Ramalan AS Resesi Bikin Dunia Geger, Kabar Baik atau Buruk Bagi RI?

M Rosseno Aji Nugroho, CNBC Indonesia
06 August 2024 20:10
Demonstrators protest Friday, June 5, 2020, near the White House in Washington, over the death of George Floyd, a black man who was in police custody in Minneapolis. Floyd died after being restrained by Minneapolis police officers.. (AP Photo/Carolyn Kaster)
Foto: Amerika Serikat (AP/Carolyn Kaster)

Jakarta, CNBC Indonesia-Kabar tentang potensi terjadinya resesi Amerika Serikat sempat membuat dunia kalang-kabut. Indeks saham global sempat ambruk berjamaah, termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia yang sempat nyungsep 3% kemarin. Lantas apa sebenarnya dampak resesi ekonomi AS ke perekonomian Indonesia?

Global Markets Economist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto mengatakan potensi resesi ekonomi AS dapat menjadi hal positif buat Indonesia. Dia mengatakan dengan adanya kemungkinan resesi itu, kata dia, maka The Federal Reserve akan mempercepat pemangkasan suku bunga acuannya.

"Dengan sinyal ekonomi AS yang sudah terdampak negatif oleh kebijakan suku bunga tinggi, mau tak mau bulan September The Fed harus segera menurunkan suku bunga," kata Myrdal, Selasa, (6/8/2024).

Dia mengatakan apabila The Fed tidak segera menurunkan tingkat bunganya, maka ekonomi AS terancam akan lebih buruk. Sebab, suku bunga tinggi telah memperlambat aktivitas ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.

"Daya beli bisa turun dan inflasi bisa lebih rendah dari 2%," kata dia.

Myrdal mengatakan dampak baik dari kabar resesi AS bahkan telah terjadi di Indonesia. Meski bursa saham sempat jeblok, dia mengatakan isu itu sudah membuat rupiah dan yield surat utang pemerintah RI menguat.

"Dampaknya buat kita cukup baik, investor menjadikan kita sebagai tujuan investasi mereka," kata Myrdal.

Sementara itu,Direktur Eksekutif Center of Economic and Studies (Celios) Bhima Yudhistira tak sepakat dengan Myrdal. Dia menilai resesi ekonomi AS justru akan berdampak buruk pada rupiah, kinerja ekspor hingga tingkat utang RI.

Menurut dia, resesi ekonomi di AS akan membuat sikap The Federal Reserve terkait suku bunga makin sulit ditebak. Hal tersebut tentu akan membuat rupiah tertekan.

"Ini efeknya akan banyak investor yang menggeser dananya ke safe haven, safe haven bisa beragam mulai dari emas atau dolar Amerika Serikat dalam jangka menengah," kata Bhima.

Bhima mengatakan resesi ekonomi di AS juga berpotensi berpengaruh secara tidak langsung pada kinerja ekspor Indonesia. Dia mengatakan ekspor Indonesia paling besar memang masih ke China. Namun, produk-produk China tersebut pada akhirnya juga akan dikirim ke Amerika.

Dia khawatir melemahnya ekonomi AS tetap akan berpengaruh pada permintaan ekspor ke Indonesia. "Kita harus hati-hati cadangan devisa bisa turun karena lemahnya permintaan ekspor ke Amerika," kata dia.

Selain itu, Bhima mengatakan resesi Amerika Serikat akan berpengaruh pada daya tarik investasi surat utang pemerintah. Meski porsi asing di Surat Berharga Negara (SBN) mulai berkurang, namun pemerintah masih membutuhkan aliran modal dari luar negeri.

Dengan kondisi resesi ekonomi di AS, maka akan berdampak pada minat investor membeli surat utang pemerintah. Bila minat investor ke surat utang melemah, maka upaya menutup defisit APBN 2024 dan juga membayar utang jatuh tempo 2025 akan semakin sulit. Bila sudah begitu, pemerintah mau tak mau harus menaikkan imbal hasil surat utangnya.

"Ini implikasi resesi kepada kesulitan pemerintah dalam mengakses pembiayaan murah," kata dia.

Untuk diketahui, secara teknis, resesi terjadi ketika ekonomi terkontraksi dalam dua kuartal beruntun. Pada 2020 lalu dunia mengalami resesi akibat pandemi Covid-19, menyebabkan berkurangnya lapangan kerja dan banyak pegawai dirumahkan. Tanpa aktivitas dan mobilitas manusia, roda ekonomi pun macet.

Tanda-tanda pelambatan ekonomi AS muncul dalam laporan perekonomian kuartal II 2024. Tercatat ekonomi AS tumbuh sebesar 2,8% secara quarter on quarter/qoq pada kuartal kedua. Namun, angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan kuartal III dan kuartal IV-2023 yang masing-masing berada di angka 4,9% dan 3,4% qtq.


(rsa/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sri Mulyani Ramal Kuartal I-2024 Ekonomi RI Tumbuh 5,17%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular