Internasional

AS Memang Resesi Mr Biden-Tante Yellen, Ini Buktinya

News - Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
29 July 2022 10:00
The United State flag is silhouetted against the setting sun Sunday, May 28, 2017, in Leavenworth, Kan. (AP Photo/Charlie Riedel) Foto: Bendera Amerika Serikat (AP Photo/Charlie Riedel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) secara resmi memasuki resesi setelah mencatatkan pertumbuhan negatif alias kontraksi Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 0,9% pada kuartal II-2022 secara kuartalan (quarter-to-quarter/yoy). Rilis data Biro Analisis Ekonomi AS pada kuartal kedua berbalik dari ekspektasi pasar dalam polling Dow Jones yang memperkirakan pertumbuhan 0,3%.

Ini melanjutkan kontraksi kuartal I-2022 yang sebesar 1,6%. Artinya, secara teknikal ekonomi AS telah memasuki resesi karena terkontraksi alias tidak ada pertumbuhan dalam dua kuartal berturut-turut.

Kondisi ini menunjukkan bahwa ekonomi memenuhi definisi resesi yang umum digunakan. Yakni dua kuartal berturut-turut dengan penurunan output ekonomi.

"Angka hari ini hanya memperpanas proyeksi bahwa kita memasuki resesi," tutur Direktur Pelaksana Perencanaan Investasi E-Trade, Mike Loewengart, seperti dikutip CNBC International.

Perekonomian AS tercatat merosot tajam sejak 2021 karena program stimulus bank sentral AS (The Federl Reserve/The Fed) berakhir. Kemudian inflasi merajalela dan memotong belanja konsumen dan pendapatan perusahaan.

Ditambah lagi dengan naiknya harga energi yang diperburuk oleh serangan Rusia ke Ukraina sejak Februari 2022 lalu.

Penurunan PDB berasal dari berbagai faktor, termasuk penurunan persediaan, investasi perumahan dan non-perumahan, serta pengeluaran pemerintah di tingkat federal, negara bagian dan lokal. Sementara Investasi domestik swasta bruto turun 13,5% untuk periode tiga bulan terakhir.

Pengeluaran konsumen, yang diukur melalui pengeluaran konsumsi pribadi, meningkat hanya 1% untuk periode tersebut seiring dengan percepatan inflasi. Pengeluaran untuk jasa meningkat selama periode tersebut sebesar 4,1%, namun diimbangi oleh penurunan barang tidak tahan lama sebesar 5,5% dan barang tahan lama sebesar 2,6%.

Persediaan, yang membantu meningkatkan PDB pada tahun 2021, menjadi penghambat pertumbuhan pada kuartal kedua, mengurangi 2 poin persentase dari total.

Inflasi adalah akar dari banyak masalah ekonomi. Indeks harga konsumen naik 8,6% pada kuartal tersebut, laju tercepat sejak Q4 tahun 1981.

Hal itu mengakibatkan penurunan pendapatan pribadi setelah pajak yang disesuaikan dengan inflasi sebesar 0,5%. Sedangkan tingkat tabungan pribadi adalah 5,2%, turun dari 5,6% pada kuartal pertama.

Bos The Fed dan Biden Justru Menolak Resesi?
BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :
1 2

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading