipengaruhi terhambatnya pasokan energi dan pangan, masih akan menjadi fokus penuh bank sentral dalam melakukan intervensi yang lebih kuat dalam menentukan kebijakan suku bunga di tahun depan.

"Inflasi inti merespons perubahan suku bunga dasar lebih kuat daripada inflasi utama, yang lebih didorong oleh penawaran (supply)," tulis Deutcshe Bank dalam laporannya.

Goldman Sachs menyebut, bank sentral paling berpengaruh di dunia, The Fed masih akan menaikan suku bunga kebijakannya menjadi 5% hingga 5,25% pada 2023.

Goldman Sachs mengungkapkan inflasi PCE (personal consumption expenditure) inti AS akan turun dari level 5% saat ini, menjadi ke kisaran 3% pada akhir tahun depan.

Selanjutnya, tingkat pengangguran di AS diperkirakan anak naik sebesar 50 bps. Meski tingkat pengangguran hanya naik tipis, Goldman Sachs meyakini inflasi dapat ditekan karena kondisi saat ini disebut berbeda dari periode inflasi tinggi sebelumnya.

Pertama, karena pasar tenaga kerja pasca pandemi nyatanya tidak berhasil mengurangi angka pengangguran di AS.

Kedua, dampak disinflasi dari normalisasi baru-baru ini dalam rantai pasokan dan pasar perumahan sewa masih jauh. "Dan ketiga, ekspetasi inflasi jangka panjang tetap berlabuh (di tahun depan)," tulis Goldman Sachs dalam laporannya.

(cap/mij)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular