Nih, Bukti Baru Perang Rusia-Ukraina Makan 'Tumbal'!

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
14 June 2022 15:50
Asap mengepul setelah serangan rudal, saat serangan Rusia ke Ukraina berlanjut, di Kyiv, Ukraina 5 Juni 2022. (REUTERS/STRINGER)
Foto: Asap mengepul setelah serangan rudal, saat serangan Rusia ke Ukraina berlanjut, di Kyiv, Ukraina 5 Juni 2022. (REUTERS/STRINGER)

Sebelum konflik antara Rusia dan Ukraina pecah, ekonomi dunia berada di jalur pemulihan yang kuat dari pandemi Covid-19. Konflik di Ukraina dan gangguan rantai pasokan sejak awal pandemi Covid-19 diperburuk oleh lockdown di China.

Pertumbuhan ekonomi dunia sekarang pun diprediksi sangat lambat pada tahun ini menjadi di bawah 3%. Ini jauh di bawah perkiraan pada Desember 2021.

Pertumbuhan akan jauh lebih lemah dari yang diharapkan di hampir semua negara. Eropa yang paling terpukul karena sangat rentan terhadap konflik di Eropa Timur karena impor energi dan arus pengungsi.

Sekadar informasi, gas Rusia banyak mengalir ke Eropa dengan besaran 167,7 miliar meter kubik pada tahun 2020. Jumlah ini setara 37,5% total impor gas alam Eropa.

Negara-negara di seluruh dunia sedang dilanda oleh harga komoditas yang lebih tinggi. Hal ini menambah tekanan inflasi dan memangkas marjin keuntungan karena biaya bahan baku yang makin mahal.

Jika marjin keuntungan perusahaan terus tertekan, akibatnya bisa berdampak pada pengangguran yang bertumbuh dan kesempatan kerja yang lebih sedikit. Ketika pengangguran bertambah namun harga energi terus melambung, maka dunia makin dekat dengan stagflasi.

Pertumbuhan Ekonomi Negara-NegaraSumber: OECD

(ras/ras)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular