
Harga Pertalite Belum Naik, Kabar Buruk atau Kabar Baik?

Akan tetapi di sisi lain, harga BBM yang belum naik tentu membawa berkah. Inflasi mungkin tetap akan tinggi karena ekspektasi inflasi yang tinggi, tetapi sepertinya tidak setinggi kalau harga BBM benar-benar sudah naik.
Inflasi yang terjaga adalah kunci untuk mempertahankan konsumsi rumah tangga. Jangan lupa, komponen ini adalah penyumbang terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Saat konsumsi tumbuh, maka ekonomi Indonesia secara keseluruhan tentu akan tumbuh.
Di pasar keuangan, inflasi yang terjaga tetap rendah (karena harga BBM belum naik) juga akan berdampak positif bagi bursa saham. Maklum, inflasi adalah 'musuh' bagi pasar saham karena inflasi dekat dengan suku bunga tinggi.
Ketika inflasi meninggi, maka bank sentral akan bereaksi dengan mengetatkan kebijakan moneter. Salah satunya dengan menaikkan suku bunga acuan, sesuatu yang sudah terjadi di Indonesia.
Namun kalau harga BBM tak kunjung naik, maka ada harapan BI tidak terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga acuan. Ini tentu menjadi kabar baik bagi emiten di pasar modal.
Pasalnya, suku bunga tinggi akan ikut mendongrak biaya ekspansi emiten, karena sebagian pendanaan ekspansi datang dari pembiayaan perbankan. Saat biaya ekspansi makin mahal, maka laba emiten akan tergerus.
Sebaliknya kalau suku bunga tetap rendah maka biaya ekspansi itu bisa tetap terjaga rendah. Laba emiten bisa meningkat dan investor boleh berharap akan pembagian dividen.
Emiten yang perlu dicermati jika harga BBM tidak kunjung naik adalah barang konsumsi (consumer goods). Kalau harga BBM naik, maka emiten ini cenderung tertekan karena ada ekspektasi konsumen akan mengurangi konsumsi gara-gara harga bensin yang mahal.
Beberapa saham barang konsumsi terlihat tertekan belakangan ini. Pada 30-31 Agustus 2022, saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) anjlok masing-masing 1,41% dan 4,87%.
Saham PT Mayora Indah Tbk (MYOR) malah ambles tiga hari beruntun. Dalam tiga hari tersebut, saham MYOR turun 3,22%.
Kalau harga BBM belum naik juga, maka ada harapan konsumen akan tetap berbelanja. Ini tentu menjadi sentimen positif buat saham-saham emiten barang konsumsi.
Akan tetapi kalau harga BBM naik, bukan berarti tidak bisa berburu cuan di pasar saham. Emiten-emiten perbankan layak dipantau.
Ketika harga BBM naik, maka inflasi akan terangkat dan BI bisa lebih agresif menaikkan suku bunga acuan. Pada saatnya, suku bunga di level perbankan akan naik sehingga laba bank menggemuk.
"Secara umum, emiten sector finansial (terutama perbankan) akan kuat pada periode inflasi dan suku bunga tinggi. Sebab, ini adalah indikator bahwa ekonomi cukup kuat," sebut riset Mirae Asset.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)