
AS Memang Resesi Mr Biden-Tante Yellen, Ini Buktinya

Sementara, seperti yang telah diketahui sehari sebelumnya, suku bunga acuan AS telah dinaikkan sebesar 75 basis poin (bps) pada bulan ini. Ini menjadi kenaikan beruntun dalam upaya mengatasi inflasi dan percaya bank sentral bisa menjaga ekonomi dari bahaya resesi.
The Fed akan meredam inflasi yang melonjak tanpa mengirim ekonomi ke jurang resesi. The Fed mengisyaratkan bahwa ke depannya laju kenaikan suku bunga dapat melambat.
Tetapi, jika masih ada potensi tindakan agresif dari The Fed dalam menaikkan suku bunga acuan yang bisa menyebabkan perlambatan ekspansi dan pemulihan.
Sebelumnya, Bos Federal Reserve (The Fed) mengeluarkan pernyataan terbaru soal resesi AS. Ia mengatakan tak percaya ekonomi AS berada dalam resesi.
Ia juga yakin negara itu dapat menghindarinya perlambatan ekonomi tersebut. Bahkan secara agresif memerangi inflasi.
"Kami mencoba melakukan dengan tepat. Kami tidak 'mencoba' untuk membuat munculnya resesi dan kami pikir kami tidak harus melakukannya," kata Powell kepada wartawan setelah keputusan Fed untuk menaikkan suku bunga acuan 75 bps menjadi 2,25% hingga 2,5%, dikutip AFP, Kamis (28/7/2022).
Presiden AS Joe Biden juga demikian. Ia mengaku tak melihat itu meski angka PDB yang akan dirilis mungkin menunjukkan ekonomi menyusut untuk kuartal kedua berturut-turut.
"Kami tidak akan berada dalam resesi dalam pandangan saya," kata Biden kepada wartawan.
Biden mengutip angka ketenagakerjaan. Menurutnya datanya masih kuat.
Per Juni, setidaknya ada 372.000 pekerjaan baru dan menjadi kenaikan dalam periode empat bulan beruntun. Tingkat pengangguran juga bertahan di 3,6%.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen pun menolak negaranya disebut resesi kendati ekonomi AS terkontraksi pada kuartal II/2022. Menurutnya, kondisi resesi yang sebenarnya terjadi pada ekonomi secara luas dan sama dengan Biden, ia menyatakan pasar tenaga kerja AS masih kuat.
Sebenarnya, jika melihat klaim data pengangguran, terjadi meningkat karena lebih banyak perusahaan mengumumkan PHK di tengah meningkatnya kekhawatiran resesi. Tren ini dapat berlanjut karena Federal Reserve meningkatkan perjuangannya melawan inflasi yang merajalela dengan beberapa kenaikan suku bunga terbesar dalam beberapa dekade, yang pada akhirnya dapat mengekang permintaan pekerja.
Perdebatan AS Resesi atau tidak memang sudah lama terjadi di antara para bankir bank sentral, investor, ekonom, hingga politisi. Namun jika melihat beberapa indikator makro lainnya seperti aktivitas manufaktur, keyakinan konsumen, tingkat produksi industri memang melemah.
Sementara, warga AS pun disebut sudah mulai kesulitan membayar berbagai tagihan secara tepat waktu. Menurut The Discover DFS dan Capital One (OC), perusahaan raksasa kartu kredit, kesusahan membayar cicilan orang Amerika tercermin dari kenaikan tunggakan atau kredit macet.
Menurut kedua perusahaan, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kenaikan kredit macet ini. Pertama, inflasi yang melonjak dan faktor kedua dipicu oleh kenaikan suku bunga The Fed.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]