
Dunia Sekarang Kacau Balau

AS dan Eropa resesi, maka ekonomi global juga akan menuju ke arah sana. Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia hingga Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) telah mengemukakan proyeksi tersebut.
Bank Dunia menyebut, perekonomian global saat ini mengalami perlambatan paling tajam setelah pemulihan pasca resesi sejak tahun 1970. Kepercayaan konsumen global telah mengalami penurunan yang jauh lebih tajam dibandingkan resesi global sebelumnya.
Terbukti dari tiga ekonomi terbesar di dunia, Amerika Serikat, China dan kawasan Eropa telah melambat tajam. "Dalam keadaan seperti itu, bahkan pukulan moderat terhadap ekonomi global selama tahun depan dapat membawanya ke dalam resesi," tulis Bank Dunia dalam laporannya.
Perlambatan ekonomi yang terjadi saat ini, menurut Bank Dunia memerlukan kebijakan countercyclical untuk melindungi aktivitas masyarakat dan ekonomi.
Melengkapi ramalan Bank Dunia, Direktur Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva ikut buka suara terkait ancaman resesi yang melanda dunia.
Dia menyebut bahwa pelemahan ekonomi itu kemungkinan besar terjadi. Kristalina mengungkapkan bahwa prospek ekonomi global telah "gelap secara signifikan" sejak April lalu. Alhasil, IMF pun prediksi pertumbuhan ekonomi global di angka 3,6% untuk tahun 2022.
OECD memperkirakan pertumbuhan global diproyeksikan akan tetap lemah pada paruh kedua tahun 2022, sebelum melambat lebih lanjut pada tahun 2023 menjadi pertumbuhan tahunan hanya 2,2%.
"Ekonomi global telah kehilangan momentum setelah perang agresi Rusia yang tidak beralasan, tidak dapat dibenarkan dan ilegal terhadap Ukraina. Pertumbuhan PDB telah terhenti di banyak ekonomi dan indikator ekonomi menunjukkan perlambatan yang berkepanjangan," kata Sekretaris Jenderal OECD Mathias Cormann pada konferensi pers proyeksi OECD.
"Dengan dampak pandemi Covid-19 yang masih ada, perang menyeret turun pertumbuhan dan memberi tekanan tambahan pada harga, terutama untuk makanan dan energi."
Asian Development Bank (ADB) menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi di negara berkembang Asia dan Pasifik.
Perekonomian kawasan ini diperkirakan tumbuh 4,3% tahun ini, dibandingkan dengan proyeksi ADB pada April sebesar 5,2%. Perkiraan pertumbuhan untuk tahun depan pun telah diturunkan menjadi 4,9% dari 5,3%, sementara perkiraan inflasi kawasan telah dinaikkan.
Namun, tidak termasuk China, negara berkembang lainnya di Asia diproyeksikan akan tumbuh sebesar 5,3% pada tahun 2022 dan 2023. Hal ini dipengaruhi pertumbuhan di Asia Selatan dan Asia Tenggara yang masing-masing diperkirakan tumbuh 6,5% dan 5,1-5% pada 2022 dan 2023.
Adapun, ADB mencatat inflasi di negara berkembang Asia sedang meningkat. Rata-rata tingkat inflasi di wilayah tersebut meningkat menjadi 5,3% di bulan Juli dari 3,0% di bulan Januari.
(mij/mij)