Bos Pengusaha Buka Suara Soal Biang Kerok 'Badai' PHK

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani angkat bicara mengenai gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di beberapa sektor industri. Setidaknya, kata dia, ada dua sektor yang saat ini tengah 'berdarah-darah' imbas berkurangnya permintaan ekspor.
"Yang sudah melakukan laporan ke ke kami adalah sektor sepatu dan tekstil. Jadi sektor sepatu itu drop ekspornya 50% dan garmen turun 30%. Ini akan terjadi permasalahan di sektor tenaga kerja," kata Hariyadi kepada CNBC Indonesia dikutip Jumat (21/10/2022).
Meski menurut Hariyadi masalah tenaga kerja baru sebatas dirumahkan, belum sampai di PHK. Mengingat perusahaan harus memberikan pesangon jika melakukan PHK.
"Kalau sampai di-PHK sendiri belum tahu karena mengandung pesangon, apakah perusahaannya sanggup atau tidak. Tapi kemungkinan besar dirumahkan iya, kalau sudah drop sampai 30-50% itu sudah pasti cash flow terganggu," jelasnya.
Hariyadi mengatakan masalah ini juga sudah dikomunikasikan ke Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) karena menyangkut hubungan dengan karyawan.
"Kita beri tahu kondisi ini harus dimaklumi bersama, kalau gak ada order ya pasti cash flownya terganggu," jelasnya.
Menurutnya strategi yang bisa dilakukan oleh pengusaha adalah penguatan pasar domestik. Mencari pengganti pasar ekspor yang turun drastis seperti ke Uni Eropa dan Amerika Serikat.
Dia menyebut pasar yang paling besar kemungkinannya untuk di masuki adalah Asean, Australia, dan Korea Selatan.
Secara terpisah, Sekretaris Jenderal Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta mengungkapkan, sudah ada perusahaan tekstil dan produk tekstil (TPT) yang melakukan PHK.
"Iya, anggota APSyFI. Jualannya seret (hingga memicu PHK). Minggu kemarin PHK 900 orang. Kahatex saja. Akan nambah terus kayaknya," kata Redma kepada CNBC Indonesia, Kamis (20/10/2022).
Sebelumnya, Redma memang sudah mewanti-wanti potensi gelombang PHK di industri TPT nasional. Apalagi, ujarnya, pemerintah pun sudah memperingatkan kondisi gelap yang mengancam perekonomian di tahun 2023 akibat 'badai' resesi global.
Sementara Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Firman Bakri menjelaskan industri alas kaki di tanah air mulai menghadapi efek domino krisis ekonomi global dan tren hiper inflasi.
"Padahal, industri ini merupakan bagian dari rantai pasok global. Kini mulai terjadi penurunan order yang signifikan," kata Firman kepada CNBC Indonesia, dikutip Jumat (14/10/2022).
Bukan tidak mungkin, ujarnya, kondisi itu akan berdampak pada ketenagakerjaan di sektor alas kaki nasional.
[Gambas:Video CNBC]
Pabrik Pakaian Dalam di Bogor PHK 400 Orang
(dce)