
CEO Saudi Aramco Lempar Kata Tak Terduga: Transisi Energi Dunia Gagal!

Jakarta, CNBC Indonesia - CEO raksasa minyak Arab Saudi Aramco, Amin Nasser baru-baru ini memberikan pernyataan yang cukup mengejutkan. Khususnya mengenai implementasi transisi energi yang saat ini tengah digencarkan dunia.
Menurutnya, strategi untuk menjalankan transisi energi telah gagal. Karena itu, ia menghimbau agar para pembuat kebijakan meninggalkan "fantasi" untuk menghentikan penggunaan minyak dan gas bumi secara bertahap.
Pasalnya, alih-alih untuk dikurangi, permintaan volume bahan bakar fosil justru diperkirakan akan terus mengalami peningkatan dalam beberapa tahun mendatang.
"Strategi transisi energi yang dijalankan saat ini tampak gagal di sebagian besar bidang, karena bertabrakan dengan lima kenyataan yang sulit," ujar dia dikutip dari CNBC Internasional, Rabu (20/3/2024).
Nasser menilai strategi transisi energi perlu disusun ulang, di mana dunia harus meninggalkan fantasi untuk penghapusan penggunaan migas secara bertahap. Sebaliknya, dunia harus berinvestasi pada sektor hulu migas yang mencerminkan asumsi permintaan yang realistis.
Badan Energi Internasional (IEA) yang berbasis di Paris memperkirakan puncak permintaan minyak, gas, dan batu bara akan terjadi pada 2030. Namun, Nasser mengatakan permintaan tersebut tidak akan mencapai puncaknya dalam waktu dekat, termasuk pada tahun itu.
Menurut Nasser sumber energi alternatif tidak akan mampu menggantikan hidrokarbon dalam skala besar, sekalipun dunia telah berinvestasi lebih dari US$ 9,5 triliun selama dua dekade terakhir.
Pembangkit listrik yang berasal dari angin dan surya saat ini hanya memasok kurang dari 4% energi dunia, sementara total penetrasi kendaraan listrik kurang dari 3%.
Sedangkan, porsi hidrokarbon dalam bauran energi global hampir tidak berkurang pada abad ke-21 dari 83% menjadi 80%. Permintaan global telah meningkat sebesar 100 juta barel setara minyak per hari selama periode yang sama dan akan mencapai titik tertinggi sepanjang masa tahun ini serta gas telah tumbuh 70% sejak awal abad ini.
"Ini bukanlah gambaran masa depan yang telah dilukiskan oleh beberapa pihak. Bahkan mereka mulai menyadari pentingnya keamanan pasokan minyak dan gas," ujarnya.
Sementara itu, negara-negara berkembang di wilayah selatan akan mendorong permintaan minyak dan gas seiring dengan tumbuhnya perekonomian di negara-negara tersebut, yang mewakili lebih dari 85% populasi dunia. Negara-negara ini menerima kurang dari 5% dari target investasi energi terbarukan.
(ven)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos-Bos Migas Melawan, "Terjun Payung" Cegah Kematian Minyak Cs