
Dunia Sekarang Kacau Balau

Mantan Menteri Keuangan AS Larry Summers dalam sebuah diskusi publik beberapa waktu silam mengungkapkan Amerika Serikat (AS) butuh resesi agar inflasi bisa kendalikan.
Salah satu faktornya adalah terdapat tingkat pengangguran alami sebesar 5% atau istilah tingkat pengangguran alami ini dikenal sebagai the natural rate of unemployment (Nairu).
Nairu adalah tingkat pengangguran terendah yang dapat dipertahankan tanpa menyebabkan pertumbuhan upah dan inflasi meningkat. Dengan kata lain, jika pengangguran berada pada tingkat alami, maka inflasi adalah konstan. Nairu sering mewakili kesimbangan antara keadaan ekonomi dan pasar tenaga kerja.
"Sekarang bayangkan kalau suatu perekonomian permintaannya tinggi, sehingga perusahaan butuh tenaga kerja baru... Kalau terjadi di seluruh perekonomian, pasti upah naik, kalau upah naik inflasi terjadi," jelas Chatib.
"Pilihannya itu dua tahun tingkat pengangguran 7,5% atau 5 tahun dengan tingkat pengangguran 6%, atau 1 tahun tingkat pengangguran 10%. Baru inflasi bisa dikendalikan," kata Chatib lagi.
Oleh karena itu, untuk menekan permintaan yang melonjak yang akan mengerek inflasi, maka Bank Sentral AS harus menaikan suku bunga kebijakan. Inflasi Amerika Serikat (AS) per September 2022 sebesar 8,3% secara tahunan (year-on-year/yoy), dengan inflasi inti sebesar 6,3%.
Melihat data inflasi di AS tersebut, Chatib bahkan memperkirkarakan The Federal Reserve saat ini tidak memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga.
"Dia akan masih menaikan 50 hingga 75 basis point. Bahkan saya tidak akan surprise kalau di akhir tahun itu bisa ke arah pada kisaran 3,1% hingga 3,5%. Bayangkan, kalau itu terjadi, implikasinya US akan masuk resesi," jelas Chatib.
(mij/mij)