
Jurus Baru Zulhas: Mau Hapus DMO CPO...Untung Atau Buntung?

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan, akan mempertimbangkan penghapusan wajib pemenuhan domestik (domestic market obligation/ DMO). Hal itu untuk mendongkrak ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/ CPO) dan turunannya.
Dengan demikian, diharapkan bisa mendongkrak harga tandan buah segar (TBS) petani sawit. Pasalnya, meski pemerintah sudah menghapuskan sementara pungutan ekspor CPO dan turunannya hingga Agustsu 2022, saat ini terpantau stok CPO masih tinggi.
Opsi lain, Zulhas mengatakan, pengali untuk komposisi persetujuan ekspor akan dinaikkan menjadi 9 kali.
Macro Equity Strategist Samuel Sekuritas Indonesia Lionel Priyadi menilai langkah Mendag tersebut positif.
"Semoga penghapusan DMO segera terealisasi dan tidak ada kebijakan semacamnya lagi ke depan," kata Lionel kepada CNBC Indonesia, Jumat (22/7/2022).
Hanya saja, ujarnya, jika tidak segera terealisasi dalam 2 pekan ke depan justru akan menambah tekanan bagi harga CPO.
"Kalau seperti itu sih masalah tetap berlanjut, tekanan bearish pressure ke CPO bisa makin kuat," kata Lionel.
Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Institute (PASPI) Tungkot Sipayung menjelaskan, untuk mendapatkan persetujuan ekspor, ada persyaratan harus dipenuhi. Yaitu memenuhi DMO, dengan rasio satu banding 9, jika Mendag jadi menaikkan komposisinya.
"Berarti volume yang boleh diekspor adalah 9 kali volume DMO-nya. Jika volume DMO 300 ribu ton, maka volume yang dapat diekspor adalah 9x 300 ribu ton yaitu 2,7 juta ton. Namun untuk bisa keluar persetujuan ekspor harus dibuktikan bahwa DMO tersebut sudah terdistribusi ke konsumen domestik. Terms and condition ini yang rumit dan butuh waktu, sehingga tetap saja aliran ekspor melambat meski rasionya dinaikkan," kata Tungkot kepada CNBC Indonesia, Jumat (22/7/2022).
Tungkot menambahkan, penghapusan DMO akan memperlancar ekspor minyak sawit. Yang dibutuhkan untuk mengurangi stok CPO di dalam negeri.
"Saat ini, sebagaimana diatur dalam Perdirjendaglu No 21/2022, penyaluran minyak goreng curah untuk masyarakat, UKM, yang dibiayai BPDPKS yang dikoordinasikan Kemenperin sudah jalan. Untuk apa lagi DMO dipertahankan? DPO (harga domestik) CPO Rp10.700, sementara harga CPO domestik sudah dibawah DPO tersebut. Untuk apa lagi DPO dipertahankan?," ujar Tungkot.
"BK (bea keluar) masih ada benteng. Lalu pemerintah sudah intervensi penyediaan minyak goreng curah ke masyarakat dan UKM dengan subsidi Dana sawit (BPDPKS). Apalagi harga CPO dunia tidak setinggi bulan April lalu. Jadi minyak goreng domestik aman. Tinggal menguras tanki agar TBS petani terserap dan harga meningkat secara kompetetif," pungkas Tungkot.
Di sisi lain, Chief Economist Bank Permata Josua Pardede mengatakan, konsumsi minyak sawit domestik masih tercatat tumbuh secara tahunan. Namun, dalam laju lebih lambat sehingga menekan harga.
"Menurut data GAPKI per Mei 2022 masih relatif sama dengan tahun lalu, yakni tumbuh 0,1% yoy (year on year). Secara kumulatif Januari-Mei 2022, konsumsi CPO domestik mencapai 7,74 juta ton, naik 0,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dengan demikian, konsumsi memang masih tumbuh, namun relatif lebih lambat dibandingkan tahun sebelumnya sehingga memberikan tekanan terhadap harga," kata Josua.
Di sisi lain, dia menambahkan, ada tekanan dari sisi pasokan, terutama setelah Indonesia kembali melepas larangan ekspor CPO. Yang membuat ekspektasi terhadap supply CPO global meningkat sehingga menekan harga CPO.
"Terkait dengan harga minyak goreng saat ini, dengan penurunan harga CPO global, memang harga minyak goreng juga akan menurun mengikuti pergerakan CPO global tersebut. Namun, penurunan harga CPO membutuhkan waktu untuk tertransmisi ke harga minyak goreng mengingat terdapat proses manufaktur pada minyak goreng," pungkas Josua.
Sementara itu, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mencatat, stok minyak sawit nasional per Mei 2022 sebesar 7,23 juta ton, naik dari posisi April 2022 yang sebanyak 6,10 juta ton.
Jika dibandingkan April dan Mei tahun 2021, terjadi lonjakan sekitar 2 kali lipat. Dimana saat itu stok minyak sawit nasional tercatat masing-masing sebanyak 3,26 juta ton dan 3,06 juta ton.
Di sisi lain, sepanjang tahun 2021, konsumsi minyak sawit domestik tercatat sebanyak 18,422 juta ton dari total produksi 51,300 juta ton.
Produksi tahun 2021 tersebut terdiri dari 46,88 juta ton CPO dan 4,41 juta ton minyak inti sawit mentah (crude palm kernel oil/ CPKO). Selain itu ada juga stok awal sebanyak 4,86 juta ton dan impor 59 ton.
Konsumsi lokal tahun 2021 terdiri dari 8,95 juta ton pangan, lalu oleokimi 2,12 juta ton, serta biodiesel 7,34 juta ton.
Tahun 2022, hingga bulan Mei tercatat konsumsi domestik sebanyak 7,74 juta ton. Yaitu 3,47 juta ton biodiesel, 903 ton oleokimia, dan pangan 3,36 juta ton. Angka tersebut adalah estimasi.
Secara bulanan, konsumsi minyak sawit domestik di tahun 2022 adalah:
- Januari 1,50 juta ton
- Februari 1,37 juta ton
- Maret 1,50 juta ton
- April 1,75 juta ton
- Mei 1,61 juta ton.
Menurut Lionel, saat ini harga CPO berada dalam fase fluktuasi tinggi akibat sentimen global.
"Karena ketidakpastian geopolitik tinggi, walaupun Putin mengatakan akan menghormati kontrak gas dengan eropa, di sisi lain Eropa tidak percaya dengan Putin. Selain itu, dengan kenaikan suku bunga eropa ECB, ketakutan terhadap resesi meningkat," kata Lionel.
Belum lagi, imbuh dia, krisis properti di China yang mendorong aksi mogok bayar cicilan para pembeli rumah serta developer real estate.
"Dengan ketidakpastian tersebut, harga CPO di pasar global terombang-ambing, volatilitas tinggi," ujar Lionel.
Chart Tradingeconomics hari ini (Jumat 22/7/2022 pukul 16.07 WIB) menunjukkan harga CPO kembali menguat ke MYR3.748 per ton.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Umur Berapa Kamu Tahu Kalau Lipstik Ada Sawitnya?