
AS Bakal Resesi, DGS BI: Itu Baik Bagi Ekonomi Indonesia!

Jakarta, CNBC Indonesia - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti mengungkapkan sisi positif bagi Indonesia dari besarnya potensi resesi di Amerika Serikat.
Ia mengatakan, kondisi itu akan membuat periode masa tingkat suku bunga acuan bank sentral AS yang tinggi dalam jangka waktu lama atau higher for longer akan segera berakhir.
"Paling tidak kita akan lebih pasti untuk globalnya bahwa kondisi higher for longer, kondisi suku bunga tinggi, inflasi tinggi, itu mungkin tidak akan terjadi lagi di global," kata Destry di Gedung MA, Jakarta, Rabu (7/8/2024).
"Probabilitynya menjadi kecil, dan itu bagus buat ekonomi domestik kita, maupun ekonomi di peers group kita," tegas Destry.
Destry memastikan, di tengah gejolak perekonomian global saat ini, sebetulnya perekonomian Indonesia juga sudah lebih berdaya tahan atau resilient. Tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang terjaga di level 5% dan inflasi rendah di kisaran 2,13% per Juli 2024.
"Gobal kan sebetulnya udah lama bergejolaknya, tapi kita punya domestik economy yang cukup strong, didukung sektor keuangan kita yang lebih stabil," tegasnya.
Oleh sebab itu, Destry memastikan, meski negara ekonomi besar seperti AS akan resesi, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan terus bergerak stabil di kisaran 5%. Ditopang oleh kuatnya konsumsi domestik dan investasi.
"Jadi kalau kita lihat pertumbuhan ekonomi bisa terjaga di 5% dengan baik itu konsumsi masyarakat maupun investasi yang tumbuh terus dan juga stabilitas di sektor keuangan kita, jadi saya rasa kita masih bisa punya daya tahan hadapi guncangan," ucap Destry.
Sebagaimana diketahui, indikator pendeteksi resesi Amerika Serikat (AS) atau yang biasa dikenal Sahm Rule Indicator naik secara konsisten. Data Sahm Rule mengalami kenaikan selama tiga bulan berturut-turut sejak Mei 2024. Per Juli 2024 di level 0,53%.
Claudia Sahm merupakan pencipta indikator Sahm Rule. Indikator ini kemudian digunakan sebagai alat untuk deteksi risiko sehingga pemangku kepentingan bisa memberikan stimulus lebih awal guna menghindari pemburukan ekonomi lebih lanjut. Ide utamanya adalah untuk bertindak cepat guna mengurangi keparahan resesi dan membantu masyarakat.
Data historis menunjukkan setelah peringatan Saym Rule muncul atau angka indikatornya menunjukkan 0,50 poin persentase, angka pengangguran terus meningkat. Bahkan dalam resesi yang paling ringan, seperti pada 2001, tingkat pengangguran naik dua poin persentase dari titik terendah sebelum resesi.
Data dari Bank of America (BofA) menunjukkan bahwa sejak 1953, indikator Sahm tidak pernah salah dalam mendeteksi resesi. Indikator ini tidak pernah terpicu atau muncul di luar periode resesi.
(arj/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Top! RI Diramal Sukses Lewati China & AS Tahun Ini