Pabrik Bertumbangan, Produsen Pakaian Dalam PHK Massal

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
02 November 2022 08:05
FILE PHOTO: Labourers work at a garment factory in Bac Giang province, near Hanoi October 21, 2015. REUTERS/Kham
Foto: REUTERS/Kham

Jakarta, CNBC Indonesia - Tekanan pelambatan ekonomi dan inflasi yang melayang di sejumlah negara Eropa juga Amerika Serikat (AS) berdampak ke Tanah Air. Salah satunya, industri garmen yang selama ini memproduksi produk-produk bermerek skala internasional.

Seperti salah satu pabrik garmen di Kabupaten Bogor. Pabrik yang berlokasi di Wanaherang Kabupaten Bogor ini didirikan pada tahun 1997 dan memproduksi berbagai bra wanita, celana dalam, bustier, bodysuits, suspender belt, kamisol, juga pakaian dalam pria. Pasarnya adalah Eropa, Amerika Serikat, Australia dan lokal.

Lini produksi terdiri dari 114 baris dengan rincian 72 baris untuk bra dengan kapasitas sekitar 1.000.000 pcs dan 42 baris pakaian bawah dengan kapasitas sekitar 600.000 pieces. Tercatat klien di antaranya adalah merek-merek kenamaan di dunia.

"Sudah kurang lebih 400 orang (PHK). Order pakaian dalam perempuan dengan brand terkenal dunia," kata Juru Bicara Perkumpulan Pengusaha Produk Tekstil Jawa Barat (PPPTJB) Sariat Arifia kepada CNBC Indonesia, dikutip Rabu (2/11/2022).

Catatan: Sariat Arifia melakukan klarifikasi terbaru terkait pernyataannya di atas, klik di sini. 

Berawal, lanjutnya, karena terjadi penurunan permintaan ekspor dari luar negeri. Hingga berakibat pada perusahaan tak lagi mampu membayar pegawai yang ada.

"Kombinasi PHK ini diakibatkan pertama, upah di Bogor sudah terlalu tinggi dan kedua order yang tidak ada. Dalam situasi tidak ada order, maka perusahaan makin tercekik dengan upah harus tinggi tapi order tidak ada," kata Sariat.

Upah minimum di Kabupaten Bogor sendiri mencapai Rp4,2 juta. Nilai tersebut dirasa terlalu tinggi untuk membiayai pegawai yang kebanyakan dengan pendidikan SMP atau sederajat.

"Order tidak akan ada kalau perusahaan kehilangan keunggulan kompetitif dalam hal industri padat karya adalah pengupahan," sebut Sariat.

Pangkas Hari Kerja

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmadja menambahkan, perlambatan global berimbas ke industri TPT di dalam negeri.

"Sudah banyak anggota API yang melakukan pengurangan waktu kerja. Dari 7 hari setiap minggu menjadi 5 hari dalam seminggunya," kata Jemmy kepada CNBC Indonesia, Selasa (1/11/2022).

"Logistik sudah tidak semahal dulu. Sekarang masalahnya order/ permintaan menurun akibat pelemahan globa. Ukraina-Rusia memperparah keadaan global," tambahnya.

------

Ralat: Redaksi meralat kutipan pada paragraf keempat tanpa menyebutkan nama brand berdasarkan klarifikasi dari PT. Fotexco Busana International, melalui surat klarifikasi yang dikirim Rabu (2/11/2022), pukul 18.00 WIB.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Sinyal 'Curi Start' PHK Buruh Tekstil, Ini Kata Pengusaha

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular