Internasional

Cuan 'Mesin Uang' Raja Salman Turun, Ada Apa?

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
06 August 2024 16:40
A Saudi stock market official smiles as he watches the stock market screen displaying Saudi Arabia's state-owned oil company Aramco after the debut of Aramco's initial public offering (IPO) on the Riyadh's stock market in Riyadh, Saudi Arabia, Wednesday, Dec. 11, 2019. (AP Photo/Amr Nabil)
Foto: Saudi Aramco (AP Photo/Amr Nabil)

Jakarta, CNBC Indonesia - Laba perusahaan minyak Arab Saudi, Saudi Aramco, mengalami penurunan hingga 3% pada Kuartal II (Q2) 2024. Hal ini terjadi saat volume produksi minyak Arab Saudi yang menurun.

Secara rinci, Aramco melaporkan laba bersih sebesar US$ 29,1 miliar (Rp 471 triliun) di periode Q2 2024. Untuk total paruh pertama tahun keuangan 2024, Aramco membukukan laba bersih US$ 56,3 miliar (Rp 910 triliun), turun dari US$ 62 miliar (Rp 1.002 triliun) selama periode yang sama tahun lalu.

Aramco menegaskan kembali dividen dasar kuartal kedua sebesar US$ 20,3 miliar (Rp 328 triliun), dan mengumumkan dividen terkait kinerja sebesar US$ 10,8 miliar (Rp 174 triliun) yang akan dibayarkan pada kuartal ketiga. Perusahaan minyak terbesar di dunia tersebut berharap untuk mengumumkan total dividen sebesar US$ 124,2 miliar (Rp 2.000 triliun) pada tahun 2024.

"Kami kembali memberikan kinerja yang memimpin pasar, dengan laba dan arus kas yang kuat pada paruh pertama tahun ini," kata CEO Aramco Amin Nasser dalam pernyataan pers perusahaan yang dikutip CNBC International, Selasa (6/8/2024).

"Dengan memanfaatkan laba yang kuat ini, kami terus memberikan dividen dasar yang berkelanjutan dan progresif, serta dividen terkait kinerja yang memberikan keuntungan bagi pemegang saham kami."

Harga saham Aramco diperdagangkan 1,31% lebih tinggi tepat setelah pembukaan Tadawul, bursa saham Saudi, pada pukul 10:20 waktu setempat.

Banyak peramal memperkirakan pendapatan perusahaan minyak itu sebagian besar akan stagnan. Analis di perusahaan pialang yang berbasis di Riyadh, Al Rajhi Capital, menulis dalam laporan 22 Juli bahwa pihaknya meramalkan stagnasi laba akibat produksi yang rendah dan harga Brent yang tinggi.

"Kami mengantisipasi pendapatan Saudi Aramco pada Q2 2024 hampir stagnan dari tahun ke tahun, karena volume produksi yang lebih rendah hampir diimbangi oleh harga Brent yang lebih tinggi dibandingkan dengan Q2 2023," tulis laporan itu.

Arab Saudi menghasilkan produksi sebesar 8,99 juta barel per hari pada kuartal kedua. Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Negeri Petro Dollar itu mengalami kontraksi selama empat kuartal berturut-turut.

Para ekonom sebagian besar memaparkan bahwa hal disebabkan oleh pemangkasan produksi minyak. Otoritas Umum Statistik Saudi menyebut penurunan PDB pada kuartal kedua dipimpin oleh penurunan 8,5% di sektor minyak.

Pada awal Juni, aliansi produsen minyak yang dipatroni Riyadh, OPEC+, sepakat untuk memperpanjang pemangkasan produksi minyak bersama mereka hingga tahun 2025 dalam upaya untuk menopang harga di tengah pertumbuhan permintaan yang lesu. Pemangkasan pasokan telah berlangsung selama hampir dua tahun.

Meskipun demikian, patokan internasional minyak mentah Brent pada bulan lalu merosot dari kisaran perdagangan pertengahan US$ 80 per barrel ke kisaran pertengahan US$ 70 per barrel.

"Arab Saudi membutuhkan Brent pada harga US$ 96 per barel untuk menyeimbangkan anggarannya," ujar perkiraan Dana Moneter Internasional.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos-Bos Migas Melawan, "Terjun Payung" Cegah Kematian Minyak Cs

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular