Ekonomi Amerika KO! Sinyal Resesi Makin Kuat?
Jakarta, CNBC Indonesia - Pembacaan final pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) tercatat masih mengalami kontraksi alias tumbuh negatif, di tengah inflasi yang meninggi memunculkan tindakan agresif dari bank sentral The Federal Reserve/The Fed dalam menaikkan suku bunga acuan yang bisa menyebabkan perlambatan ekspansi dan pemulihan.
Data final pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam pada kuartal I-2022 tercatat minus 1,6% secara kuartalan atau masih berada di zona kontraksi. Angka tersebut lebih rendah dari kuartal sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,9%.
Perekonomian AS tercatat merosot tajam sejak 2021 karena program stimulus The Fed berakhir. Kemudian inflasi merajalela dan memotong belanja konsumen dan pendapatan perusahaan. Ditambah lagi dengan naiknya harga energi yang diperburuk oleh serangan Rusia ke Ukraina sejak Februari 2022 lalu.
Dana Moneter Dunia (IMF) pun merevisi perkiraan ekonomi AS pada 2022 menjadi 2,9% dari sebelumnya 3,7%. IMF juga mengatakan kans AS terhindar dari resesi makin sempit.
"Kami sadar bahwa ada jalan sempit untuk menghindari resesi di AS," kata Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva.
Terlebih lagi, pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell pun tak segan 'mengorbankan' ekonomi demi mencapai tujuannya menurunkan inflasi bisa jadi pendorong resesi.
Adanya potensi tindakan agresif dari The Fed dalam menaikkan suku bunga acuan yang bisa menyebabkan perlambatan ekspansi dan pemulihan.
Georgieva mengatakan tanggung jawab untuk memulihkan inflasi yang rendah dan stabil terletak pada The Fed. IMF memandang keinginan bank sentral AS untuk segera menaikkan suku bunga acuan semalam ke level 3,5-4%.
(aum/aum)