
Telat 2 Bulan Larangan Ekspor CPO & Migor Berbahaya Bagi RI?

Di satu sisi, Yose menyoroti dampak larangan ekspor CPO oleh Jokowi terhadap posisi Indonesia yang tengah memegang presidensi atau keketuaan G-20.
"Ini berbahaya bagi Indonesia dalam tingkatan dunia, presidensi G20. Dimana salah satu bahasan G20 adalah mengenai supply chain komoditas penting dunia. Supaya nggak ada negara produsen yang melakukan larangan ekspor," kata Yose.
Mengutip keterangan resmi Kementerian Pertanian (Kementan), Indonesia melalui Sekjen Kementan Kasdi Subagyono justru menekankan pentingnya keterbukaan akses pangan dunia serta inovasi agri-preneurship melalui pertanian digital.
"Kita juga sampaikan bahwa terkait pangan semua negara harus membuka aksesnya. Artinya tidak ada batas dari negara manapun. Jadi negara yang menghasilkan banyak produksi harus share juga kepada negara yang kekurangan. Kira-kira seperti itu yang kita tekankan dalam forum ini," ujar Kasdi saat memimpin pertemuan deputi pertanian G20 yang digelar secara virtual di Novotel Bogor, Jawa Barat Rabu, (30/32022).
Disebutkan bahwa, Agriculture Working Group (AWG) G20 mengambil tema 'balancing production and trade to fulfil food for all'. Fokus pada keseimbangan antara produksi dengan perdagangan untuk memenuhi pangan untuk semua.
Yose mengatakan, sebagai produsen CPO terbesar dunia, larangan ekspor akan menimbulkan masalah di tengah masih belum terurainya krisis pangan saat ini. Dengan Presiden mengumumkan larangan ini akan berbahaya ke depan.
"Pangan ini rentan, di tengah efek domino gangguan rantai pasok, masalah produksi akibat gagal panen, negara lain akan ikut melakukan larangan ekspor. Indonesia yang akan kesulitan sendiri. Jadi, sebaiknya jangan kelamaan, dicabut lagi (larangan ekspor CPO)," kata Yose.
Efek Domino
Sementara itu, Tungkot mengatakan, larangan ekspor CPO dan turunannya akan menguntungkan sebagian pihak.
"Indonesia itu produsen minyak nabati terbesar dunia. Jadi jika Indonesia mengurangi pasokan ke pasar dunia, harga minyak sawit dan minyak nabsti dunia makin naik lagi. Berpesta poralah Malaysia, Thailand, Kolombia, dan priodusen minyak nabati lainya. Kita gigit jari," kata Tungkot.
Mengutip tradingeconomics, harga CPO internasional pada 25 April 2022 bergerak naik 6% lebih ke rentang MYR6.751 per ton, setelah sempat anjlok ke MYR6.353 per ton pada 21 April 2022, dari posisi 15 April 2022 yang mencapai MYR6.949,9 per ton.
[Gambas:Video CNBC]